Fenomena Marriage is Scary Mengapa bisa Terjadi?




Oleh Ayu Nailah



Di tengah hiruk pikuk dunia yang makin sempit, generasi sandwich dengan rentang usia produktif memiliki sejumlah "beban" tanggungan yang wajib dipenuhi. Dikatakan sandwich, sebab generasi ini layaknya sandwich yang tertekan generasi atasnya yakni harapan orang tua dan generasi bawahnya yakni tanggungan adik atau anak yang dibiayai kebutuhan hidupnya.

Hal ini selaras dengan pemberitaan yang beredar akhir-akhir ini tentang keresahan generasi muda yang takut beranjak dalam kehidupan pernikahan. Ada banyak alasan yang melatarbelakangi mereka takut menikah, salah satunya ialah faktor ekonomi yang belum terjamin sehingga "marriage is scary" menjadi hal yang merebak di kalangan generasi muda saat ini.

Dilansir dari suaramerdeka.com yang membahas tentang fenomena "marriage is scary" dinyatakan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan dari tahun 2013, angka pernikahan di Indonesia semakin menurun. Hingga akhir tahun 2025 ini angka minat pernikahan semakin menurun dari tahun-tahun sebelumnya.

Fakta ini menghantarkan bahwa pola pikir generasi muda untuk menunda masa pernikahan sebagai hal yang lebih penting. Sebab mereka ingin menstabilkan ekonomi mereka terlebih dahulu di tengah kesempitan hidup di masa kini. 

Kesempitan hidup di masa kini diantaranya adalah lonjakan harga kebutuhan hidup yang makin mencekik mahal. Harga hunian yang tinggi ditambah dengan persaingan ketat dunia kerja hari ini yang membuat angka pengangguran dari kalangan generasi muda cukup besar. Dari ketakutan-ketakutan itulah yang semakin memperkuat narasi "marriage is scary" di kalangan pemuda. 

Ketakutan yang dirasakan oleh generasi muda ini telah tersistemisasi dalam kehidupan masyarakat yang dipimpin oleh sistem kehidupan kapitalisme hari ini. Yakni sistem kehidupan yang berporos pada kepentingan kekayaan para penguasa-pengusaha kapitalis, hingga berdampak miris pada rakyat secara menyeluruh dimana pekerjaan makin sulit, dengan harga kebutuhan melangit, sedangkan upah gajinya rendah melilit.

Apa kabar negara dengan sistem kapitalisme hari ini? Negara yang harusnya hadir, namun nyatanya di sistem ini rakyat layaknya anak ayam kehilangan induknya. Hilangnya peran negara dalam menjamin kesejahteraan rakyat sehingga beban hidup seluruh ditanggung dan dipikul individu masing-masing, sungguh miris. Parahnya lagi, dari kehidupan yang terbiasa individualis ini, rakyat juga tergerus oleh gaya hidup yang materialis dan hedon. Hal ini ditumbuhkan dari pendidikan yang berasaskan sekuler (memisahkan aturan syara’ dengan kehidupan) ditambah dengan pengaruh media yang berasas kebebasan. Hal ini makin memudahkan jalan merebaknya “marriage is scary”. Generasi muda cenderung memiliki sudut pandang bahwa pernikahan adalah suatu beban, bukan sebagai fase kehidupan baru yang membuka ladang kebaikan dengan jalan melanjutkan keturunan.

Umpama perisai yang melindungi para pasukan ketika menghadapi bahaya didepannya. Seperti itulah peran negara seharusnya pada seluruh rakyatnya. Negara harus menjamin kebutuhan dasar rakyat dan menyediakan lapangan kerja yang luas dengan menerapkan sistem ekonomi Islam. 

Pengelolaan kekayaan pun terdistribusikan secara merata yakni tidak hanya dikuasai oleh segelintir kapitalis saja apalagi asing. Negara bertanggung jawab penuh untuk mengelola kekayaan alam dan hasilnya kembali kepada rakyat. 

Selain itu negara berperan aktif menanamkan pola pikir generasi muda dengan standar pendidikan berbasis aqidah yang membentuk generasi berkarakter Islam yang tidak terjebak pada hedonisme. Sebab generasi yang lahir dengan karakter Islam akan menjadi generasi penyelamat umat yang setiap langkahnya diiringi oleh petunjuk dari Allah Swt. karena standar hidupnya berpedoman pada Al-Qur’an dan as sunnah.  Layaknya pemuda Al-Kahfi yang kisahnya termaktub dalam ayat Al-Qur’an yang berbunyi:
“Kami menceritakan kepadamu (Nabi Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami menambahkan petunjuk kepada mereka.” (Qs. Al-Kahfi:13)

_Wallahu a’lam bishowab._

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak