Songsong Ramadan, Momentum Perubahan.



Oleh Eva Andriani



Kaum Muslim seperti tahun-tahun sebelumnya menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan penuh sukacita. Ramadhan layaknya "tamu agung" yang kedatangannya selalu ditunggu-tunggu. Apalagi Ramadan datang cuma setahun sekali. Inilah yang menjadikan kaum Muslim selalu antusias saat Ramadhan datang kembali.

Konsekuensi keimanan seorang hamba adalah tunduk syariat, sudah selayaknya Ramadan menjadi momentum perubahan, Ramadan adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk meningkatkan ketakwaan dan memperbanyak amal ibadah. Ramadan bukan sekadar ritual tahunan, tetapi momentum perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.
Ramadan adalah bulan mulia yang kehadirannya begitu didamba oleh umat Islam yang beriman. Di dalamnya terdapat obral pahala dan ampunan, dan janji Allah bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya.Tak hanya itu, Ramadan juga menjadi waktu terbaik untuk melangitkan doa-doa, karena Allah akan mengijabah doa orang-orang yang berpuasa.

Kita bisa mengacu pada tiga goals yang dicanangkan oleh Allah bagi orang yang berpuasa, goals yang pertama adalah La’allakum tattaqun agar kalian bertakwa tercantum dalam surah al-Baqarah ayat 183, kita harus merasa diawasi oleh Allah Swt
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)  

Dan behati- hati, Rasulullah juga menyampaikan ada nya kerugian bahkan celaka, seperti di cantumkan dalam hadits ini:
رَغِمَ أَنْفُ مَنْ دَخَلَ رَمَضَانَ ثُمَّ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ

"Celakalah seseorang yang masuk Ramadan, kemudian keluar (Ramadhan) dan belum diampuni (dosanya)." (HR. Tirmidzi)

Selanjutnya goals yang kedua ada pada surah al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi La’allakum tasykuruun, Allah menginginkan kita menjadi hamba yang pandai bersyukur.

Selanjutnya goals yang ketiga adalah La’allahum yarsyuduun dalam al-Baqarah 186 artinya supaya kita mendapatkan bimbingan dari Allah Swt.
Sama halnya seperti sholat, menerangkan bahwa salat merupakan tanda seorang manusia terkoneksi dengan Allah Swt.

 “Allah memerintahkan manusia untuk sholat agar mereka senantiasa terkoneksi dan terkoneksi ini menjadi penting supaya di jeda-jeda sholat tersebut kita tidak tersusupi virus, oleh karenanya Al-Qur’an mengatakan Inna sholata tanha ‘anil fahsya’ wal munkar, bahwa sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Maka kata Imam Al-Ghazali ialah tanda salat Subuh seseorang itu khusyu’, antara Subuh sampai Zuhur ia tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Tanda sholat Zuhur orang itu khusyu’, antara Zuhur sampai Ashar ia tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Hingga seterusnya,” tambahnya.
 Menegaskan kembali bahwa Ramadan harusnya dapat menjadikan diri kita berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Setepat-tepatnya ini pemaknaan bagaimana Ramadhan seharusnya mengubah kita, maka kita juga perlu menyiapkan program dan target capaian Ramadhan kita dengan memperbanyak amal ibadah.

Sungguh, suasana ruhiyah amat terasa di bulan Ramadan. Namun, semestinya setiap muslim tak hanya ‘getol’ ibadah dan menampakkan identitas keIslaman di bulan Ramadan saja, karena sejatinya setiap Muslim diciptakan Allah adalah untuk beribadah.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Al-Dzariyat: 56).

Setiap muslim wajib mengazamkan diri untuk menjadi pribadi muslim yang jauh lebih baik setelah Ramadan. Bukan hanya shaleh saat Ramadhan saja.
Maka, mari kita songsong Ramadan dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur. Jadikan bulan suci ini sebagai momentum perubahan. Jangan sampai terjebak dalam jebakan puasa formalitas—menjalankan ibadah hanya sebagai rutinitas tanpa ruh. Ramadhan adalah kesempatan untuk menempa diri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kuat, lebih dekat dan bertakwa kepada Allah Swt.

Terakhir, memiliki teman-teman yang bisa saling menguatkan, menyemangati dan saling berlomba-lomba dalam kebaikan in syaa Allah membuat kita terbantu untuk tetap istikamah.

Dan konsekuensi dari keimanan kita sebagai seorang hamba adalah tunduk pada aturan Sang Pencipta, yakni Syariat Islam Kaffah. Oleh karena itu sudah selayaknya Ramadan ini menjadikan momentum perubahan, baik individu, masyarakat, maupun negara.
Wallahu 'alam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak