Oleh : Kaizen Revolt
Dalam laporan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) tahun 2024, PT Sumber Segara Primadaya (S2P) selaku operator PLTU Cilacap, menyadari bahwa operasionalnya harus berjalan seiring dengan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat.
“Kami percaya bahwa keberlanjutan tidak hanya berarti menjaga lingkungan, tetapi juga memberdayakan komunitas lokal agar tumbuh bersama dalam kesejahteraan dan kemajuan,” ujar Agus Gunanto, General Manager PLTU Cilacap, dalam laporan kegiatan CSR tahun 2024 yang diterima Suara.com, ditulis Selasa (20/5/2025). (suara.com)
Listrik merupakan energi terbarukan yang sangat penting untuk saat ini. Maka upaya untuk menghadirkan di tengah-tengah masyarakat merupakan hal yang begitu dibutuhkan. Salah satu upaya yang dapat menghasilkan listrik adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Hal ini merupakan upaya menjawab tantangan kebutuhan masyarakat. Listrik yang dihasilkan sebuah PLTU bahkan dapat menyuplai wilayah Jawa hingga Bali.
Pembangunan Pembangkit Listrik di kabupaten paling barat di Jawa Tengah ini didukung kuat melalui Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 9 Tahun 2011 (dan perubahannya). Dalam upaya serius kepedulian terhadap lingkungan, PLTU setiap tahunnya memberikan CSR untuk mendorong industrialisasi yang berkelanjutan. Seperti penanaman ribuan pohon di Desa Menganti, Karangkandri dan Slarang. Juga ada pembekalan untuk memfasilitasi masyarakat mendapatkan pengetahuan perihal adaptasi iklim.
Namun, tentu saja upaya ini memiliki tantangan besar sebab memang kebutuhan listrik terkadang dalam pelaksanaan proses produksinya bertentangan dengan komitmen iklim global. Sebab dalam prosesnya menggunakan bahan bakar batu bara yang menyebabkan emisi karbon. Sehingga mungkinkah pembangunan atau industrialisasi yang tidak menyimpangi komitmen keberlanjutan alam?
Tentunya memungkinkan. Ada begitu banyak hasil penelitian dari ribuan lulusan mahasiswa maupun ribuan riset yang mampu memberikan solusi tantangan iklim. Para cendekiawan di negara ini bukan tak mampu memberikan dampak pengetahuan. Hanya saja terkadang memilih tidak mau. Jadi bukan tak mampu, tapi memilih enggan atau tidak mau.
Mengapa tidak mau? Dalam konsep kapitalisme diupayakan dengan modal sekecil-kecilnya untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Itulah sebabnya berbagai pembangunan seringkali menyimpangi Analisis dampak lingkungan (AMDAL) untuk menekan biaya produksi.
Maka industrialisasi yang dapat menjaga keseimbangan alam hanya dapat terjadi ketika pembangunan bukan berorientasi pada profit semata. Namun di mana mencari pengusaha maupun penguasa yang mampu membangun negeri tanpa terfokus pada asas manfaat saja?
Ketika berbicara tentang keseimbangan antara perkembangan ekonomi dan keseimbangan iklim kita akan dihadapkan solusi carbon capture and storage (CCS) dan greenflation. Solusi ini ditawarkan dari hasil pemikiran para sarjana teknologi yang luar biasa di negeri ini. Jika dalam kepemimpinan Islam maka solusi sebijak ini akan diaktualisasikan sebagai komitmen yang serius dalam menjaga keseimbangan alam. Terutama komitmen sebagai mukmin untuk tidak merusak alam sebagaimana maklumat yang disebutkan dalam firman Allah QS. Al A'raf ayat : 56.
Dengan demikian sebaik-baik penjagaan alam ini adalah dengan mengikuti perintah Sang Maha Pencipta. Segala bentuk aturannya telah paripurna. Dapat dirujuk hingga detail melalui Al Qur'an, Hadits, Ijma' Shahabat serta qiyas.
Wallahu A'lam Bish Shawab
Tags
Opini