Al-Quds Dikooptasi, Umat Islam harus Bersatu Membebaskannya



Riza Maries Rachmawati, S.Pd



Ramadan tahun ini di Palestina bertepatan dengan gencatan sejata di Gaza. Banyak muslim di dunia berharap bahwa di ramadan kali ini saudara mereka di Palestina bisa melaksanakan ibadah puasa dengan tenang. Namun kenyataan berkata lain, warga Palestina tetap tidak bisa menjalankan ibadah di bulan Ramadan dengan tenang. Gencatan senjata seolah menjadi kooptasi para penjajah karena warga Palestina tidak kunjung mendapatkan kebebasannya. Segala bantuan untuk warga Palestina belum bisa tersalurkan dengan baik karena masih tertahan diperbatasan.

Selain itu, dengan alasan keamanan melalui pembatasan wilayah otoritas zionis membatasi akses warga Palestina ke Masjid Al-Aqsha. Pembatasan ini bisa berupa pembatasan usia bagi mereka yang diperbolehkan masuk atau membatasi jumlah jamaah. Selain membatasi jumlah jamaah, dibeberapa titik otoritas zionis juga menambah penjagaan ketat dengan memasang pengahalang fisik disekitar Masjid Al-Aqsha. Mengirimkan pasukan keamanan untuk menjaga area tersebut serta melakukan pemeriksaan identitas terhadap para pengunjung. (sindonews.com, 03-03-2025)

Pembatasan pengunjung ke Masjid Al-Aqsha tidak menyurutkan semangat muslim di Palestina untuk berbondong-bondong melaksanakan ibadah disana. Meskipun zionis yahudi membatasinya masuknya jamaah, tidak kurang dari 80.000 jamaah melaksanakan salat jumat kedua di kompleks Masjid Al-Aqsha. Namun Petinggi Keamanan Zionis dilaporkan hanya merekomendasikan batas 10.000 orang. Pengunjung dibatasi hanya untuk laki-laki Palestina berusian 55 tahun ke atas, perempuan berusia menimal 50 tahun, dan anak-anak berusia 12 tahun ke bawah. (voi.id, 15-03-2025)

Fakta pembatasan salat jamaah di Masjid Al-Aqsha yang masih terjadi hingga Ramadan tahun ini menunjukan wilayah ini masih dalam penjajahan. Sebab keamana kaum muslimin berada ditangan orang-orang kafir. Sedangkan bagi kaum muslim Masjid Al-Aqsha memiliki banyak arti. Masjid Al-Aqsha pernah menjadi kiblat pertama kaum muslim dalam menunaikan solat selama 16 bulan. Kemudian Allah SWT mengubah kiblat mereka ke arah Mekah setelah turun surat Al-Baqarah ayat 144. 

Masjid Al-Aqsha dan Syam Palestina adalah wilayah yang diberkahi Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha Tahu.” (QS. Al-Isra’ [17]: 1).

Tanah Palestina yang diatasnya berdiri Masjid Al-Aqsha adalah tanah suci yang telah Allah berkahi dengan banyaknya Nabi yang diutus ke sana. Karena besarnya keutamaan yang Allah SWT limpahkan, Rasulullah saw juga mendorong kaum muslim untuk beribadah di Masjid Al-Aqsha. “Janganlah mengencangkan pelana (untuk melakukan suatu perjalanan), kecuali menuju tiga masjid yaitu masjid Al-Haram (di Makkah), masjidku (Masjid Nabawi di Madinah), dan masjid Al-Aqsha (di Palestina).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Allah melimpahkan kemuliaan dan keberkahan tersebut berlaku hingga hari kiamat.

Sayang hari ini Masjid Al-Aqsha berada dala penjajahan kaum Zionis Yahudi. Entitas Zionis telah berkali-kali menistakan dan mengotori Masjid Al-Aqsha. Mereka pun telah puluhan tahun melakukan berbagai kekejaman dan kekejian terhadap kaum muslim disekitar Masjid Al-Aqsha dan Palestina secara umum. Bahkan ditengah gencatan senjata dan bulan Ramadan kaum muslim Palestina malah dibatasi melakukan ibadah di rumah Allah ini. Ini menunjukan bahwa zionis yahudi sering mengkhianati perjanjian seperti yang telah terbukti sepanjang sejarah.

Kondisi ini membuktikan bahwa gencatan senjata bukan solusi hakiki atas penjajahan Palestina. Penjajahan Palestini hanya bisa akhiri dengan terwujudnya jihad dan Khilafah. Sejatinya Islam melarang menjalin perdamaian atau persahabatan dengan entitas Zionis yang memerangi umat Islam. Oleh karena itu, segala bentuk perdamaian yang diajukan oleh negara Barat dianggap haram. Allah SWT berfirman: “Sungguh Allah telah melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama, mengusir kalian dari negeri kalian, dan membatu (orang lain) untuk mengusir kalian. Siapa saja yang menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah kaum yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 9) 

Ada kekuatan besar yang menyokong entitas yahudi menjadi sangat kuat. Karena itu sudah seharusnya kekuatan besar kaum muslim pun memberikan dukungan untuk Palestina. Jika barat yang kafir bersatu membela entitas Zionis, maka para pemimpin dunia Islam harusnya bergerak dan bersatu membela Palestina. Umat Islam dibelahan dunia lain tentu tidak boleh diam dengan kondisi saudaranya di Palestina. Sebab Islam mewajibkan umatnya mengasihi dan menyayangi sesamanya, apalagi umat Islam diibaratkan satu tubuh.

Ramadan semestinya digunakan untuk menguatkan azam dalam perjuangan melenyapkan penjajahan. Kaum muslim Palestina tidak boleh gentar, demikian pula umat Islam di belahan dunia lain harus memahami bahwa jihad dan Khilafah adalah solusi hakiki atas persoalan Palestina. Mereka tidak boleh lagi berharap pada solusi-solusi yang datang dari barat dan naras-narasi sesat soal perdamaian. Sebab barat justru menginginkan umat  Islam kalah dan semakin terpuruk. 

Barat sangat takut akan kebangkitan Islam. Hal itu dikarenakan dengan hadirnya kepemimpinan Islam (Khilafah) yang telah runtuh sebelumnya akan mengakhiri segala bentuk penjajahan yang dilakukan di negeri-negeri muslim, termasuk Palestina. Hadirnya Khilafah yang kedua akan menghancurkan entitas Zionis yang merupakan hariban fi’lan yakni pihak yang wajib diperangi secara nyata melalui jihad fisabilillah. Bisa dipastikan penegakan kembali Khilafah adalah masalah paling penting yang wajib menjadi agenda utama umat Islam.

Wallahualam bishshawab

1 Komentar

  1. Hanya Jihad dan Khilafah yang bisa membebaskan Palestina dari penjajahan.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak