Sudan Membara, Derita Pilu Umat Tanpa Perisai Khilafah




Oleh : Atik, Aktivis Muslimah



Belum sembuh dan belum usai luka yang dirasakan umat hari ini setelah genosida yang dilakukan Zionis Israel terhadap Gaza Palestina, sekarang umat dilanda kepedihan yang menyayat hati yang datang dari negara Sudan. Foto dan video yang beredar membuat geger dunia maya karena mempertontonkan berbagai penyiksaan dan penembakan yang dilakukan militer RSF kepada warga sipil Sudan. Dilansir dari kompas.com, (03/11/2025). 

Pembunuhan massal terbaru ini merupakan ekskalasi terbaru dari konflik Sudan yang meletus pada April 2023, saat itu angkatan bersenjata sudan atau Sudanese Armed Forces (SAF) di bawah komando jenderal Abdel Fatah Al Burhan dan Rapid Support Forces (RSF) dipimpin oleh Muhammad Hamdan dagalo alias Hemeti berselisih terkait integrasi milisi ke dalam angkatan nasional. 

Setelah berhasil menggulingkan pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh presiden Omar Al Bashir yang juga pengusung pembentukan RSF guna membantu SAF dalam pengamanan dan menguatkan kekuasaannya.

Menurut International Rescue committee sejak saat itu, Sudan hancur oleh perang dengan krisis kemanusiaan dan pengungsian terbesar yang pernah tercatat. Dari 51 juta penduduk, sekitar 14 juta terpaksa mengungsi. Kelaparan meluas, demikian pula wabah kolera dan penyakit lainnya. Organisasi Internasional memperkirakan hingga 140.000 orang telah terenggut nyawanya.

Setelah merebut El-Fasher, kendali wilayah RSF kini mencakup Darfur dan sebagian selatan, sementara SAF menguasai ibu kota Khartoum serta wilayah utara dan tengah negara itu. Organisasi kemanusiaan internasional menuntut RSF membuka koridor kemanusiaan bagi sekitar 177.000 orang yang tak bisa meninggalkan kota. "Dengan SAF mundur, terutama warga sipil yang mendukung SAF kini mencoba melarikan diri, RSF memiliki kepentingan untuk menghina SAF dengan melampiaskan kekerasan pada warga sipil," ujar Hager Ali, peneliti di GIGA Institute for Global and Area Studies, Jerman, kepada DW. "RSF juga berusaha menakut-nakuti warga sipil agar patuh di wilayah yang mereka kuasai," lanjutnya. 

Para pengamat menekankan bahwa sekutu internasional dari pihak yang bertikai menentukan apakah perang Sudan berakhir atau berlanjut. RSF diduga mendapat dukungan senjata dari Uni Emirat Arab (UEA) melalui Chad. SAF mendapat dukungan Mesir dan Qatar, sementara Arab Saudi menyatakan netral. Darfur menjadi prioritas RSF, tidak hanya karena ini wilayah asal mereka, tetapi juga karena sumber daya penting seperti emas. Emas dibutuhkan untuk menghindari sanksi dan membeli senjata. 

Kedekatan Darfur dengan perbatasan Libya dan Chad memungkinkan RSF mengendalikan populasi sipil untuk mempermudah pengadaan senjata dan amunisi. 
Krisis Sudan sebetulnya juga sudah berlangsung lama dan bukan murni perang saudara tapi ada keterlibatan negara adidaya (AS) dan Inggris yang melibatkan negara bonekanya (Zionis dan UEA)  terkait rebutan pengaruh politik untuk kepentingan merampok SDA yang melimpah disana. 

Hal ini membuktikan bahwa umat saat ini terpecah belah tidak ada lagi persatuan dan tidak ada lagi kemanusiaa, yang terpikir saat ini hanyalah harta dan kekuasaan. Para pemimpin sibuk bertikai untuk mengamankan posisi masing- masing. Sedangkan rakyat terluka, terusir bahkan kehilangan nyawanya. Disaat nafsu mendominasi akal sehat dan nurani tidak lagi berfungsi, nilai agama tidak dianggap penting hingga nyawa saudara seiman dibantai tanpa rasa belas kasih. 

Ini semua adalah buah pahit yang terpaksa umat rasakan karena mengadopsi pemikiran kapitalisme, komunisme, liberalisme dan sekularisme. 
Umat tak lagi berpegang teguh kepada syari'at Islam, padahal Rasulullah pernah bersabda "Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin, gigitlah ia dengan gigi geraham kalian". Kata "gigitlah"  menggunakan gaya bahasa yang sangat kuat, menunjukkan pentingnya memegang sunnah Nabi SAW dengan erat, seperti menggigit sesuatu dengan gigi geraham yang kuat agar tidak terlepas. 

Sabda Rasulullah ini juga menjadi solusi ketika umat Islam menghadapi banyak perselisihan dan perpecahan, karena berpegang teguh pada sunnah Nabi dan sunnah para sahabat yang lurus (Khulafaur Rasyidin) akan menyelamatkan mereka dari kesesatan. 

Selama umat belum sadar untuk kembali ke syariat Islam secara kaffah dan bersatu dalam naungan Khilafah, maka penderitaan akan terus berulang, darah kaum muslimin akan terus mengalir dan kehinaan akan terus menimpa. Karena hanya dengan persatuan Khilafah umat bisa bangkit, sebagaimana dahulu mereka memimpin dunia dengan cahaya IsIam. 

Wallahua'lam bisshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak