Oleh Annida K. Ummah (Tangerang)
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah program pemerintah era saat ini untuk mengatasi persoalan gizi pada anak sekolah & ibu hamil. MBG merupakan janji presiden untuk mengatasi malnutrisi dan stunting pada anak-anak.
Di beberapa daerah, program Makan Bergizi Gratis sudah terselenggara. Namun di beberapa tempat meninggalkan masalah, seperti terjadinya keracunan makanan.
Sebanyak 135 siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami gejala keracunan usai mengkonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG). Orang tua siswa berharap, program MBG dievaluasi. (Tirto.id, 27/8/25)
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman memberikan penjelasan terkait standar operasional prosedur (SOP) konsumsi makanan agar tidak menimbulkan potensi keracunan. Hal ini juga menjelaskan kemungkinan penyebab dugaan keracunan pangan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 3 Berbah. Pengawas Farmasi dan Makanan Dinkes Sleman, Gunanto, mengatakan SOP konsumsi makanan adalah empat jam setelah makanan selesai dimasak. Informasi yang pihaknya dapat, menu MBG hari Selasa (26/8/2025) selesai dimasak pukul 07.30 WIB. Makanan ini baru dikonsumsi pukul 12.00 WIB. (Harianjogja.com, 28/8/2025)
Selain di Sleman, keracunan MBG juga terjadi di Bengkulu & Sragen. 456 Siswa Keracunan, Gubernur Bengkulu Stop Program MBG di Lebong. Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, mengatakan kegiatan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Lebong dihentikan sementara. (Kompas.com, 30/8/2025)
Sebanyak 196 siswa dan guru SD hingga SMP di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah (Jateng) mengalami keracunan massal usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (12/8). (CNNIndonesia, 13/8/25)
Terjadinya keracunan berulang, menunjukkan adanya ketidakseriusan dan kelalaian negara, khususnya dalam menyiapkan SOP dan mengawasi SPPG. Kesehatan bahkan nyawa siswa terancam dengan adanya peristiwa keracunan makanan.
Jika dianalisa program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan solusi untuk menyelesaikan persoalan gizi pada anak sekolah dan ibu hamil, apalagi mencegah stunting. Sebab makan bergizi yang diberikan hanya satu kali dalam sehari. Sedangkan siswa setidaknya makan tiga kali dalam sehari. Target yang tersentuh hanya anak sekolah, bukan balita atau ibu hamil yang memang butuh gizi seimbang di usia lima ribu hari pertama anak.
Islam menetapkan negara harus bersikap sebagai pelindung. Bertanggung jawab mewujudkan kesejahteraan rakyat, di antaranya dengan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung berarti menghadirkan makanan bergizi dengan mudah. Secara tidak langsung berarti membuat lapangan pekerjaan bagi orangtua tersedia dan layak, serta memastikan harga kebutuhan pokok terjangkau oleh masyarakat. Ini semua mampu dilakukan karena negara Khilafah (Islam) memiliki sumber pemasukan yang besar. Seperti pengelolaan sumber daya alam dilakukan oleh negara sehingga keuntungan dinikmati oleh negara & rakyatnya.
Dengan demikian untuk mengatasi masalah stunting, persoalan gizi pada anak sekolah dan ibu hamil bukan semata dengan memberikan makan bergizi gratis. Melainkan dengan mendukung tersedianya makanan bergizi di rumah-rumah masyarakat. Juga adanya edukasi terkait gizi kepada masyarakat. Dengan demikian keracunan makanan tidak seharusnya terjadi. Dan penuntasan masalah gizi dapat lebih tepat sasaran. Wallahu a'lam[]
Tags
Opini