Oleh: Eka Ummu Hamzah
(Aktivis Dakwah dan Pemerhati Publik)
Derita Gaza seakan tidak pernah berhenti. Sejak serangan Oktober 2023 hingga saat ini, pasukan Zionis masih melakukan berbagai kekejian yang idak manusiawi terhadap warga Gaza. Tercatat korban yang meninggal sebayak 69.000 sebagian besar wanita dan anak-anak, sedangkan yang terluka tercatat 170.000 selama dua tahun. Sedangkan, bantuan kemanusiaan tidak mampu melewati pintu masuk Rafa menuju Gaza karena dijaga ketat oleh pasukan Israel. Mengakibatkan kelaparan yang sungguh mengerikan bagi seluruh warga Gaza. Hampir seluruh warga akhirnya mengungsi ke daerah-daerah sekitar untuk menghindari kekejian pasukan Zionis.
Tidak berhenti sampai disitu, saat ini warga Gaza harus menghadapi derita baru, yakni badai hujan lebat dan banjir awal musim dingin yang mengepung wilayah pengungsian. Air dan gelombang badai merusak ribuan tenda, membasahi kasur dan selimut serta menyisakan kondisi pengungsian yang memprihatinkan. Sebagian pengungsi masih bergantung pada tenda-tenda usang untuk bertahan hidup. Sedangkan kantor media pemerintahan Gaza memperkirakan sekitar 93 persen tenda pengungsi sudah tidak layak huni, yakni sekitar 125.000 dari total 135.000 tenda yang ada. Meski telah disepakati gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada 10 Oktober 2025, Israel tetep melakukan pelanggaran. Jalur Gaza tetap dijaga ketat sehingga bantuan kemanusiaan seperti obat-obatan, makanan, pakaian dan lainnya tidak bisa leluasa melewati gerbang. Setiap hari hanya diijinkan 200 truk yang masuk ke wilayah Gaza. Jumlah ini adalah sepertiga dari perjanjian gencatan yakni 600 truk.
Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail al- Thawabteh, menilai bahwa," Israel memang sengaja mengelola kelaparan ini secara perlahan dan bertahap, sehingga Gaza mengalami malnutrisi melebihi 90 persen". (rri.co.id, 25 November 2025).
Ditengah derita Gaza yang tidak berkesudahan, pemimpin negeri-negeri muslim justru sibuk bermesraan dan melayani kepentingan negara-negara Barat yang menjadi sekutu Israel. Bahkan, menyetujui solusi yang ditawarkan barat yakni solusi dua negara, termasuk didalamnya pemerintah Indonesia menyetujui solusi ini. Apapun yang ditawarkan oleh Barat termasuk solusi dua negara terbukti tidak akan pernah menyelesaikan masalah Palestina. Solusi ini tidak akan mengakhiri kejahatan Zionis, solusi ini juga tidak akan menghentikan tujuan utamanya untuk menciptakan "Israel Raya" dan menguasai seluruh tanah suci. Karena itu, solusi dua negara yang ditawarkan Barat ini justru melanggengkan penjajahan Israel.
Permasalahan Palestina bukan sekedar permasalahan hidup dan mati bagi Palestina. Tapi, ini adalah masalah seluruh kaum muslimin. Masjid Al-Aqsha yanga ada di Palestina adalah bagian dari tiga masjid suci yang dimuliakan Allah SWT. Di bebaskan dan dijaga oleh para Khalifah sejak masa Umar bin Khattab dibawah naungan Daulah Khilafah. Persoalan Palestina ini berawal dari keruntuhan Khilafah Utsmani pada tahun 1924 yang membuka jalan perpecahan negeri-negeri muslim menjadi lebih dari 50 negara bangsa dan perampasan Palestina oleh Yahudi Israel dibawah pengaruh Theodor Herzl dengan dukungan Inggris, lalu diwariskan kepada Amerika Serikat.
Oleh karena itu, langkah paling jitu untuk membebaskan Palestina adalah dengan menegakkan kembali Khilafah dan jihad. Kenapa harus Khilafah? Karena Khilafah Islam akan menyatukan kembali negeri-negeri kaum muslimin dibawah satu kepemimpinan serata memimpin jihad fii sabilillah sebagaimana yang dilakukan oleh para khalifah terdahulu. Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakang dia dan dengan dirinya". (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Kenapa harus jihad? Karena itulah bahasa yang bisa dipahami oleh orang-orang Yahudi. Berapa banyak perjanjian-perjanjian damai dilakukan, mulai dari Camp David, Oslo, Madrid dan lainnya, tapi hasilnya Palestina tetap terjajah. Berapa kali gencatan senjata dilakukan, tapi pelanggaran demi pelanggaran terus dilakukan. Maka, ketika Khilafah tegak, jihad bisa dilakukan dengan jauh lebih baik. Dengan potensi tentara dan perlengkapan militer yang dimiliki umat Islam sedunia yang disatukan oleh Khilafah, tak sulit untuk mengusir Yahudi Israel dan menyelesaikan persoalan Palestina.
Maka, dakwah di tengah umat harus terus digencarkan, menyadarkan kembali umat tentang pentingnya menegakkan kembali Khilafah. Khilafah akan menyatukan kembali umat Islam. Dengan persatuan itu, Islam akan menjadi kuat untuk menghadapi penjajah keluar dari bumi Palestina dan wilayah Dunia Islam lainnya.
Wallahu 'alam.
Tags
opini
