Oleh : Ummu Hilal el-Rumi
Problem multidimensi yang menimpa Indonesia tak lepas dari sistem saat ini, karena Indonesia menganut sistem sekulerisme buatan akal manusia yang terbatas yang memisahkan agama dari kehidupan, sehingga menafikan agama untuk mengatur urusan kehidupan bermasyarakat.
Salah satu problematika umat yang sangat terasa yaitu semakin sulitnya perekonomian di tengah-tengah sistem kapitalisme yang dianut oleh negeri ini, di mana orang kaya semakin kaya, dan orang miskin semakin terhimpit kehidupannya, sehingga secara alamiah terjadi kesenjangan sosial yang sangat lebar.
Pengangguran semakin tinggi di tengah semakin sempitnya lapangan pekerjaan. Terdata per Februari 2025,menurut BPS jumlah angka pengangguran mencapai 7,28 juta orang, dan angka ini menjadi yang tertinggi kedua di Asia.
Di tengah terpuruknya ekonomi Indonesia dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan, dibukanya job fair bukanlah solusi yang tepat, karena tidak serta merta dapat menyerap tenaga kerja yang banyak. Hanya segelintir orang yang mampu direkrut dari acara job fair tersebut dengan jumlah peserta yang sangat membludak.
Masalah ekonomi erat kaitannya dengan urusan menyambung hidup dan terkait dengan kebutuhan dasar manusia. Karena masalah ekonomi juga bisa menghantarkan manusia kepada titik jenuh sampai terjadi KDRT, bunuh diri ataupun perceraian dalam keluarganya sampai melakukan tindak kriminal.
Ironi, negeri yang kaya raya melimpah sumber daya alamnya, ternyata rakyatnya tidak turut merasakan kesejahteraan di dalamnya. Ketimpangan ekonomi sosial sangat kentara dalam sistem kapitalisme ini.
Salah satu faktanya, demi bertahan dan menyambung hidup, yang tentunya dengan cara yang halal, ratusan orang rela mendaftar lowongan kerja menjadi petugas kebersihan (PPSU) di Jakarta, mulai dari orang yang berijazah SD sampai sarjana, padahal yang diterima hanya 6 orang saja. Mereka rela membersihkan sampah dan selokan serta menyapu jalanan karena dengan iming-iming tawaran gaji yang menggiurkan sampai 5,4 juta per bulan belum termasuk tunjangan yang lain di tengah himpitan ekonomi yang melanda.
Inilah potret buram kapitalisme. Lapangan pekerjaan tak sebanding dengan jumlah rakyat yang produktif. Rakyat dituntut untuk kreatif dan produktif di tengah keterbatasan, sementara penguasa hanya berfungsi sebagai fasilitator saja bukan sebagai regulator.
Berbeda dengan sistem Islam yang mengutamakan kesejahteraan rakyatnya, baik yang muslim maupun kafir dzimmi. Penguasa yang diamanahi sebagai pengurus rakyat dengan penuh rasa tanggung jawab dan keimanan kepada Allah mengurus rakyatnya dengan sebaik-baiknya, tanpa terkecuali. Luasnya lapangan pekerjaan dan tata kelola sumber daya alam yang terarah dan bertanggung jawab sehingga rakyatpun merasakan kesejahteraan tanpa harus mengalami kelaparan karena sudah terpenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya.
Wallahu a'lam