Kasus Narkoba pada Remaja Kian Menggila, Bagaimana Nasib Generasi Muda?


Oleh: Annisa Fauziah


Di tengah berbagai problematika di negeri ini, terselip satu pemberitaan yang membuat kita semakin mengelus dada. Pemberitaan tentang “kampung narkoba” yang ada di Jalan Kunti, Kecamatan Semampir, Surabaya harusnya semakin membuka mata. Realitasnya, kondisi masyarakat kita sedang tidak baik-baik saja. Tempat itu diduga kerap digunakan orang untuk transaksi narkoba dan pesta sabu (cnnindonesia.com, 14/11/25).

Sebutan kampung narkoba disematkan karena aparat sudah beberapa kali melakukan penggerebekan dan menemukan kasus peredaran narkoba di wilayah tersebut.
Ironisnya, yaitu 15 siswa SMP di wilayah Jalan Kunti terkonfirmasi positif narkoba setelah dilakukan pemeriksaan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim (kumparan.com, 14/11/25). Temuan ini tentu sangat memprihatinkan dan menambah daftar panjang kasus narkoba yang menyasar remaja di negeri ini.

Penyalahgunaan narkoba di Indonesia mencapai 3,3 juta orang. Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok usia remaja, yaitu 15-24 tahun (Kompas.com, 29/10/25). Potret buram kerusakan generasi tentu menjadi sebuah ironi. Bukankah seharusnya generasi muda saat ini adalah sosok generasi pembangun peradaban? Namun, yang ada justru potret dekadensi moral yang kian menyayat hati.


Jeratan Sistem Kapitalisme Sekuler Akar dari Kerusakan

Apa yang menjadi penyebab semua ini marak terjadi? Kita tidak bisa menutup mata bahwa berbagai kerusakan yang menimpa generasi muda berpangkal dari diterapkannya sistem kapitalisme sekuler di negeri ini. Akibatnya, meskipun kita tinggal di negeri yang mayoritas muslim, tetapi kehidupan bermasyarakat dan bernegara sangat jauh dari syariat Islam.

Cengkeraman sistem kapitalisme sekuler sudah nyata merusak sendi-sendiri keimanan para remaja. Pada akhirnya, mereka yang sudah kehilangan nilai keimanan akan hilang arah dan mudah terpengaruh oleh pengaruh ideologi lain. Gaya hidup hedonis membuat mereka menjadikan standar kebahagiaan pada sesuatu yang bersifat materi, Akhirnya ketika ada permasalahan kehidupan maka “pelarian” mereka adalah mencari sesuatu yang instan untuk mendapatkan kenikmatan.

Pergaulan bebas, minuman beralkohol, hingga narkoba dijadikan pilihan. Para remaja banyak yang terperangkap oleh jebakan kebahagiaan semu. Bahkan mereka tidak menyadari bahwa ada banyak kemudaratan yang dihasilkan. Efek narkoba bukan hanya pada aspek kesehatan fisik semata, tetapi juga bisa berpengaruh kepada kesehatan mental para remaja, Efeknya bukan hanya untuk saat ini saja, tetapi justru akan menghasilkan efek jangka panjang yang bahkan bisa saja permanen.

Penyalahgunaan narkoba bisa berpengaruh terhadap kerusakan otak, kerusakan hati, dan penyakit kardiovaskular, bahkan menurunkan imunitas. Pada aspek psikologis, narkoba juga bisa memicu depresi, gangguan tidur, gangguan emosional, hingga kecemasan. Jika sudah terjadi demikian, apakah akan ada penyesalan?

Kasus narkoba yang muncul ke permukaan banyak terjadi pada remaja yang tumbuh di lingkungan keluarga yang penuh dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), fatherless, hingga hilangnya sosok teladan dari dalam rumah. Wajar jika akhirnya rumah bukan lagi tempat ternyaman untuk bisa bercerita dan tempat pulang.

Keluarga yang notabene menjadi madrasah dan benteng pertama bagi anak-anak justru kian kehilangan perannya. Pada akhirnya fitrah kebaikan pada generasi muda kian tergerus. Potensi dan produktivitas pada usia remaja yang seharusnya lahir menjadi karya positif justru semakin jauh dari harapan.

Narkoba adalah sebuah problem sistemik yang memang harus diselesaikan dengan pendekatan sistemik. Jika pendekatan individu digencarkan melalui program-program rehabilitasi, tetapi peredaran kelas kakap tidak dihentikan, apakah efek buruk narkoba ini bisa dihentikan?

Tentu tidak, yang ada para pengedar ini akan senantiasa mencari celah bagaimana mereka bisa mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Tentu tanpa nurani, mereka tidak berpikir bahwa narkoba yang mereka edarkan bisa merusak generasi.


Syariat Islam, Menyelamatkan Generasi Muda dari Kerusakan

Penyelesaian problem narkoba perlu pendekatan holistik yang tidak sekadar menghasilkan solusi tambal sulam. Negara sebagai institusi yang bertanggungjawab untuk mengurusi rakyatnya harus menjadi garda terdepan untuk melindungi rakyatnya dari berbagai pengaruh buruk dari ideologi lain selain Islam.

Para pemangku kebijakan harus mau untuk menerapkan sistem yang berasal dari Allah Swt., yaitu syariat Islam. Aturan yang berasal dari syariat Islam tidak akan diterapkan berdasarkan aspek untung rugi. Namun, akan menerapkan aturan secara tegas dan adil sehingga mampu membawa kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

Islam hadir untuk menjaga agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta. Maka, bisa dipastikan sistem aturan yang berasal dari syariat Islam mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai jenis kemaksiatan yang mampu merusak seperti narkoba. Setiap rang, termasuk para remaja akan terjaga tumbuh kembangnya baik secra fisik maupun mental.

Ketahanan ideologi pada tataran keluarga, masyarakat, dan negara akan menjadi benteng pelindung dari penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Pendidikan akidah Islam anak di tengah keluarga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang para remaja. Sistem pendidikan Islam yang bersumber dari akidah Islam akan membentuk generasi yang beriman dan bertakwa dan memiliki pola pikir dan pola sikap Islami. Bukan sekadar berorientasi pada kecerdasan akademik, tetapi melupakan akidah Islam sebagai ruhnya.

Peran masyarakat pun tentu tak bisa dipandang sebelah mata. Efek negatif ketika hidup dalam cengkeraman kapitalis sekuler memang tak bisa dihindarkan. Kebebasan individu yang diagung-agungkan telah mengikis kepekaan dan kepedulian di tengah masyarakat. Akhirnya masyarakat abai dengan kerusakan yang terjadi di sekitarnya.
Ketika melihat banyak remaja di lingkungan sekitar yang terjerat narkoba tidak sedikit yang mendiamkan. Jargon “asalkan tidak merugikan orang lain” memang sangat menyesatkan. Banyak orang yang akhirnya menjadikan itu sebagai tameng untuk melakukan kemaksiatan. Maka, jangan pernah diam ketika ada kemaksiatan di depan kita. Sebab, jika kita diam maka kebaikan tidak akan tersampaikan dan kemaksiatan akan semakin merajalela. Oleh karena itu, amar makruf nahi mungkar harus terus dilakukan.


Khatimah

Sudah saatnya kita tergerak untuk sama-sama menyiapkan generasi khayru ummah (umat terbaik) yang kelak akan membangun peradaban yang akan memimpin dunia. Semua itu hanya bisa terwujud ketika syariat Islam diterapkan secara kafah dalam institusi negara. Sebab, visi penyelamatan generasi dari kerusakan narkoba tidak cukup dengan perubahan dalam tataran individu, tetapi perlu solusi sistemik yang akan menjamin bahwa negara mampu menjadi pengurus dan penjaga umat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak