Idulfitri dan Palestina




Oleh: Dwi Maya Damayanti, S.Pd.
Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Remaja



Idul Fitri adalah salah satu hari besar umat Islam yang dirayakan setelah bulan Ramadan, yaitu bulan puasa. Di Indonesia, dan negara-negara dengan mayoritas Muslim lainnya, Idul Fitri dirayakan dengan suka cita sebagai tanda kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Hari raya ini sering kali disertai dengan tradisi silaturahmi, saling bermaaf-maafan, dan berbagi kebahagiaan dengan keluarga, teman, dan orang-orang di sekitar.

Di sisi lain, Palestina adalah sebuah wilayah yang memiliki makna khusus bagi umat Muslim karena di dalamnya terdapat banyak tempat suci, termasuk Masjid Al-Aqsa yang terletak di Yerusalem. Penjajahan yang terjadi di Palestina telah berlangsung lama dan menjadi salah satu isu politik dan kemanusiaan yang kompleks di dunia. Meskipun demikian, Palestina juga sering menjadi perhatian dalam momen-momen keagamaan seperti Idul Fitri, di mana banyak umat Muslim di seluruh dunia mendo’akan keselamatan dan perdamaian bagi rakyat Palestina.

Pada Idul Fitri, banyak umat Islam di seluruh dunia mengingat kondisi saudara-saudara mereka yang berada di wilayah konflik, termasuk Palestina. Do’a dan dukungan terhadap Palestina sering kali menjadi bagian dari perayaan Idul Fitri, baik di masjid maupun dalam do’a-do’a pribadi. Dalam semangat Idul Fitri yang penuh dengan kasih sayang dan kebersamaan, umat Islam berharap agar pembebasan dan keadilan dapat segera tercapai di Palestina, serta agar umat Muslim di seluruh dunia dapat hidup dalam kedamaian.
Idul Fitri adalah saat dimana umat Islam bergembira karena telah berhasil menjalankan ibadah pada bulan Ramadan yang mulia dan banyak kebaikan, dan bertemu dengan bulan Syawal. Kembali ke Fitri, begitu istilah yang sering digaungkan ke telinga masyarakat muslim, sebagai wujud pencapaian keimanan yang hakiki.

Sayangnya hari ini kebahagiaan tersebut belum dirasakan oleh semua umat Islam di berbagai penjuru dunia, terlebih di Palestina dan beberapa wilayah lainnya. Mereka harus berhadapan dengan penjajah yang kejam dan semakin brutal tak mengenal belas kasihan, bahkan terusir dari tanah kelahiran, terkatung-katung di lautan dan masih banyak kasus yang serupa.
Realita ini menunjukkan bahwa kebahagiaan umat belumlah sempurna, karena Sebagian umat Islam khususnya Palestina dalam kesengsaraan bahkan terancam nyawanya, sejak jauh sebelum bulan Ramadan tiba, selama bulan Ramadan bahkan hingga bulan Syawal.

CNN Indonesia (30/03/2025) Pasukan Israel membombardir Gaza saat warga Palestina merayakan Idulfitri 1446 H, Minggu (30/3). Serangan itu menewaskan sembilan orang, termasuk lima orang anak-anak. Dilansir dari Aljazeera, warga Palestina menggelar Salat Idul fitri saat serangan Israel terus berlanjut. Dalam satu video yang diunggah oleh Pusat Informasi Palestina, suara tembakan terdengar saat salat dilaksanakan. Sementara itu, Tentara Israel juga dilaporkan telah menyerbu beberapa rumah di Hebron, Tepi Barat. Mereka menduduki, mendobrak pintu dan menggeledah tempat tinggal. Pasukan Israel menangkap tiga orang selama penyerbuan tersebut, termasuk seorang remaja berusia 16 tahun dan dua mantan tahanan. Pasukan Israel juga mendirikan lebih banyak pos pemeriksaan dan menutup jalan di dalam dan sekitar Hebron. Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina menyatakan Israel juga menolak untuk membuka sepenuhnya Masjid Ibrahimi di Hebron bagi Umat Islam Palestina untuk Idul fitri.
Israel telah menyerang secara membabi buta Jalur Gaza, Palestina, sejak Oktober 2023. Selama operasi itu, 50.200 tewas di mana sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

TEMPO.COM (Maret, 2025) Serangan Israel ini terjadi serentak di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan hingga di Kota Gaza dan kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara. Israel telah membunuh lebih dari 900 warga Palestina di Gaza sejak melanggar gencatan senjata dengan Hamas dan melanjutkan serangan 11 hari lalu. Hingga kini, Israel membunuh seorang anak Palestina di Gaza setiap 45 menit. Itu adalah rata-rata 30 anak yang terbunuh setiap hari selama 535 hari terakhir.
Makin buruknya kondisi Palestina tentunya sangat memprihatinkan. Umat Islam makin terjepit dan makin sengsara. Kondisi buruk ini akan membuka mata dan hati manusia pada umumnya dan umat Islam khusunya, bahwa sistem hari ini sungguh sangat tidak layak menjadi rujukan dan sandaran kehidupan manusia dalam membangun peradaban manusia.

Mirisnya, semua itu terjadi di depan mata seluruh penduduk dunia, termasuk kita. Namun, dari hari ke hari, suara pembelaan atas muslim Palestina khususnya Gaza makin sayup terdengar, tertutupi oleh berbagai persoalan yang merongrong kehidupan mereka. Begitu pun dengan para penguasanya. Indonesia khususnya, yang melulu didera polemik akibat kebijakan yang dibuat segelintir elit politik yang sejatinya membuat mayoritas rakyat tercekik.

Mereka hanya bisa berpidato dan memerankan drama seolah siap berada di sisi muslim Palestina. Namun faktanya, tidak ada yang mereka lakukan selain berkelit atas nama kepentingan nasional dan aturan internasional yang harus dijaga. Sungguh ironi pemimpin dalam sistem kapitalisme, bak pahlawan berkedok kemunafikan.

Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka” (HR Al-Hakim dan Baihaqi).

Hari ini umat Islam dunia tengah merasakan dampak buruk akibat ketiadaan Khilafah Islam dan penerapan aturan sekuler atas mereka. Berbagai krisis terus melanda, hingga membuat mereka lemah tanpa daya meski jumlahnya lebih dari dua miliar jiwa di dunia. Salah satu buktinya adalah berlarutnya krisis Palestina dan ketidakberdayaan mereka dalam mengusir Zionis Yahudi yang jumlahnya tidak seberapa.

Di sisi lain hal ini juga akan menghantarkan pada kesadaran bahwa sistem sekuler sudah diambang kehancuran karena kerusakan yang amat nyata akibat sistem sekuler-kapitalisme. Situasi ini akan mendorong umat untuk mencari alternatif sistem yang lain. Dan pilihan satu-satunya hanya sistem Islam. Dari sisi keimanan Islam adalah sistem yang shahih dari Allah swt. dari sisi sejarah, Islam sudah terbukti dalam sejarah panjang penerapan Islam menghantarkan pada peradaban gemilang dengan kemajuan yang luar biasa.

Hal ini akan menguatkan keyakinan umat bahwa fajar kemenangan Islam makin dekat. Umat membutuhkan Khilafah untuk dapat merasakan kebahagiaan hakiki, mendapatkan Ridha Allah karena penerapan aturan Allah secara kaffah.
Umat harus berjuang untuk menegakkan Khilafah karena Khilafahlah pelindung hakiki umat Islam seluruhnya. Harus ada jamaah dakwah yang membangun kesadaran umat untuk berjuang menegakkan kembali Khilafah untuk melangsungkan kembali kehidupan Islam
Perjuangan menegakkan Khilafah harus menjadi agenda utama umat Islam. Umat harus bahu membahu berjuang menegakkan Khilafah. Khilafah, dengan syariat Islam yang diterapkannya, benar-benar akan memimpin dunia dan menjadi penebar rahmat bagi alam semesta. Wallahu'alam bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak