Sudan: Mangsa Imperialis Global


Oleh: Lies Ummu Khaira Nuha
(Aktivis Muslimah)

Sudan kembali menjadi berita duka dunia Islam. Sejak pecahnya perang antara militer dan Rapid Support Forces (RSF) pada 2023, berubah negeri itu menjadi ladang darah. Lebih dari 12 juta warga terusir dari tempat tinggal, 25 juta lainnya bergantung pada bantuan pangan darurat, sementara kekerasan seksual dan pembunuhan massal merajalela". (UNICEF, 24 Oktober 2025).

Pada Senin (03/11) lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengumumkan penyelidikan sesungguhnya pasukan para militer tersebut diduga telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Peristiwa ini telah menjadikan negara tersebut sebagai lokasi salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia. Kota ini ialah benteng terakhir militer Sudan di Darfur, daerah yang telah menjadi medan perang antara tentara pemerintah dan RSF sejak koalisi pemerintahan yang mereka bangun pecah pada 2023. Dan terjadi pembunuhan massal serta kekejaman terhadap warga sipil Sudan di Ibu kota regional Darfur, El-Fasher. (Detiknews.com, 07-11-2025)

Pada April 2023 awal perang saat milisi lokal, yaitu pasukan para militer Rapid Support Forces (RSF) dan militer Sudan (Sudanese Armed Forces/SAF), bersengketa mengenai integrasi RSF ke dalam militer reguler. Akibat berlanjutnya pertempuran di Darfur, angka korban hanya bisa diperkirakan, kelaparan dan penyakit menyebar luas dan sebagian besar infrastruktur serta lahan pertanian negara itu telah rusak.

Bahan Bancakan Penjajah Kapitalis

Sudan memiliki geopolitik yang sangat besar, dibentuk oleh daratannya yang luas, sumber daya alam yang melimpah, dan lokasi di jantung beberapa jalur perdagangan dan politik paling vital di dunia.

Secara geografis terletak di Timur laut Afrika. Sudan berbatasan dengan tujuh negara, yakni: Mesir, Libya, Chad, Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan, Ethiopia, dan Eritrea. 

Hal tersebut menjadikan penghubung utama antara Afrika Utara, wilayah Sahel, dan Afrika Sub-Sahara yang memiliki garis pantai disepanjang laut merah, Selat Bab al-Mandeb menghubungkan Laut Merah dengan Teluk Aden dan Laut Arab, menjadikannya koridor vital bagi perdagangan internasional dan pengiriman minyak. Dan ini merupakan jalur perdagangan Asia, Eropa dan Afrika. 

Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah ruah, tanah Sudan dikatakan tanah Emas dan juga kekayaan mineralnya seperti kromium, mangan, seng, bijih besi, dan uranium. Bahkan Sudan merupakan lumbung pangan bagi Afrika dan dunia Arab.

Dengan kekayaan yang melimpah ruah, Sudan menjadi sorotan berbagai negeri kapitalis imperialis. Mereka berupaya untuk memperebutkan tanah Sudan untuk kepentingan imperialis, berbagai macam cara dilakukan walaupun harus menumpahkan darah, melakukan genosida, penghancuran dan pengeboman.

Sudan Butuh Junnah (Perisai)

Semua itu terjadi bukan hanya perang saudara, namun ada keterlibatan asing, terutama Amerika, dan Inggris dan juga keterlibatannya dg UEA. Sungguh memilukan ketika sebagian pemimpin Muslim justru berjalan bersama penjajah. Mereka menutup mata terhadap genosida yang terjadi. Mereka membiarkan kaum Muslim tertindas tanpa pelindung. Padahal Nabi ﷺ telah mengingatkan: Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak menzalimi dan tidak membiarkan saudaranya (disakiti). (HR. Bukhari)

Ini semua terjadi karena tidak ada perisai yang melindungi kaum muslim, tidak ada satu kepemimpinan yang menggetarkan musuh dan melindungi yang lemah. Kaum muslim tercerai berai oleh batasan nasionalisme, padahal kaum muslim itu diibaratkan satu tubuh, jika salah satu bagian tubuhnya sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya.

Bagaimana penderitaan saudara kita di Sudan, Gaza, Myanmar, Uighur. Mereka tidak cukup dengan bantuan logistik, makanan, pakaian, obat-obatan, tapi mereka butuh junnah (perisai) yang bisa melindungi mereka dari penjajahan orang orang kafir yang dapat menggetarkan musuh dengan mengerahkan pasukan tentara seluruh kaum muslim dari timur sampai ke barat.

Rasulullah ﷺ telah bersabda:

*إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ*
“Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai; orang berperang di belakangnya dan berlindung kepada dirinya.”(HR. Bukhari dan Muslim). Mengutip QS An-Nisa: 141, “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.”

Pentingnya sebuah institusi yang dapat menyatukan seluruh kaum muslim di dunia dalam satu kepemimpinan, yaitu Daulah  Khilafah Islamiyah. Seluruh potensi strategis dan sumber daya Sudan yang sangat besar hanya dapat dimanfaatkan dengan benar dan adil di bawah Daulah Islam, Khilafah. 

Hanya melalui penerapan sistem Islam yang berdasarkan Al-Quran & Sunnah, kekayaan alam, geostrategis dan pengaruh Sudan dapat dikelola dengan cara yang melayani kepentingan rakyatnya dan umat. Khilafah akan menyatukan umat Islam lintas etnis dan suku, menyingkirkan pengaruh asing, mendistribusikan sumber daya secara adil, serta menjamin martabat dan keamanan bagi semua.
Wallahu 'alam bish shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak