Indeks Kebahagiaan Keluarga di Bogor Meningkat, Kebahagiaan Hakiki?



Oleh: Jihan Lathifah 
(Pelajar SMA)



Indeks kebahagiaan keluarga di Kota Bogor mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sistem Peringatan Dini Pengendalian Penduduk atau Siperindu, skor indeks kebahagiaan keluarga di Kota Bogor meningkat menjadi 63 dari yang sebelumnya 53. 

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bogor Anas S. Rasman,  mengungkap tingkat kebahagiaan keluarga di Kota Bogor terus mengalami tren kenaikan. Skor tersebut sudah mengalahkan satu poin dari Jawa Barat yang ada di angka 62. Saat ini, keluarga berkualitas yang ada di empat kecamatan di 68 kelurahan sudah berada di angka 70. Menurut Anas, ada beberapa indikator yang membuat sebuah keluarga terkategori keluarga bahagia. Di antara faktor dominan adalah adanya tercapainya interaksi keluarga dan sosial yang terdapat di dalamnya kasih sayang, penerimaan terhadap kondisi keluarga serta lingkungannya. Begitu paparnya pada Kamis, (22/05/25), dilansir dari Koran Pikiran Rakyat.

Namun, apakah kebahagiaan keluarga yang dirasakan oleh warga Bogor tersebut merupakan kebahagiaan yang sesungguhnya? Atau hanyalah kebahagiaan semu yang bersifat sementara? Standar kebahagiaan seseorang dapat berbeda, dan sangat bergantung pada pemahaman yang diyakininya. Sistem kapitalis sekuler yang banyak dijadikan arah pemikiran masyarakat saat ini membuat standar kebahagiaan ada pada materi. Kebahagiaan adalah ketika berhasil mendapatkan sesuatu hal yang bersifat materi seperti halnya harta dan jabatan.

Ketika seseorang menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan, bisa saja kebahagiaan tersebut tak berlangsung lama. Karena materi bisa habis, atau jangka waktunya tidak panjang. Atau bisa saja menjadikan seseorang menjadi terobsesi untuk terus mengejar kebahagiaan semu tersebut. Tak sedikit terjadi kasus terlilit hutang, stress, atau bahkan bunuh diri hanya karena terus-terusan dibayangi oleh kenikmatan sementara dari materi tersebut. 

Berbeda dengan cara pandang kebahagiaan seorang Muslim yang diukur dari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apapun yang mereka kerjakan di dunia, tak peduli bagaimana hasilnya, yang mereka dambakan hanyalah pahala dari Rabb mereka. Maka, mereka yang menggunakan kacamata Islam sebagai jalan hidup mereka, pun dengan ridha Allah sebagai tolok ukur perbuatan mereka, akan hidup dengan damai dan bahagia. 

Maka, dapat dilihat, kontras sekali perbedaan hasil kedua pemahaman tersebut. Mereka yang menjadikan materi sebagai tolok ukur kebahagiaan hidup dengan penuh bayang-bayang suram akan takut kehilangan apa-apa yang telah mereka dapatkan. Dengan mereka yang menjadikan ridha Allah sebagai tolok ukur kebahagiaan, tak ada yang mereka dapatkan selama hidup di dunia kecuali ketenangan dan kebahagiaan, yakin bahwasanya semua usaha mereka di dunia akan mendapatkan balasan terindah yang telah dijanjikan oleh Allah Ta’ala, yakni surga-Nya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak