Renungan Kualitas Pahala Puasa Ramadan





Oleh : Lulu Sajiah, S.Pi
         Pemerhati Agromaritim



Bulan Ramadan selalu menjadi momen istimewa umat Muslim di seluruh dunia. Saat itulah kita menjalankan ibadah puasa, menahan diri dari makan dan minum dari fajar hingga magrib. Namun, esensi puasa sebenarnya lebih dari sekadar menahan haus dan lapar.

Jika kita hanya berfokus pada aspek fisiknya, puasa bisa terasa sebatas rutinitas belaka. Padahal, tujuan utama puasa adalah untuk membentuk pribadi yang lebih baik, melatih kesabaran, mengendalikan hawa nafsu, serta meningkatkan kepedulian sosial.

Salah satu aspek penting dalam berpuasa adalah menjaga lisan. Rasulullah SAW pernah bersabda :  "Bahwa jika seseorang tidak bisa meninggalkan perkataan dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh puasanya" (HR. Bukhari). 

Selain itu, puasa melatih kita untuk lebih sabar. Saat lapar dan haus, emosi kita bisa lebih mudah terpancing. Namun, dengan menahan diri, kita belajar bagaimana mengendalikan amarah dan menghadapi situasi dengan kepala dingin.

Puasa mengajarkan kita untuk lebih peduli terhadap sesama, mendorong kita untuk lebih banyak bersedekah dan membantu mereka yang membutuhkan. Puasa juga menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas ibadah. Selain menahan diri dari makan dan minum, kita juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti sholat, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan berdoa. 

Ramadan adalah bulan penuh keberkahan, sehingga sangat disayangkan jika hanya dilewati dengan sekadar menahan lapar dan haus tanpa memperbanyak amal kebaikan dan perbaikan diri secara penuh.

Selanjutnya, jika kita bersama-sama merenungkan bagaimana kualitas ibadah puasa pada pribadi muslim penguasa  yang menyeleweng dalam pemeliharaan kepemilikan harta rakyat di sistem sekuler ini ?

Semisal kasus korupsi penata kelola minyak mentah anak usaha PT Pertamina telah menggerus kepercayaan konsumen dan publik terhadap produk perusahaan pelat merah, yakni konsumen membayar produk untuk RON 92 (setara Pertamax). Padahal produk yang dibeli memiliki RON 90 (setara Pertalite) atau lebih rendah, dalam arti publik merasa ditipu. Kemarahan publik ini tak terhindarkan sampai-sampai aparat penegak hukum ikut terlibat.

Penguasa juga melakukan pemangkasan anggaran negara untuk proyek Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sempat menjadi polemik. MBG yang tidak tepat sasaran berpotensi bocor karena dananya dinikmati oleh vendor-vendor swasta besar, juga berpotensi dinikmati oleh anak-anak orang kaya. 

Belum lama ini muncul usulan penggunaan dana zakat sebagai bantuan pembiayaan program MBG,  yang disampaikan oleh Ketua DPD RI, Sultan B. Najamudin.
Ia mengajak sejumlah lembaga zakat di Indonesia, mulai dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) hingga ormas-ormas Islam untuk memperhitungkan skema penggunaan zakat demi membantu salah satu program prioritas milik Presiden RI Prabowo Subianto.

Terkait usulan itu, sebenarnya bagaimana sebaiknya dana zakat digunakan? Apakah dalam Islam dana zakat bisa dipakai untuk program pemerintah?

Pihak yang berhak menerima zakat hanyalah muslim dalam ajaran Islam. Sementara penerima makan bergizi gratis bukan hanya muslim, tapi semua agama.

Kasus yang belum lama pula, banyak pihak bahwa korporasi pengembang properti raksasa terlibat dalam kasus pemagaran laut. Pemagaran laut ini merupakan bentuk dari perampasan ruang laut sebagai kapemilikan umum.

Salah satu jalan yang harus dilakukan agar puasa bernilai barakah di hadapan Allah SWT, yakni menjalankan amanah, termasuk amanah negara sesuai konteks Islam. Pada kahikatnya, harta minyak bumi, anggaran negara, dan laut adalah milik umum. Atas nama pribadi atau kelompok  tidak boleh sepeser pun merampasnya, karena hal ini terkategori kezhaliman. Hanya di bawah sistem Islamlah akan terbentuk pemimpin negara amanah dengan dilandasi iman dan takwa, sekaligus kepemilikan umum terjaga dan distribusi kebutuhan rakyat terealisasi. Tujuan utama puasa akan terpenuhi pula.

Wallahu'alaam bi ash shawaab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak