Idulfitri tanpa Junnah, tetap Terpuruk.






Oleh:  Eka Ummu Hamzah
 ( Aktivis Dakwah dan Pemerhati Kebijakan Publik)




Idul Fitri telah datang, ia merupakan simbol kemenangan bagi kaum Muslimin. Diberbagai penjuru negeri, umat Islam menjalankan ibadah shalat Idul Fitri sebagai bentuk ketaatan dan kemenangan. Tapi, melihat kondisi umat saat ini kemenangan yang benar-benar didambakan oleh umat nampaknya  masih jauh dari harapan. Pasalnya, kondisi umat saat ini masih dalam keterpurukan. Penindasan, pembantaian, pengusiran dan lain-lain masih terus menghantui umat Islam. Sampai saat ini umat Islam di Palestina masih terus diserang oleh tentara Zionis-Israel, bahkan saat merayakan Idul Fitripun  tidak luput dari kebiadaban Israel.
Menurut berita yang disampaikan oleh media online Tempo, pada saat perayaan Idul Fitri Israel membunuh warga 9 Palestina, 5 diantaranya adalah anak-anak. ( Tempo.co, 30 Maret 2025).
Tidak hanya Palestina, Umat Islam dibelahan bumi lainnya mengalami keterpurukan. Rohingya masih terombang-ambing tanpa  tujuan setelah di usir oleh entitas Budha Myanmar. 


Dari dalam negeri sendiri kondisinya tidak jauh berbeda dari negeri-negeri yang tertindas, berbagai kerusakan dialami oleh manusia dan alam. Kemiskinan merajalela, pengangguran semakin meningkat, generasi diambang kehancuran karena hedonisme dan pergaulan bebas, perselingkuhan sudah menjadi budaya yang lumrah ditengah masyarakat. 
Ditubuh pemerintahan  sendiri korupsi masih menjadi budaya bagi para pejabat negara, penguasa lebih berpihak pada oligarki, para oligarki dibiarkan bebas menguasai  harta-harta milik masyarakat, timah, batubara, tembaga, minyak bumi semuanya dikeruk. Laut, hutan dan sawah semua dikuasai oligarki. Akhirnya rusak alam negeri yang  subur ini hanya demi kepentingan oligarki, baik dari dalam negeri maupun global.

Lalu apa yang tersisa? Yang tersisa adalah kesengsaraan bagi rakyat yang tiada berkesudahan. Seakan rakyat ini tidak memiliki pelindung, mencari keadilan amat sangat sulit, yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Sungguh umat ini sedang terpuruk meski setiap tahun merayakan hari kemenangan.


Semua ini bersumber pada sistem buruk yang diterapkan yakni sistem demokrasi-sekuler. Sistem Barat yang dipaksakan terhadap negeri-negeri Islam. Sistem yang menjadi tempat tinggal bagi para pemimpin yang haus kekuasaan yang  mengikuti kemauan Barat khususnya Amerika, serta rumah bagi para koruptor. Mereka berkuasa bukan untuk kepentingan rakyat, melainkan untuk memperkaya diri mereka sendiri, juga kebijakan-kebijakan yang dibuat hanya untuk kepentingan mereka dan tuan-tuan mereka.


Umat ini membutuhkan kepemimpinan yang benar-benar meriayah (mengurusi) mereka dengan baik. Memenuhi kebutuhan mereka tanpa memandang status sosial, agama  atau warna kulit. Pemimpin yang mengelola sumber daya alam hanya untuk kepentingan rakyat serta melindungi kehormatan manusia. Inilah kepemimpinan Islam dibawah naungan Khilafah yang mengikuti metode kenabian, yang menjalankan amanah Allah SWT dan Rasulullah saw yakni syariat Islam.


Dalam syariat Islam, pemimpin merupakan raa'in atau pengurus rakyat,   dialah yang akan memperhatikan kondisi rakyat dan memenuhi kebutuhan rakyat. Dia bertanggungjawab penuh atas kondisi rakyatnya baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: "Imam (Khalifah) itu adalah pemimpin dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dia pimpin." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dia adalah pemimpin yang akan menjaga rakyatnya dari gangguan orang-orang kafir atau musuh-musuhnya. Dia akan berperang bersama rakyatnya dengan ikhlas karena ridha Allah.  Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: " Sesungguhnya seorang pemimpin itu  adalah perisai: orang-orang berperang dibelakangnya dan berlindung kepada dirinya." ( HR. Bukhari-Muslim). 
Seluruh kerusakan-kerusakan ini menunjukkan bahwa umat ini membutuhkan kepemimpinan Islam yakini Khilafah Islamiyyah.



Wallahu 'alam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak