Oleh : Imanta
(Aktivitas Dakwah Kampus)
Menurut ketentuan rukyatul hilal secara global, 1 syawal 1446 H bertepatan pada tanggal 31 Maret 2025. Namun, lain halnya di gaza, yang tak semua dapat melaksanakannya. Idul fitri Tahun ini menjadi kali kedua secara berturut-turut warga Gaza tidak bisa merayakan Idul Fitri. Suasana idul fitri di gaza peuh dengan keharuan. Seluruh warga Palestina menghadiri pelaksanaan shalat idul fitri di Dekat Kuil Kubah Batu di Kompleks Masjid Al-Aqsha Kota Tua Yerussalem.
Bahkan, Militer Israel telah menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina di Gaza pada pagi hari Idul Fitri. Seperti dilansir Al Jazeera, para korban tewas termasuk lima anak. Serangan Israel ini terjadi serentak di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan hingga di Kota Gaza dan kamp penunngsi Jabalia di Gaza utara. Serangan ini terjadi saat warga Palestina di Gaza menggelar salat Id untuk menandai akhir bulan suci Ramadhan dan dimulainya Idul Fitri. Israel telah membunuh lebih dari 900 warga Palestina di Gaza sejak melanggar gencatan senjata dengan Hamas dan melanjutkan serangan 11 hari lalu. Hingga kini, Israel membunuh seorang anak Palestina di Gaza setiap 45 menit. Itu adalah rata-rata 30 anak yang terbunuh setiap hari selama 535 hari terakhir.
Di Gaza, takbir masih menggema namun dalam suara yang parau, terisak, dan tertahan di tenggorokan. Ia bukan gema kemenangan semata, melainkan ratapan dari hati yang remuk, yang kehilangan rumah, keluarga, bahkan harapan. Anak-anak Gaza menyambut Idul Fitri dengan tak lagi memiliki keluarga untuk memeluknya. Di tengah reruntuhan bangunan, mereka berdiri memandangi langit yang tak menjanjikan damai. Ibu-ibu mereka menahan tangis saat menyiapkan makanan seadanya, sambil menatap kosong ke arah tempat suaminya biasa duduk sebelum syahid.
Gema takbir yang mengiringi hari raya di Gaza adalah gema yang paling jujur bukan sekadar lafaz ritual, melainkan jeritan jiwa yang menggantungkan seluruh harapannya hanya kepada Allah. Mereka tahu, kemenangan sejati bukan soal pesta pora atau baju baru, tapi tentang bertahan dalam keimanan meski seluruh dunia membisu. Di Gaza, Idul Fitri bukan akhir dari penderitaan. Ia hanyalah jeda singkat dalam musim luka yang Panjang namun dalam jeda itu, kita melihat kekuatan yang tak tergambarkan: keteguhan iman yang tetap menyala meski langit dipenuhi dentuman, dan hati yang tetap bertakbir, meski dalam linangan air mata.
Makna kemenangan pada hari raya idul fitri merupakan kemenangan saat umat Islam menjadi Umat yang taat terhadap hukum Allah. Sementara, tidak dengan saat ini yang begitu banyak larangan Allah yang dilanggar dan perintah Allah yang terbaikan dalam bekehidupan bermasyarakat dan bernegara. Korupsi merajalela, kasus kriminal yang semakin marak, pergaulan bebas yang dinormalisasi, bahkan kebijakan-kebijakan negara yang tak sejalan dengan aturan yang Allah tetapkan merupakan Sebagian keccil contoh bukti nyata bahwa hukum syara’ telah terabaikan.
Di tengah banyaknya problematika yang melanda umat Islam di berbagai belahan dunia, tak jarang setiap negara lebih fokus pada permasalahan internal mereka masing-masing. Hal ini membuat isu-isu besar yang menimpa saudara seiman di negeri lain, seperti penindasan dan penjajahan yang terus berlangsung di Palestina, sering kali terabaikan. Para pemimpin dan pengambil kebijakan kerap memandang bahwa urusan dalam negeri baik itu ekonomi, politik, maupun social lebih mendesak untuk ditangani terlebih dahulu dibandingkan memperjuangkan kepentingan umat Islam secara global. Padahal, umat ini diikat oleh satu aqidah yang sama, yang seharusnya menjadikan penderitaan satu bagian dari umat sebagai tanggung jawab seluruh bagian lainnya. Ketika solidaritas ini melemah, suara untuk membela kebenaran pun menjadi sayup, dan ketidakadilan yang dialami oleh saudara-saudara kita di Palestina terus berulang tanpa ada pembelaan yang berarti dari dunia Islam secara kolektif.
Jika kita menganalisis lebih dalam, akar penyebab masalah dari seluruh problematika tersebut adalah tidak adanya penerapan aturan berdasarkan hukum syara’. selama syariah Islam tidak diterapkan secara menyeluruh dan jauhnya Islam dari penerapan Al-quran, Ummat akan terus mengalami keterpurukan, penjajahan, kehancuran, penindasan, dan dihantui berbagai kemaksiatan lainnya.
Penguasa negeri muslim diam seribu Bahasa dan tindakan dalam menghadapi persoalan ini. Membiarkan penindasan tetap dilakukan tanpa pembelaan. Mereka terlibat perjanjian dengan zionis dan menyepakati solusi-solusi yang ditawarkan PBB, Amerika serikat, dan negara-negara barat lainnya.
Seperti firman Allah dalam surah berikut ini :
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta (QS. Thaha : 124).
Keterpurukan dan lemahnya tubuh ummat juga kita rasakan pada penetapan hari raya idul fitri hingga idul adha. Hal ini mencerminkan bahwasannya ummat ini belum berada dalam satu kesatuan. Persoalan ini harus benar-benar diperhatikan, dijjunjung nilai kejujuran serta kebenarannya, dikarenakan hal ini merupakan persoalan tentang hilalnya otoritas pemersatu yang seharusnya menaungi ummat, digantikan dengan otoritas nation state, dengan menciptakan sekt-sekat antar bangsa serta batas dalam pemutusan kebijakannya.batas poltik, serta adminstratif. Sehingga, masing-masing negara menentukan awal bulan hijriyah dan rukyat secara mandiri.
Ummat islam harus terus mendorong penguasa negeri muslim untuk memobilisasi pasukan militer mereka untuk berjihad melawan zionis. Selain itu, penjajahan wilayah muslim tak akan terjadi jika ummat memiliki negara yang menjadi pelindung ummat yaitu negara yang berladaskan sistem Islam. Dahulu, ketika islam masih tegak dan menguasai peradaban, barat tidak dapat menginjak-injak dan merendahkan kaum muslimin. Palestina dijaga dengan sepenuh hati, ditebus dengan darah para syuhada’. Sebab, Palestina adalah tanah kharajiyyah yang telah dibebaskan oleh para mujahid pada masa khalifah Umar bin Khattab. Dengan demikian, tegaknya islam menjadi suatu hal yang urgent saat ini. Namun, hal ini bukan merupakan suatu hal yang mudah. Butuh perjuangan, dan dalam mengawali perjuangan tersebut butuh ikhtiar dalam mengkaji islam agar mudah dalam memahamkan ummat terkait urgensi tegaknya Kembali kehidupan Islam. Persatuan dan kemenangan ummat Islam wajib kita ikhtiarkan, untuk mengubah keadaan dunia yang sebelumnya jauh dari aturan Islam menuju keadaan yang tunduk dan patuh pada aturan Allah. Hal ini dapat terealisasi dengan aktivitas dakwah yang mengarah pada terwujudnya penerapan Islam secara menyeluruh. Dakwah yang dilakukan yaitu dakwah yang menempuh thariqah dakwah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Allah ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (QS. Al-Baqarah : 208).
Refrensi :
https://www.tempo.co/internasional/israel-bunuh-9-orang-di-gaza-5-anak-anak-saat-palestina-rayakan-idul-fitri-1226017
https://www.antaranews.com/video/4746585/warga-gaza-jelang-idul-fitri-di-tengah-serangan-israel-yang-berlanjut
https://www.cnbcindonesia.com/news/20250330131003-8-622884/warga-palestina-laksanakan-shalat-id-di-masjid-al-aqsa
Tags
Opini
