Ilmu Tanpa Adab, Cahaya yang Redup





Oleh: Julia Ummu Adiva Farras 



Di dalam Islam adab memiliki keutamaan dan kedudukan yang sangat penting, bahkan sebelum berilmu adab lebih didahulukan, sebab  cerminan ilmu terlihat ketika pantulan adab tersebut. Sebagaimana 
Ibnu Sina pernah berkata, "Ilmu tanpa adab adalah seperti api tanpa cahaya." Para ilmuwan Muslim tak hanya menguasai ilmu, mereka pun menjunjung tinggi adab. Mereka belajar dengan kesungguhan, menghormati guru, dan memanfaatkan ilmu untuk kebaikan umat.

Para ulama dahulu mengutamakan mempelajari adab lebih awal, seperti dalam beberapa kutipan hadita berikut:

Yusuf bin Al Husain berkata, 
“Dengan mempelajari adab, 
maka engkau jadi mudah 
memahami ilmu.”

Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi 
berkata “Dengan 
memperhatikan adab maka 
akan mudah meraih ilmu. 
Sedikit perhatian pada 
adab, maka ilmu akan disiasiakan.”


Ibn Mubarak rahimahullah berkata, “Kami belajar adab (tata krama) 30 tahun dan kami belajar ilmu selama 20 tahun.”


Ibn Sirin berkata, “Mereka belajar tuntunan hidup sebagaimana belajar ilmu.”

Ibn Mubarak dari Al-Hasan berkata, “Kami lebih membutuhkan adab ketimbang banyak hadis.”

Dalam kitab Siyar al-A’lam karya Adz-Dzahabi, dari Abdullah bin Wahab berkata, “Kami lebih banyak menukil adab (tata krama) Imam Malik ketimbang kami mempelajari ilmunya.”

Sebagai seorang muslim    kisah ulama terdahulu bisa menjadi rujukan agar kita dapat meneladaninya. Ini merupakan pengingat bagi diri sendiri khususnya pengemban dakwah yang mentotalitaskan dirinya untuk umat hanya karna Allah dalam menyeru amat makruf nahi mungkar. Untuk mempermudah cahaya itu datang kepada setiap mad'u maka refleksi adab atau keseimbangan antara pola pikir dengan pola sikap dengan mengimplementasikan  ilmu yang sudah didapat. Tak terhitung banyak atau sedikit ilmu yang dipunya, karna adab akan membawa seseorang menjadi tawadhu, bertindak sesuai dengan apa yang  terdapat dalam hukum syara.

Tanpa adab, ilmu yang diperoleh akan redup bahkan terjadi kefasadan apabila disalah gunakan, untuk itu adab adalah pondasi kuat di dalam diri seseorang. Ia akan membentuk syakhsiyyah islamiyyah. Karna menjaga diri untuk terus menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Itu semua karna adab sebagai lentera yang menyinari keredupan tatkala kegelapan hadir.

صَّسْا مِوْنِمِنْ حُسْ وَ شَ الخُْنِلُيْالصَّءٍقِ الخُْ لَلاَ يُلُيَةِبـْقِلُوضَغُ وَعُإِ بِنَّهِ فيِ دَ صَ الْرَجَمِةَاحِيزَبَ صَاحِبِ

“Tidak ada sesuatu pun yang 
lebih berat timbangannya dari 
akhlaq mulia ketika diletakkan 
di atas mizan (timbangan 
amal) dan sungguh pemilik 
akhlaq mulia akan mencapai 
derajat orang yang 
mengerjakan puasa dan 
shalat.”
(HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)

Wallahu a'lam bish-shawab[].

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak