Oleh Nisa Kholifah, M.Pd
Sungguh ironis, palestina tanahnya kaum muslimin terus dirampok oleh penjajah laknatullah Israel. Tanpa melihat agama, orang tua, anak-anak, bahkan Binatang sekalipun yang hidup di gaza, mereka hanguskan dengan bom ataupun pelurunya. Ya, jika orang awam menyebutnya ini adalah sebuah perang atau konflik. Tentu, ini sebuah penyikapan yang salah. Karena nyatanya mereka tidak sedang berperang melainkan mereka sedang dibunuh secara brutal, hartanya mereka curi, tak tanggung-tanggung zionis mengebom rumah-rumah sipil, fasilitas umum seperti Rumah sakit dan sekolah-sekolah yang berdiri di sana.
Presiden kita mengatakan dalam konferensi persnya Bersama Emmanuel Macron (presiden prancis) untuk menyikapi persoalan perebutan kekuasaan yang sedang terjadi di Palestina dan Israel. Perlu adanya penngakuan 2 negara atau two state solution. Tentu pernyataan ini mengundang polemik Masyarakat Indonesia. Belum lagi dikuatkan oleh ulama dari NU yaitu gus Yahya yang sama-sama setuju dengan pernyataan Prabowo. Umat semakin dibingungkan. Mengapa terjadi pernyataan demikian? Jangan-jangan pemimpin kita tidak tahu akar masalahnya apa yang sedang terjadi? Sehingga kebrutalan terus terjadi yang entah kapan berhentinya.
Secara singkat, dulu israel ini adalah bangsa telah diusir dari berbagai negara karena tingkah dan prilakunya yang tidak suka menepati janji dan membuat kekacauan. Theodor Herzl yaitu salah satu pendiri paham zionis yang bertujuan untuk menyatukan bangsa yahudi di seluruh dunia serta mendirikan rumah berkebangsaan yahudi. Pada masa ke khalifahan sultan hamid II mereka meminta izin untuk ada sebuah pusat peribadatan khusus untuk agama yahudi yang menjadi target mereka pada saat itu adalah gunung zion yang terletak di yerussalem. Tanggapan khalifah pada saat itu tentu direspon dengan tegas karena tanah tersebut tanahnya kaum muslimin dan tak akan pernah diberikan untuk selama-lamanya.
Hanya saja tepat pada tahun 1924 adalah runtuhnya khilafah utsmaniah, momentum ini dijadikan sebagai ajang untuk terus melanggengkan paham zionis dengan kekuatan kekuasaan inggris kala itu, akhirnya diizinkanlah untuk pergi ke palestina dan palestina menerima dengan baik. Namun kebaikan tidak dibalas dengan kebaikan israel tidak tahu diri bahwa dirinya hanyalah seorang tamu. Yang justru malah menjadi perampok, merampas keindahan tanah palestina, bahkan melakukan pembunuhan secara masal.
Beralih pada pernyataan bahwa Solusi untuk memerdekakan palestina adalah two state solution. Apakah dengan mengatakan seperti itu israel akan tergerak hatinya untuk menghentikan genosida? Tentu tidak! Jangankan suara kita, selama ini PBB bersuara yang katanya untuk melakukan perdamaian tapi sampai saat ini tidak menemukan titik terang dan belum muncul keadilan dan perdamaian yang dirasakan oleh rakyat gaza.
Dan sangat berbahaya jika ada seorang pemimpin negarawan muslim mengatakan narasi Solusi dua negara seperti itu karena itulah yang diharapkan Inggris dan amerika agar mereka terus bergandengan tangan dan kaum muslim akan terus menormalisasikan genosida. Sungguh hal ini bentuk jebakan bagi kaum muslimin. dan hal ini merupakan sebuah pengkhianatan yang keji terhadap para penakluk di masa khalifah umar, Salahudin al-ayubi Dimana pada saat itu mereka benar-benar memperjuangkan tanah palestina hanya untuk kaum muslimin di seluruh dunia.
Sungguh, satu-satunya solusi untuk mengusir penjajah adalah dengan jihad semesta di bawah komando khilafah. Justru yang harus dilakukan adalah lebih serius, sungguh-sungguh dan konsisten memperjuangkan tegaknya khilafah melalui thariqah perjuangan Rasulullah saw.

Maa syaa Allah....
BalasHapus