Oleh : Dinna Chalimah,
Ciparay Kab. Bandung.
Sudan adalah salah satu negara terbesar di Afrika Tengah, Sudan Selatan, Chad, Mesir, Ethiopia dan Libya. Negara ini dikenal dengan situasi keamanannya yang tidak stabil, dengan pertempuran yang terjadi di Khartoum menjadi berita utama.
Sudan juga mengalami perang saudara terpanjang di Afrika yang berlangsung selama 22 tahun antara tahun 1983 dan 2005. Perang saudara tersebut adalah yang kedua setelah perang yang terjadi di Sudan Selatan pada 1955 dan sekarang, perang saudara di Sudan yang kini memasuki tahun ketiga, melibatkan tentara Sudan dan RSF. (01/11/2025, Khazanah.republuka.co.id)
Konflik ini telah menewaskan puluhan ribu orang, menyebabkan jutaan orang mengungsi dan sebagian besar wilayah Sudan mengalami kelaparan. Sebanyak 1.500 warga Sudan meninggal dalam waktu 3 hari menyusul penguasaan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di El-Fasher, bahkan sekarang bertambah korbannya.
Dalang dibalik konflik ini adalah perebutan kekuasaan. Sejak dulu sejarah mencatat ini diakibatkan kolonialisme, warisan penjajahan Barat yang terjadi di Sudan setelah hilangnya negara Islam diskala Internasional.
Hal ini, yang dijadikan standar politik global dibangun atas dasar pragmatisme dan kapitalisme-sekulerisme. Negara manapun yang menjadi boneka negara adidaya dipaksa tunduk sesuai dengan keinginan mereka yang berkuasa menjadi negara terkuat.
Sudan merupakan wilayah yang mayoritas Muslim setelah Indonesia. Karakter Islam yang kental menjadi jati diri Sudan. Kebiasaan sehari-hari mereka selalu melafalkan bahasa Arab dalam percakapannya. Kekayaan SDA Sudan melimpah ruah pertambangannya. Tentu ini menjadi daya tarik Amerika Serikat untuk menguasai negeri tersebut dan menghancurkan Muslim di sana.
Genosida Sudan ini bukti bahwa dunia Islam kehilangan pelindung hakiki. Tidak ada satu pun negara Muslim yang bisa menolong umay yang tertindas, karena mereka terikat dengan kepentingan politik negara adidaya. Selama umat Islam terpecah belah dalam sekat nasionalisme. Selama kekuasaan negara Barat tetap ada, maka genosida di Sudan dan negeri Muslim yang lainnya hanya akan jadi tumbal dari deretan derita umat Muslim.
Islam mengatur sistem pemerintahan yang menyatukan kekuatan umat dalam satu kepemimpinan global yaitu Khilafah Islamiyyah. Didalam sistem Islam keadilan tidak hanya menjadi jargon, tapi dijalankan secara sistemik. Khilafah menjalankan sistem ekonomi, militer, dan diplomasi umat Islam untuk menghentikan kedzaliman yang dilakukan kafir penjajah. Menolak segala bentuk kerja sama dengan pihak kafir penjajah.
Kebijakan politik luar negeri juga yang berorientasi pada keberlangsungannya hak manusia, bukan keuntungan bagi para korporat. Khilafah bukan sekadar nama, akan tetapi sistem yang mampu menegakkan keadilan, mempersatukan negeri-negeri Muslim, menolong serta menjadi pelindung bagi kaum yang lemah.
Wallahu a'lam bish shawwab
Tags
opini
