Oleh Aulia Rizki Safitri
Lagi dan lagi perang kembali pecah antara Palestina-Israel, tentara zionis Israel kini mulai kembali menggempur jalur Gaza melalui jalur udara menggunakan roket rudal dan senjata lainnya untuk menyerang dan meratakan Palestina.
Kondisi ini bertentangan dengan kesepakatan perjanjian gencatan senjata antara kedua belah pihak pada bulan januari lalu, zionis Israel tak henti-hentinya berbuat zalim dengan tidak menepati dan melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama.
Serangan zionis Israel terus membabi buta menggempur kamp pengungsian di Gaza yang mengakibatkan puluhan ribu nyawa menjadi korban dan yang paling memprihatinkan ketika tentara zionis menargetkan sebagian besar para wanita dan anak-anak dalam serangannya lalu kemudian menjadikan mereka sebagai tameng manusia dan tahanan perang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sedikitnya 100 anak telah terbunuh atau terluka setiap hari di Gaza sejak serangan dimulai kembali pada 18 Maret, bahkan saat Amerika Serikat menggaris bawahi dukungan berkelanjutan bagi Israel.
Adapun badan-badan Palestina dan PBB memperingati Hari Anak Palestina dengan kisah-kisah yang 'mengerikan' tentang korban jiwa anak-anak akibat serangan Israel di Gaza
Sementara itu, UNICEF mengatakan sedikitnya 322 anak dilaporkan tewas sejak Israel memperbarui serangannya pada 18 Maret 2025, menghancurkan gencatan senjata dua bulan yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025. (erakini.id, 05/04/2025).
Sekitar 39.384 anak Palestina telah kehilangan satu atau kedua orang tua mereka akibat lebih dari 500 hari pengeboman brutal—angka ini dirilis menjelang Hari Anak Palestina pada 5 April 2025.
Genosida Israel di Gaza telah menciptakan krisis anak yatim terbesar dalam sejarah modern. (mediaindonesia.com, 05/04/2025).
Kebiadaban zionis semakin menjadi-jadi, puluhan ribu anak-anak Gaza yang tidak berdosa dan tidak mengerti apa-apa menjadi korban genosida, juga meninggalkan kepedihan berupa anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan orangtua.Tercatat ada 39 ribu anak yatim akibat genosida di Gaza. Tiap hari 100 anak Gaza meninggal.
Sungguh sangat ironi, semua fakta ini terjadi di tengah narasi soal HAM dan tetek bengek aturan internasional dan perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak. nyatanya aturan-aturan tersebut tak mampu menghentikan apalagi mencegah penderitaan anak-anak Palestina.
Anak-anak yang seharusnya sibuk bermain dalam dunianya yang bahagia, akan tetapi berbeda dengan nasib anak-anak di Palestina yang tidak diizinkan menjalani kehidupan normal seperti anak-anak pada umumnya yang bebas bermain dan berkumpul bersama keluarganya.
Anak-anak Palestina harus hidup dalam kondisi yang sangat memilukan, mereka terbiasa dengan suara-suara ledaka bom dan rudal yang meluluhlantahkan tempat tinggal dan tempat bermainnya, rumah tinggal mereka dihancurkan, keluarganya tercerai berai, bahkan mereka dituntut untuk bertahan hidup di tengah reruntuhan dalam keadaan kelaparan juga menghadapi hidup tanpa adanya dukungan serta perawatan negaranya bahkan mereka dipaksa menjadi dewasa demi kelangsungan hidupnya.
Semua ini semestinya menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua aturan yang dilahirkannya, sebab lembaga ini tidak bisa memberikan keadilan yang nyata hanya berlagak terlihat sibuk untuk membela Palestina tapi nyatanya hanya berpura-pura saja. Mereka membuat aturan hanya untuk membela kepentingan para kapitalis yang menguntungkan pihaknya saja.
Masa depan Gaza/Palestina hanya ada pada tangan mereka sendiri, yakni pada kepemimpinan politik Islam yang semestinya sungguh-sungguh mereka perjuangkan. Karena sistem yang berdiri hari ini hanyalah buatan manusia yang menjunjung tinggi pada untung rugi perbuatan dalam mengambil tindakan tanpa peduli kelak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat atas setiap diam dan keberpihakan mereka terhadap kezaliman genosida yang terjadi atas Palestina.
Sudah saatnya sistem kepemimpinan Islam tegak secara kaffah,sebab kepemimpinan Islam berfungsi sebagai raa'in dan junnah, tidak akan pernah membiarkan kezaliman menimpa rakyatnya.
Karena sistem ini dapat melindungi rakyatnya dari segala bentuk kerusakan, kezaliman dan kemudhorotan yang terjadi serta dalam sistem ini tidak akan menoleransi atau menguntungkan satu pihak, sebab pemimpin akan bertanggung jawab untuk berlaku adil dan menerapkan hukum syariat yang berlaku. Seperti dalam HR al-Bukhori:
"Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari)".
Sistem kepemimpinan Islam terbukti selama belasan abad berhasil menjadi benteng pelindung yang aman, dan memberikan support system terbaik bagi tumbuh kembang anak sehingga mereka bisa menjadi generasi cemerlang pembangun peradaban emas dari masa ke masa.
Setiap muslim wajib terlibat dalam memperjuangkan kembalinya kepemimpinan Islam agar mereka punya hujjah bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orang tua mereka dibantai oleh zionis dan sekutu-sekutunya. Persoalan anak-anak Gaza akan selesai ketika persoalan Palestina juga terselesaikan secara tuntas. Dan solusi tuntas hanya dapat terwujud dengan jihad dan kepemimpinan Islam secara kaffah.
Wallahua'lam bii shawwab.
Tags
Opini
