Matinya Naluri Seorang Ibu, di Mana Peran Negara?




Oleh: Sumeilina,S.Pd
(Aktivis Dakwah Lubuklinggau)



Keadaan pilu sedang dirasakan seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Dia dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandung korban yang juga seorang PNS berinisial E. Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti, mengatakan bahwa kepala sekolah dan ibu korban kini telah diamankan polisi. Widiarti mengatakan, kasus ini pertama kali diketahui oleh ayah korban ketika ayah korban mendapat informasi bahwa anaknya diantarkan oleh ibunya ke rumah kepala sekolah, Di sanalah korban dicabuli oleh kepala sekolah. Dia menambahkan, ibu korban menyetujui atas pencabulan itu dengan alasan untuk ritual penyucian diri. (kumparan.com/1/9/24)

Setiap perempuan yang paham akan kodratnya tentu ingin sekali merasakan menjadi seorang ibu yang tentu saja bisa dan mampu menjadi madrasah pertama bagi anak anak nya apalagi jika hadiahnya berupa surga nya Allah, namun ditengah tengah hiruk pikuk kehidupan manusia masih sangat banyak perempuan yang enggan dan repot jika waktunya harus terbagi dengan mengurusi anak dan rumah tangga dan pada akhirnya ia memilih untuk tidak memiliki anak dan yang paling buat geleng geleng adalah ada seorang perempuan dan memiliki anak namun anak nya justru dijadikan sebagai alat mencari uang dan dibiarkan melakukan zina, bahkan dengan rela mengantarkan anaknya sendiri. Kasus seperti ini bukan hanya 1 atau 2 kali terjadi tapi sering dan banyak sekali alasan nya pun bermacam macam mulai dari himpitan ekonomi, broken home, dan stress dengan keadaan hidup yang sulit hingga patah hati dan anak pun menjadi korbannya.

Keadaan seperti ini disebabkan oleh negara dengan pemimpin yang tidak meriayaah masyarakatnya dan hanya ditemukan di negara dengan sistem yang bathil dan fasad atau rusak kebijakan di sistem kapitalis bisa menyebabkan mental dan naluri seorang ibu menjadi hilang, ibu yang seharusnya mampu menjadi sekolah dan pendidik yang profesional bagi anak anak nya namun kini dirusak oleh sistem sehingga pendidikan aqidah tidak bisa tertanam didalam jiwa anak anaknya, ditambah banyak sekali conten kreator yang menggambarkan kehidupan rumah tangga yang mengerikan yang membuat banyak sekali perempuan diluar sana yang takut menikah dan marry is scarry kini sudah menjadi trend dikalangan perempuan. Paham feminisme juga ikut andil dalam menggerus naluri seorang ibu, perempuan digiring untuk menjadi mandiri yang diharapkan tidak terlalu bergantung kepada laki laki sehingga banyak sekali dari mereka memilih untuk tidak ingin memiliki anak dan menjadi wanita karier. Pelaku siapa lagi kalau bukan sistem sekuler kapitalis yang tujuan hidup nya adalah materi dan kekuasaan.

Ibu itu adalah pendidik utama dan pertama dan Islam telah menetapkan peran dan fungsi ibu yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama. Islam juga akan menyediakan adanya supporting sistem bagi ibu ditempat kerja sehingga ibu tidak akan merasa mengurusi anak sendirian serta terhidar dari bahaya stress ataupun baby blues , kesempurnaan sistem Islam itu tampak dari sistem pendidikan Islamnya yang membentuk kepribadian Islam seseorang terutama anak, sistem sanksi yang diterapkan juga mampu menjaga setiap individunya baik dalam kebaikan, ketaatan, dan keberkahan Allah. Islam juga mewajibkan bagi negara agar mampu menjaga fitrah seorang ibu dan anak agar bisa menjalankan fitrahnya dengan baik, karena pemimpin negara itu tugasnya adalah mengurusi umatnya seperti yang Rasulullah shalallahu alaihi wasallam katakan, dalam hadits lain juga dikatakan bahwa seorang imam atau pemimpin itu adalah perisai yang bisa melindungi umatnya dari kejahatan, kelaparan, dan kesakitan.
Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits dari jalur Abu Hurairah ra, bahwa Nabi shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama, bersabda:

إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدْلٌ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ ، وَإِنْ يَأْمُرُ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ [رواه البخاري ومسلم]

Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]

Wallahu'alam bishshawab

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak