Paylater Membudayakan Konsumerisme di Tengah Masyarakat


Oleh: Hasanahfile


Maraknya kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi, terpenggalnya ribuan karyawan menjadi momok menakutkan bagi setiap individu yang berjuang mencari nafkah. Beban materil yang terus digaungkan dan dicanangkan, beberapa komoditas yang marak naik harga hingga issue dollar mulai menanjak, masyarakat seperti dihantam berkali-kali dalam realitas kehidupan. Hal ini pun berimbas pada daya jual pasar yang kian menurun. Setelah jatuh bak tertimpa tangga pula. Begitulah perumpaan yang pas untuk menggambarkan kondisi rakyat Indonesia saat ini. 

Para pedagang di Pasar Tanah Abang mengaku mengalami penurunan omzet signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu pedagang , Eli, menyampaikan bahwa meski jumlah pengunjung cukup ramai selama masa puasa hingga Lebaran, daya beli masyarakat mengalami penurunan drastis. Menurutnya, penurunannya sekitar 30-35 persen. "Ramainya pengunjung memang ada. Cuman, untuk daya beli jauh berkurang dibandingkan tahun 2024," (Kompas.com 10/04/2025).

Namun apalah daya, hidup terus berlanjut dengan segala kebutuhan pokok yang harus dipenuhi meski harus terseok-seok.

Untuk menyuplai kondisi tersebut, Munculnya paylater di tengah masyarakat. Bagi mereka kehadiran playlater memberikan solusi yang instan, yang ditawarkan sistem Kapitalis. Sehingga mempermudah keadaan, namun celakanya banyak pula yang membuat masyarakat menjadi terbuai dan menggampangkan 'pembayaran nanti' untuk menjadi pribadi konsumtif. Maraknya diskon menggunakan paylater membuat masyarakat menjadi kalap tak tertahankan. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per Februari 2025 total utang masyarakat Indonesia lewat layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau yang lebih akrab disebut PayLater di sektor perbankan menyentuh angka Rp 21,98 triliun. (Liputan6.com 11/04/2025) 
"Februari 2025 baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh sebesar 36,60 persen yoy menjadi Rp 21,98 triiun” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan, secara virtual, (liputan6.com 11/4/2025).

Definisi Paylater itu sendiri adalah akar kata dari bahasa Inggris yakni pay artinya membayar dan later artinya nanti dalam istilah paylater adalah pembayaran digital (e-commerce) berbasis hutang cicilan dengan tanggungan bunga/riba yang disesuaikan jangka pembayarannya. Dengan begitu paylater bagian dari transaksi riba.

Dalam pandangan Islam menjalankan transaksi riba tentu sudah jelas adalah keharaman yang harus dihindarkan dari kehidupan. 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir." (Qs. Ali Imron [3]: 130)

Namun sayangnya justru Pemerintah melegalkan dan mewadahi bentuk sistem transaksi ribawi ini. Efek domino yang terjadi masyarakat terbuai dengan kerakusan pembeli namun sulit membayar hingga akhirnya hutang menunggak dengan bunga yang terus membengkak, bahkan beberapa dari masyarakat kalangan bawah menjerit tidak bisa membayar dan ada dari beberapa kalangan kasus bunuh diri alasan karena hutang yang menumpuk karena gagal bayar. Efek adanya hutang berhutang karena budaya konsumtif ini akhirnya berdampak pada budaya lain yang tak kalah merebaknya. Yakni mereka ambil jalan pintas dengan melakukan judi online.

Semua itu terjadi karena sistem kapitalis memberikan solusi manis dengan adanya paylater tersebut, namun efek nyata justru membuat manusia menjadi kehilangan arah dan jati diri dalam bertindak untuk bijak dalam mengelola keuangan. 

Bumi Allah Subhanahu Wa Ta'ala sangat luas banyak cara halal untuk menyuplai kebutuhan dengan cara yang baik-baik

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Qs. al-baqaraah : 155).

makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu ...” (Qs.al-baqaraah : 168) 

Dalam sistem Islam, Islam akan menutup celah budaya konsumerisme, karena pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhanahu Wa ta'ala sangat berat. Sehingga mereka akan terarah untuk taat. Masyarakat akan terbentuk ketakwaannya sehingga standar bahagia pun bukan dari sisi materi tapi karena mendapatkan rida Allah Subhanahu Wa ta'ala

Solusi dari semua itu adalah dengan menerapkan Islam secara kaffah. Sehingga kesejahteraan rakyat terjamin. Sistem ekonomi Islam memiliki mekanisme untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat individu per individu.
Segala praktik ribawi akan dihapuskan. Sehingga timbullah keberkahan hidup. Seorang Khalifahpun akan senantiasa menjaga rakyat agar jauh dari keharaman. 

Wallahua'lam bi showab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak