Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.
Idulfitri idealnya menjadi hari yang dipenuhi rasa gembira. Bagaimana tidak? Umat Islam merayakan kemenangan setelah sebelumnya berpuasa satu bulan lamanya. Namun, nyatanya kebahagiaan itu menjelma menjadi tangis bagi saudara-saudara kita di Palestina. Idulfitri diselimuti duka, takbir demi takbir tertutupi dengan ledakan bom dan ratapan kehilangan sanak saudara. Sungguh tak ada yang lebih memilukan dari peristiwa tersebut di hari ini.
Militer Israel telah menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina di Gaza pada pagi hari Idulfitri, Ahad 30 Maret 2025. Seperti dilansir Al Jazeera, para korban tewas termasuk lima anak. Serangan Israel ini terjadi serentak di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan hingga di Kota Gaza dan kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara. (Tempo, 30/03/2025)
Bahkan dikatakan, tahun ini menjadi tahun kedua secara berturut-turut warga Gaza tidak bisa merayakan Idulfitri. (Antara, 30/03/3035).
Adapun para pengungsi Palestina di Wehdat, Yordania nyatanya juga hidup dalam kesulitan. Secara umum, pengungsi Palestina hidupnya sangat sulit, karena mereka tidak bekerja dan hanya bergantung hidup pada donasi atau uluran tangan dermawan. Sekalipun sepintas mereka kelihatan nyaman lantaran sudah tinggal di apartemen Pemerintah Yordania. (Metro TV, 30/03/2025). Lantas sampai kapan kezaliman ini menimpa mereka?
Apa yang Salah dengan Dunia Saat Ini?
Dunia saat ini semakin terbiasa dengan penderitaan rakyat Palestina. Kecaman demi kecaman mulai minim terdengar, sekat nasionalisme seakan menjadi benteng yang menjadi keterbatasan untuk saling membantu dan melangkah tegas.
Sistem sekuler-kapitalis yang mendominasi dunia hari ini sama sekali tidak mampu melindungi hal-hak rakyat yang tertindas di berbagai belahan dunia. Justru atas asas inilah ketertindasan langgeng hingga kini. Keputusan politik pun bukan disandarkan pada keadilan, namun bersandar pada kepentingan geopolitik dan ekonomi belaka yang menguntungkan segelintir orang. Sungguh miris dan tidak manusiawi.
Untuk menghadapi kezaliman sistemik dari kapitalisme tersebut, tentunya diperlukan solusi sistemik dengan adanya persatuan umat. Umat jangan sampai hanya memposisikan diri sebagai penonton kekacauan semata dan membiarkan kezaliman ini terus berlangsung.
Solusi Islam: Perlindungan Hakiki untuk Umat
Donasi yang kita berikan dan doa yang kita panjatkan perlu pula dikuatkan oleh faktor politik dan strategis. Sebab, kita butuh solusi menyeluruh yang betulan memberikan penyelesaian tuntas, bukan sekadar solusi parsial.
Dalam sejarahnya, persatuan umat di bawah naungan Khilafah pernah menjadi perisai bagi umat Islam yang amat kokoh. Palestina pun merupakan bagian dari wilayah yang saat itu dilindungi oleh kepemimpinan Islam yang super kuat. Bukan sekadar teori, Islam telah terbukti mampu membawa keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya, Muslim maupun non-Muslim.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Hendaknya kita menyadari dan mengajak umat pun untuk memahami bahwa solusi hakiki bukan sekadar bantuan kemanusiaan, namun juga butuh perubahan sistemik. Untuk sampai kepada itu, diperlukan juga dakwah yang menyeru persatuan umat dan kebangkitan Islam. Saatnya kita berkontribusi untuk mempercepat hadirnya penerapan Islam yang mampu melindungi Palestina dan seluruh kaum Muslim di seluruh dunia.
Dengan penerapan Islamlah akan ada instrumen nyata yang mampu menjadi pelindung, termasuk di dalamnya militer yang tangguh untuk melindungi negara. Bukan militer yang diam membeku dan mencari untung pada bidang bidang kekuasaan dan materi.
Hanya dengan kepemimpinan Islamlah umat dapat memiliki kekuatan politik dan militer untuk melindungi dirinya dan berbagai penjajahan.
Penerapan Islam menyeluruh di tengah masyarakat adalalah satu-satunya yang mampu menyatukan umat Islam dan memberikan perlindungan hakiki dari kezaliman yang terus terjadi.
Dengan itu, diharapkan Idulfitri dapat menjadi momen kemenangan bagi Palestina dan bagi seluruh umat di dunia. Jangan biarkan kemenangan tertunda bahkan hilang. Saatnya kita berjuang agar Idulfitri di masa yang akan datang betul-betul menjadi hari kebahagiaan yang hakiki.
Wallahu a’lam bishawab.
Tags
Opini
