Oleh: Essy Rosaline Suhendi
(Aktivis Muslimah Karawang)
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono mengungkap, rentannya kesehatan mental generasi muda melalui program pemeriksaan kesehatan jiwa gratis yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan. Hasilnya menunjukan, sebanyak 20 juta jiwa mengalami berbagai bentuk gangguan mental (www.republika.com, 30/10/25).
Pantaslah, jika KPAI meminta kepada seluruh pihak, dari keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah untuk memperkokoh support system bagi anak. Pencegahan bunuh diri bukan sekadar persoalan psikolog, melainkan tanggung jawab sosial bersama (www.mediaindonesia.com, 31/10/25).
Fenomena kalangan pelajar yang berbondong-bondong melakukan bunuh diri sungguh sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, alasan mengakhiri hidup dengan cara tragis bukan lah karena persoalan bullying semata, sebab jika dicermati lebih dalam, rapuhnya kepribadian remaja menjadi faktor pemicu mereka melakukan bunuh diri.
Penyebab Terjadinya Gangguan Mental
Sistem Sekular liberalisme membuat remaja saat ini kebingungan, terhadap gambaran kepribadian yang sesuai dengan tuntunan agama. Sehingga, banyak yang terjebak dalam pola pikir dan pola sikap yang bertentangan dengan Islam, sampai akhirnya, sedikit demi sedikit pemahaman Islam nya pun terkikis dan tergantikan oleh pemahaman barat, semisal hedonisme, individualisme, pluralisme, yang telah berhasil membuat remaja kehilangan tujuan hidup hakiki dan semakin tenggelam dalam kenikmatan semu.
Belum lagi, pendidikan sekuler pun turut andil mengaburkan kepribadian shahih, sebab, sekolah mengenyampingkan pendidikan agama dan hanya mengedepankan prestasi fisik semata. Padahal, Ilmu kehidupan yang sesungguhnya, bukanlah di dapat dari lembar kertas ujian dengan hasil sempurna saja, tapi bagaimana seorang anak bisa menghargai setiap proses dengan daya juang maksimal dan hasil berpasrah pada takdir Allah Ta'ala.
Selain itu, paradigma usia anak juga turut berpengaruh. Pendidikan Barat yang diadopsi oleh pendidikan sekuler, menempatkan usia dewasa ketika anak berumur 18 tahun. Sehingga orang tua, malah memaklumi ketika anak di usia sebelum 18 tahun, melakukan perbuatan tercela atau tidak senonoh, karena mereka masih diperlakukan layaknya anak kecil dan tidak dididik untuk menyempurnakan akalnya.
Kesehatan Mental Terancam Sistem Sekular
Maka tak heran, jika kesehatan mentalnya mudah terganggu, sebab pada pikiran anak yang sudah terpapar oleh sistem sekular, mereka akan menganggap wajar, jika bunuh diri menjadi pilihan yang terbaik. Ganguan mental, terlahir dari berbagai permasalahan yang kompleks, seperti faktor ekonomi, konflik orang tua yang bercerai, tuntutan gaya hidup, bullying, dan sebagainya.
Sayangnya, negara pun seakan kurang peka, dengan berbagai macam paparan media sosial perihal bunuh diri dan sharing bunuh diri. Padahal, jika terus dibiarkan, hal tersebut akan mendorong remaja dan anak-anak rentan melakukan bunuh diri. Walhasil, sistem sekular adalah biang kerok kerusakan mental yang dialami oleh anak-anak dan remaja.
Pendidikan dalam Islam
Oleh karenanya, manusia haruslah menyadari, bahwa tidak ada sistem yang pantas dan sempurna bagi manusia, selain sistem Islam. Islam memiliki pandangan khas terkait aturan yang diterapkan ditengah-tengah kehidupan, hanyalah berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah. Rasulullah Saw bersabda, “Aku telah menyerahkan kepadamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang pada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya .” (HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta'zhim wa Al-Minnah fi Al-Intishar As-Sunnah, hlm. 12-13).
Untuk itulah, syari'at Islam akan diterapkan pada seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Akidah Islam akan menjadi dasar pendidikan yang ditanam sejak dini, bermula dari lingkungan keluarga, lalu sekolah, dan seluruh jenjang pendidikan. Dengan begitu, anak akan memiliki mental yang kuat dan mampu bertahan dalam menghadapi setiap permasalahan.
Tujuan pendidikan dalam Islam pun sangatlah jelas, yaitu untuk membentuk syakhsiyah Islam, artinya memiliki kepribadian Islam, yaitu memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Sehingga anak-anak sejak usia dini akan terus diberi asupan nutrisi keimanan yang akan semakin mengokohkan akidah Islam nya.
Islam Solusi Hakiki
Dalam Islam, ketika anak sudah mencapai usia baligh, maka orang-orang yang berada disekitarnya akan mengarahkan kepada aqil. Maka, pendidikan anak sebelum baligh adalah pendidikan yang mematangkan dan mendewasakan kepribadian Islam nya.
Negara juga akan membuat aturan terkait kurikulum pendidikan dalam seluruh lembaga pendidikan, harus memadukan penguatan kepribadian Islam (karakter) dengan penguasaan kompetensi ilmu. Sehingga, murid hanya akan mengambil solusi Islam untuk menyelesaikan permasalahan hidup nya.
Namun, itu semua dapat menjadi nyata, ketika syari'at Islam ditegakkan melalui sistem institusi pemerintahan Islam atau khilafah. Khilafah memiliki satu orang pemimpin yang disebut dengan khalifah. Khalifah wajib mengurusi setiap urusan warga negara nya sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan AS Sunnah.
Khalifah akan melakukan berbagai pencegahan demi melindungi kesehatan mental warga negaranya. Seperti mewujudkan kebaikan pada aspek non klinis, dengan cara memberi jaminan kebutuhan pokok, memastikan terbangunnya keluarga harmonis, juga warganya akan diarahkan memiliki tujuan hidup yang benar sesuai dengan fitrah penciptaan. Negara pun akan menutup akses tayangan yang merusak akidah atau bertentangan dengan islam. Akhirul kalam, hanya Islam yang mampu menyelesaikan secara tuntas terkait masalah kesehatan mental.
Wallahu a'lam bishshawab
Tags
opini
