Marak Bencana, akibat Salah Tata Kelola




Oleh: Nita Nur Elipah
(Penulis lepas)



Menjelang akhir tahun 2025, terjadi banyak bencana alam menimpa berbagai wilayah di Indonesia. Seperti beberapa bencana di bawah ini contohnya.

Dimana belakangan ini terjadi bencana longsor di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Jawa Tengah. Kabar terbaru dimana tim SAR gabungan kembali menemukan dua orang dalam kondisi tak bernyawa dalam operasi pencarian korban longsor.

Berdasarkan data sementara hingga hari keenam operasi pencarian, Selasa (18/11), total korban terdampak longsor berjumlah 46 orang. Mereka terdiri atas 23 orang selamat, 18 meninggal dunia, dan lima orang lainnya masih dalam pencarian.
(www.bbc.com.14 November 2025)

Lalu bencana yang menimpa lima wilayah Rukun Tetangga (RT) di Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, yang terendam banjir rob hingga Ahad siang.

"Lima RT tersebut ada di dua kecamatan yang ada di daerah setempat," kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan di Jakarta.
(Antaranews. Jakarta. Minggu, 23/11/2025).

Bencana selanjutnya terjadi di tiga daerah di Provinsi Sulawesi Tengah dikepung banjir hingga puting beliung selama dua hari terakhir akibat cuaca ekstrem. Angin puting beliung, banjir, dan abrasi pantai dilaporkan terjadi di Kabupaten Tolitoli, Morowali Utara, dan Buol. (CnnIndonesia. Jakarta. Minggu, 23/11/2025).

Banyaknya bencana alam yang terjadi ini memang sangat mengkawatirkan. Bencana alam ini sebenarnya bukan semata-mata karena faktor alami alam itu sendiri. Ada faktor lain yanh menyebabkan bencana seperti longsor dan banjir ini adalah akibat adanya kesalahan tata kelola ruang hidup dan lingkungan.

Gunung dan hutan yang seharusnya menjadi tempat penyerapan air kini berubah menjadi tempat-tempat wisata ataupun menjadi proyek pembangunan. Alam dirusak sedemikian rupa akibat alih fungsi lahan. Dan ketika terjadi hujan deras terjadilah longsor karena hutan dan gunung sudah tidak mampu menahan beban. Masyarakat sekitar lah yang menjadi korban.

Begitupun bencana banjir, bukan semata-mata karena derasnya air hujan. Tapi ketiadaan penampungan air, banyaknya sampah di selokan dan sungai misalnya, atau banyaknya pembangunan di kota-kota besar yang seringkali menjadi penyebab terjadinya bencana banjir. Tata kelola sampah di Indonesia memang masih menjadi pr besar bagi pemerintah.

Belum lagi penanganan bencana yang lamban menunjukan sistem mitigasi masih lemah dan tidak komprehensif, baik pada tataran individu, masyarakat dan negara.

Pemerintah sebagai penanggung jawab penanganan kebencanaan tidak benar-benar serius menyiapkan kebijakan preventif dan kuratif dalam mitigasi bencana. Inilah dampak dari diterapkannya sistem Kapitalisme. Sistem yang hanya mengukur dari untung rugi. Penguasa dalam sistem Kapitalisme lebih mementingkan keuntungan materi dengan mengizinkan para kapitalis/swasta mendirikan proyek-proyek yang merugikan rakyat dan merusak alam.

Karena penguasa dalam sistem Kapitalisme tidak berperan sebagai raa'in/pengurus urusan rakyat. Tapi hanya sebagai regulator dan fasilitator. Membuat regulasi tanpa mementingkan keselamatan dan keamanan rakyatnya. Contohnya dengan banyak terjadi bencana dimana-mana, seperti fakta-fakta diatas.

Sangat berbeda dengan Islam. Ketika kita berbicara paradigma Islam soal bencana, Islam memiliki 2 dimensi yakni dimensi ruhiyah dan siyasiyah.
Dalam dimensi ruhiyah, memaknai bencana sebagai tanda kekuasaan dari Allah Subhanahu Wata'ala. Dimensi siyasiyah yakni terkait kebijakan tata kelola ruang dan mitigasi bencana.

Edukasi ruhiyah yakni dengan memahami ayat-ayat dan hadits terkait bencana akibat ulah tangan manusia, merusak alam itu dosa dan membahayakan kehidupan, dll.

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:


ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ


"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." 
(TQS. Ar-Rum: 41)

Sungguh, banyaknya kerusakan atau bencana alam yang terjadi di muka bumi ini karena tangan-tangan manusia yang nakal. Sistem Kapitalisme telah menjadikan manusia menjadi rakus dan tidak memperdulikan alam sekitar. Maka ketika terjadi bencana, itu bentuk teguran akibat ulah manusia sendiri.

Negara di dalam Islam akan melakukan mitigasi bencana secara serius dan komprehensif dalam rangka menjaga keselamatan jiwa rakyatnya.
Saat bencana terjadi, pemerintah bertanggung jawab memberikan bantuan secara layak, pendampingan, hingga para penyintas mampu menjalani kehidupannya secara normal kembali pasca bencana. 

Wallahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak