Ana (Ibu Rumah Tangga)
Sangat miris sekali nasib anak bangsa ini, istilah "Anak Ayam Mati di Lumbung Padi" nampaknya pas untuk keadaan saat ini. Bagaiamana tidak, negeri yang kaya sumber daya alam "Gemah Ripah loh Jinawi" ini generasinya mau makan bergizi saja mesti menunggu adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tentunya ini membutuhkan dana yang tidak sedikit. Meskipun pemerintah dengan pongahnya menyatakan program ini akan berhasil mengentaskan masalah gizi di negeri ini.
Presiden RI mengeklaim keberhasilan program MBG ini 99,99% meski terdapat kasus keracunan di berbagai daerah. Bukankah klaim ini sangatlah berbahaya karena anak-anak penerus bangsa ini bukanlah ajang uji coba suatu program dari pemerintah.
Puluhan siswa dan guru Bina lnsani Bogor keracunan menu MBG. Kasus keracunan menu MBG kembali terjadi kali ini insidennya menimpa sejumlah siswa TK dan SMP serta guru Bina lnsani kota Bogor,Jawa Barat (liputan6.com, 8/5/25). Seandainya pemerintah mau mengoreksi program MBG, tentunya ini bukan sekedar pemenuhan makan untuk anak sekolah saja melainkan keluarga si anak yang sekolah dan juga anak-anak yang tidak bisa sekolah. Para orang tua kebingungan mencari lapangan pekerjaan agar anaknya tetap bisa makan sepulang sekolah. Namun sekarang, badai PHK menghantui para kepala keluarga.
Negara yang menerapkan sistem Kapitalisme telah gagal menjamin kualitas gizi generasi karena pasar bebas membiarkan produk-produk berbahaya beredar bebas tanpa kontrol ketat. Kapitalisme juga gagal menyejahterakan rakyatnya. Terbukti dengan minimnya lapangan pekerjaan.
Khilafah Islamiyyah merupakan solusi paripurna untuk seluruh masalah ummat saat ini dengan solusi sistemik mengatur ekonomi dan kehidupan rakyat berdasarkan syari'at Islam yang berorientasi pada kemaslahatan. Khilafah bertanggung jawab penuh atas keamanan ketahanan pangan dan gizi masyarakat, bukan diserahkan kepada mekanisme pasar atau korporasi. Khilafah juga menjamin terbukanya lapangan pekerjaan yang luas melalui pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan di sektor produktif, dimana para kepala keluarga tidak dipusingkan dengan lowongan pekerjaan yang minim saat ini. Sehingga kesejahteraan bukanlah impian semata.
Tags
Opini