Oleh : Bunda Twins
SINDOnews.com
Selasa, 04 Maret 2025 - 19:07 WIB Pasukan Israel berada di kompleks Masjid Al-Aqsa saat pemukim YERUSALEM - Israel kembali membatasi ibadah umat Islam di Masjid Al-Aqsa selama Ramadan 2025. Rezim Zionis bahkah sudah menyiapkan personel keamanan untuk menindak tegas para pelanggar. Tahun ini, Ramadan di Palestina bertepatan dengan gencatan senjata yang rapuh di Gaza. Meski tidak ada aksi saling serang sementara waktu, pemerintah Israel kembali membuat aturan tegas soal akses ibadah di Masjidil Aqsa. Lebih jauh, berikut tiga fakta terkait pembatasan ibadah tersebut :
1. Pemandangan Biasa Setiap Tahun. Pembatasan terhadap kegiatan umat Islam di Masjidil Aqsa sudah biasa dilakukan pemerintah pendudukan Israel. Katanya, mereka melakukan pembatasan demikian guna menjaga keselamatan dan keamanan kompleks situs suci tersebut. Mengutip The New Arab, tahun lalu hal serupa juga terjadi. Saat perang Gaza berkecamuk, otoritas Israel memberlakukan pembatasan pada pengunjung yang datang ke Masjid Al-Aqsa, khususnya pada warga Palestina. Pihak berwenang di sana juga mengancam tidak menoleransi pelanggar yang berusaha masuk tanpa izin. Tak jarang, aturan pembatasan tersebut berujung pada bentrokan antara petugas keamanan Israel dan warga Palestina.
2. Ada Syarat dan Ketentuan Ketat Aturan yang dibuat Israel terkait pembatasan pengunjung Masjidil. Melansir Middle East Monitor, hal ini termasuk jumlah jemaah yang boleh masuk selama Ramadan. Hanya 10.000 Muslim dari Palestina yang dibolehkan masuk di Masjid Al-Aqsa selama Ramadan. Padahal, masjid ini memiliki kapasitas untuk menampung ratusan ribu jemaah. Kemudian, hanya pria berusia 55 tahun ke atas dan wanita berusia di atas 50 tahun yang diizinkan memasuki kompleks masjid. Lagi, aturan tersebut dibuat dengan dalih keamanan.Demi menjaga aturan tetap berlaku, ribuan petugas polisi Israel juga dikerahkan di seluruh Kota Tua Yerusalem. Pengetatan keamanan ini dianggap beberapa pihak sebagai upaya membatasi akses umat Islam ke tempat suci tersebut.
3. Memicu Protes. Langkah-langkah pembatasan aktivitas umat Islam di Masjidil Aqsa memicu protes dan kecaman dari berbagai kalangan. Hal ini termasuk dari otoritas Palestina dan organisasi internasional yang menilai pembatasan tersebut melanggar hak asasi manusia dan kebebasan beribadah umat Muslim. Belum lagi, Hamas juga menekankan kepada warga Palestina untuk melawan pembatasan tersebut. Mereka mengajak umat Muslim di sana untuk tetap datang beramai-ramai ke Al Aqsa sebagai bentuk penolakan pembatasan dari Zionis.
_ _
Al-Quds Masih Terjajah.
---
Kita tentu sedih menyaksikan umat Islam Palestina tidak bisa leluasa beribadah di Al-Quds. Pembatasan keamanan dan masih terjadinya serangan menunjukkan bahwa penjajahan masih eksis di Al-Quds. Keamanan kaum muslim Palestina tidak berada di tangan mereka, tetapi di tangan Zion*s Yahudi. Penjajah leluasa menginjakkan sepatu kotornya di kompleks Masjidilaqsa, tetapi umat Islam justru tidak bisa mendekati masjid nan mulia ini. Genjatan senjata nan rapuh tidah mengubah fakta bahwa Al-Quds masih terjajah.
Kondisinya akan tetap demikian selama institusi Zion*s Yahudi masih bercokol di bumi Palestina. Penjajahan akan tetap terjadi selama penjajahnya masih ada di sana.
Syekh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah dalam buku Mafahim Siyasiyati li Hizb at-Tahriri hlm. 134 menyatakan bahwa institusi Yahudi yang ditanam di Palestina telah menjadi poros masalah Timur Tengah dan menjadi penyebab ketakstabilannya. Tidak hanya di Timur Tengah, melainkan juga di seluruh dunia. Hal itu karena orang Barat juga mengakui bahwa 90% masalah dunia yang menyusahkan Barat disebabkan adanya negara Yahudi di Palestina yang merupakan jantung dunia Islam.
Meski berbagai resolusi telah dikeluarkan oleh Dewan Keamanannasionalisme PBB, juga berbagai kecaman dilayangkan oleh Liga Arab, Organisasi Konferensi Islam (OKI), negeri-negeri muslim, maupun dunia, tidak ada satu pun upaya mereka yang serius untuk mengusir penjajah Zion*s dari Al-Quds. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengirimkan militer untuk mengusir Zion*s dan membebaskan Al-Quds.
Sikap penguasa negeri-negeri muslim yang demikian ini bukan karena tidak punya kekuatan, tetapi karena belenggu nasionalisme. Nasionalisme membuat mereka merasa masalah Al-Quds adalah masalah negara Palestina, bukan masalah umat Islam. Sedangkan diri mereka sibuk mengurusi kekuasaannya sendiri.
Justru yang terjadi adalah pengkhianatan demi pengkhianatan. Negara-negara Arab sibuk melakukan normalisasi hubungan dengan Zion*s Yahudi. Mereka ikut skenario solusi dua negara yang digagas AS yang tidak lain adalah tuan dari Zion*s Yahudi.
Terbaru, negara-negara Arab justru mengamini skenario Trump untuk merekonstruksi Gaza demi mencapai “perdamaian” antara Palestina dan Zion*s Yahudi. Ini sama saja dengan mendukung penjajahan Zion*s. Walhasil, penjajah Zion*s masih tetap eksis, bahkan makin brutal melakukan genosida dan perampasan wilayah, meski pada bulan suci Ramadan.
_ _
Khilafah, Agenda Utama Umat Islam
---
Pembebasan Palestina tidak bisa disandarkan pada PBB, Liga Arab, OKI, apalagi Barat. Pembebasan Palestina harus dilakukan oleh umat Islam, baik di Palestina maupunterus seluruh penjuru dunia. Umat Islam Palestina tidak boleh menyerah, sungguh isy kariman aw mut syahidan (hidup mulia atau mati syahid) adalah jalan hidup mereka.
Umat Islam Palestina tidak boleh tertipu oleh rayuan dan tipu daya AS dan sekutunya untuk melemahkan semangat juang para mujahid. Umat Islam Palestina harus terus melawan Zion*s Yahudi dengan jihad fi sabilillah. Ini sebagaimana perintah Allah Taala, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas karena sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS Al-Baqarah [2]: 190).
Meski Zion*s Yahudi terus melakukan serangan dengan senjata lengkap dan didukung oleh tuannya, yaitu AS, ingatlah bahwa Allah Taala selalu bersama orang-orang yang sabar. Allah Taala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah [2]: 153).
Bangsa Yahudi memang selalu membuat makar dengan dukungan AS dan negara-negara Barat. Namun, sesungguhnya Allah Taala adalah sebaik-baiknya pembuat makar. “Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali-Imran [3]: 54).
Sungguh Ramadan adalah bulan perjuangan, pengorbanan, dan jihad. Ramadan adalah bulan penuh kemenangan. Umat Islam hendaknya menyemarakkan Ramadan tidak hanya dengan ibadah ritual, tetapi juga perjuangan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan.
Umat Islam sedunia harus menjadikan pembebasan Palestina sebagai urusan bersama. Kita tidak boleh tertipu dengan slogan perdamaian dari Barat dan berbagai narasi sesat yang mereka ciptakan.
Sesungguhnya akar masalah Palestina adalah ketiadaan institusi Khilafah sebagai junnah (perisai pelindung) bagi umat Islam, termasuk Palestina. Ketika Palestina berada di bawah naungan Khilafah, keamanan dan kesejahteraan meliputi muslim Palestina. Mereka bisa beribadah dengan tenang, bahkan menjadi kota yang maju dan makmur. Namun, penjajahan Zionis telah mengoyak kedamaian di Al-Quds.
Solusi hakiki atas persoalan Palestina adalah Khilafah. Hanya Khilafah yang terbukti dalam sejarah telah melindungi bumi Al-Quds dari penjajahan. Hanya Khilafah yang akan mengirimkan pasukan dalam jumlah besar dengan senjata lengkap untuk mengusir Zion*s Yahudi dari Al-Quds dan membebaskan umat Islam Palestina. Khilafah akan berlepas diri dari kesepakatan internasional yang merugikan umat Islam.
Umat Islam harus menjadikan penegakan Khilafah sebagai qadhiyah masyiriyah (agenda utama). Untuk itu, butuh ada kesadaran kolektif di tengah umat tentang kewajiban dan urgensi penegakan Khilafa Pembentukan kesadaran kolektif ini dilakukan denga dakwah pemikiran sekaligus politis dan nonkekerasan oleh jemaah dakwah Islam ideologis.
Jemaah dakwah Islam ideologis ini cmelakukan dakwah ke tengah-tengah umat sesuai dengan metod dakwah Rasulullah SAW, untuk mengembalikan kehidupan Islam.
Wallahu a'lam bishshawab
Tags
Opini
