Oleh : Elly Waluyo
Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam
Penderitaan demi penderitaan dialami rakyat Palestina akibat penjajah Zionis laknatullah. Penderitaan semakin menyesakkan hati ketika negara-negara seakidah terlena dengan problematika yang terjadi dalam kurungan sekat nasionalismenya sehingga hanya mampu mengecam. Bantuan hanya di sekitar logistik saja tanpa bergerak mengerahkan tentaranya berjihad melawan penjajahan. Padahal sekat nasionalisme sengaja diciptakan untuk memecah kekuatan Islam agar tak mampu bangkit, namun agaknya umat Islam masih tak menyadarinya.
Penjajahan telah membuat keseluruhan rakyat Palestina kehilangan segalanya. Tempat tinggal, lapangan pekerjaan, bahkan bahan pangan, dan sandang. Mereka telah lama hidup di tenda pengungsian yang jauh dari kata layak huni, mulai sobek disana sini.
Perjuangan untuk bertahan hidup terus berlangsung dari berebut makanan karena kelaparan dan sempitnya ruang gerak karena genangan lumpur. Ibu-ibu menyelamatkan barang dan berlarian bersama ribuan keluarga lainnya mencari tempat kering untuk berlindung setelah hujan mengguyur. Batu dan pasir pun ditumpuk agar alas tidurnya tidak terendam air.
Belum lagi harus berhadapan dengan tentara Israel yang terus membidik siapa saja yang mendekat atau melintasi “garis kuning”. Istilah “garis kuning” merupakan garis pemisah wilayah Israel timur dengan daerah Palestina bagian barat. Aturan ini diberlakukan saat gencatan senjata 10 Oktober 2025 antara Hamas dengan Israel.(https://www.aa.com.tr : 20 November 2025)
Keadaan kritis yang terjadi di Gaza tidak menunjukkan gejala membaik sedikit pun bahkan semakin hari semakin parah. Hal ini berbanding terbalik dengan isu yang dihembuskan negara-negara dibawah kendali Amerika Serikat yang menganggap bahwa keadaan Gaza saat ini baik-baik saja. Gencatan senjata yang diberlakukan sejak 10 Oktober 2025 tidak berfungsi sama sekali. Zionis berkali-kali melakukan pelanggaran bahkan memblokade bantuan kebutuhan pokok mereka. Sehingga makin menambah penderitaan rakyat Palestina yang saat ini terjepit dalam tenda-tenda yang sudah sobek dan terendam kubangan air.
Kasus Palestina merupakan kasus penjajahan dan ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai kejahatan internasional yang berujung pada pengenaan sanksi oleh komunitas internasional. Namun, PBB tak mampu menetapkan Israel sebagai tersangka apalagi mengenainya dengan sanksi karena PBB merupakan badan besutan yang digawangi dan dipimpin oleh Amerika serikat.
Amerika Serikat adalah pendana sekaligus pemasok senjata Israel. Hal ini menjelaskan dengan gamblang bahwa Amerika Serikat sebagai pencetus sistem kufur kapitalis. Melalui antek-anteknya ingin mengokohkan hegemoninya untuk kepentingan dirinya dengan mencaplok negara-negara muslim agar dapat diatur dan ditekan karena dianggap mengancam keberadaan dan kepentingannya.
Kesadaran akan tujuan busuk sistem kapitalis disertai rasa satu tubuh dengan seluruh umat Islam inilah yang mampu membangkitkan kembali Khilafah, sebagai institusi kuat dalam melindungi dan melayani umat.
Posisi Khilafah adalah junnah (perisai) uma dimana umat berlindung dibaliknya. Melalui Khilafah, jihad fi sabilillah untuk membebaskan penjajahan akan terwujud. Prajurit-prajurit pemberani yang berjuang dibawah panji Islam berpegang teguh dengan syariat hanya bisa terlahir jika para pemimpin negeri-negeri muslim berpegang teguh pada solusi Islam.
Tags
opini