Sekularisme, Akar Masalah Kasus Perundungan




Oleh : Nunik Hendriyani,
Ciparay Kab. Bandung.



Kasus perundungan di kalangan remaja di Indonesia terus meningkat, seolah menjadi tren di kalangan remaja ataupun anak. Di media sosial banyak kita jumpai adegan kekerasan baik dalam film, serial ataupun video game, anak-anak terbiasa menyaksikan tindak kekerasan, adapun dalam pergaulan mereka yang bersifat toxic, budaya mengejek, merendahkan atau menjatuhkan di medsos demi sebuah konten. Hal itu sudah menjadi hal yang biasa dan banyak terjadi, nilai moral semakin tergerus.

Belum lama ini terdapat kasus di Aceh besar, seorang santri membakar asrama pondok pesantren tempat dia belajar, diduga lantaran sakit hati karena kerap menjadi korban perundungan oleh rekan-rekannya. Tak berselang lama muncul lagi kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta yang diduga bermotif sama yaitu para pelaku ini adalah mereka korban perundungan yang mengalami beberapa tekanan sosial berat akibat ejekan, pelecehan maupun pengucilan.

Kasus perundungan  menggejala di berbagai daerah, merupakan bukti bahwa masalah ini adalah masalah yang sistemik di dalam pendidikan. Semua temuan ini menegaskan bahwa  perundungan bukan lagi persoalan yang bisa dianggap sepele, dampak jangka panjang berupa gangguan mental, depresi, penurunan prestasi hingga bunuh diri semakin sering terkonfirmasi dalam berbagai laporan kesehatan anak. Situasi ini menuntut perhatian yang serius dari sekolah, keluarga, masyarakat dan negara.

Perundungan tumbuh subur akibat lingkungan sosial yang tidak sehat, banyak keluarga yang mengalami disharmoni, orangtua sibuk, komunikasi di tengah keluarga menurun akibatnya anak kehilangan figur yang membimbing dengan penuh kasih sayang, jadilah mereka mencari pelarian di luar rumah. Disisi lain pengaruh sosial media juga memperparah pelaku aksi perundungan. Perundungan dijadikan sebagai candaan, ini menunjukkan telah terjadi krisis adab dan hilangnya fungsi pendidikan.

Sistem pendidikan sekuler kapitalistik yang berfokus pada materi telah gagal dalam membentuk kepribadian Islam. Ideologi ini menuhankan kebebasan tanpa batas, nilai moral bergeser, kehormatan diukur dengan popularitas, fisik atau status sosial. Dalam sistem sekuler kapitalisme seperti ini, yang kuat mendominasi yang lemah, yang populer merendahkan yang tidak terkenal, yang kaya menguasai yang miskin. Mirisnya pola pikir ini masuk ke dalam dunia remaja dan sekolah.

Saatnya kita keluar dari kubangan lumpur sistem sekuler kapitalisme yang telah nyata merusak generasi, yang semakin hari semakin parah, dan beralih ke sistem Islam yang mampu menyejahterakan seluruh umat manusia dan menjadi satu-satunya solusi yang hakiki dalam setiap permasalahan umat. Dalam Islam kurikulum di dalam pendidikan harus berbasis aqidah Islam, yang menjadikan adab sebagai dasar pendidikan, yang bertujuan membentuk kepribadian Islam. Poses pendidikan dilakukan dengan cara pembinaan intensif yang membentuk pola pikir dan pola sikap Islami, tidak hanya fokus pada nilai materi tapi juga nilai maknawi dan nilai ruhiyah.

Negara Islam (khilafah) akan menjadi penjamin utama pendidikan, pembinaan moral umat dan perlindungan generasi dari kezaliman sosial, maka syariah Islam lah jalan terbaik untuk menyelesaikan problematika umat termasuk perundungan hanya dengan kembalinya pada hukum-hukum Allah SWT secara kaffah Kita dapat menciptakan generasi yang kuat, berakhlak mulia dan terbebas dari kekerasan. 
Wallahu a'lam bish shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak