Intelektual Teruji, Iman Tak Terpuji




Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban 


Rasanya tak kunjung selesai kasus pelecehan dan kekerasan seksual. Seorang guru besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, berinisial EM, dilaporkan dan terbukti melakukan kekerasan seksual kepada sejumlah mahasiswa. Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) mendorong kasus itu menjadi pelajaran bagi perguruan tinggi (PT) lain.


Menurut Sekjen Kemendiktisaintek Togar Mangihut Simatupang, hal itu bukan kasus pertama yang terjadi di UGM. Ia merasa prihatin, ketika Perguruan Tinggi (PT) sebagai garda terdepan nilai-nilai kemanusiaan justru ada oknum di lingkungan itu sendiri yang mencoreng (republika.co.id, 10-4-2025).


Sebagai guru, memang memiliki "kekuasaan" atas muridnya, namun jika ketakwaan setipis tisu dibelah tujuh, kekuasaan itu malah menjadi modus perbuatan tak senonoh. Sekretaris UGM Andi Sandi menjelaskan, tindakan kekerasan seksual dilakukan EM dengan modus pendekatan akademik, seperti bimbingan dan diskusi yang sebagian besar terjadi di luar kampus.


Pimpinan UGM pun menjatuhkan sanksi pemecatan terhadap seorang guru besar di Fakultas Farmasi berinisial EM. Pertanyaannya, apakah sanksi pemecatan bisa menghentikan tindakan tak bermoral ini? Tentu saja tidak, apalagi data yang ada bak fenomena gunung es. Masih banyak yang belum terlacak hingga terlapor. Entah karena sudah mental duluan, malu, putus asa karena biasanya kasus berlalu begitu saja tanpa keputusan yang memberikan rasa adil. 


Integritas Kaum Intelektual Hancur Akibat Kapitalisme


Kaum terpelajar atau intelektual semestinya menjadi garda terdepan memberikan manfaat ilmu dan kebijaksanaan. Namun sayang, hari ini kebaikan itu justru tergerus dengan kapitalis. Hal ini karena sistem Kapitalisme memiliki asas sekular atau memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga yang ia pandang sebagai bentuk sukses yang mendatangkan kebahagiaan hanyalah materi. 


Pendidikan di negeri ini pun sangatlah kental aroma kapitalisasinya. Dari mulai kurikulum, proses pendaftaran hingga sarana dan prasarananya. Negara pun sangat minim memberikan perhatiannya. Terlebih sebagai lembaga yang mampu memberikan sanksi yang tegas atas berbagai pelanggaran. Penyakit mental atau perilaku seksual yang menyimpang ini tidak bisa dianggap sepele. 


Islam Wujudkan Generasi Unggul Berkepribadian Takwa


Sistem Islam memiliki seperangkat aturan dalam melakukan pencegahan dan penindakan untuk berbagai kasus kejahatan, termasuk kekerasan seksual. Secara paripurna, sistem Islam mengatur interaksi sosial dan pergaulan pada setiap level komunitas masyarakat. Untuk membentuk ketakwaan individual serta komunal, negara menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Islam memiliki langkah pencegahan dan penanganan berupa sistem sanksi yang berefek jera menutup celah terulangnya kasus serupa.


Setiap individu akan merasakan kesadaran dirinya dengan Allah, sehingga ia takut melakukan kemaksiatan baik saat beramai-ramai maupun sendiri. Hal ini karena kurikulum pendidikan disusun berdasarkan akidah Islam. 


Peran aktif negara lainnya adalah mengoptimalkan fungsi lembaga media dan informasi dengan menyaring konten dan tayangan yang tidak mendukung terciptanya suasana iman dan takwa, baik di lingkungan pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi, seperti konten porno, film berbau sekuler liberal, media penyeru kemaksiatan, dan perbuatan apa saja yang mengarah pada pelanggaran terhadap syariat Islam.


Amar Makruf nahi mungkar menjadi kebiasaan sehingga maksiat bisa dicegah bahkan diminimalisir. Semua ini bisa terwujud hanya ketika syariat Islam diterapkan sedangkan Kapitalisme yang justru menciptakan kemudaratan dicabut. Kaum muslim harus bersatu, menegakkan kembali peradaban mulia, yaitu Daulah Khilafah. Satu-satunya sistem yang menghendaki kemuliaan bagi kaum muslim. Wallahualam bissawab. 

Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak