Oleh : Nettyhera
Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Indonesia semakin marak, menambah penderitaan rakyat yang sudah sulit bertahan di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok. Berbagai faktor menjadi penyebabnya, mulai dari efisiensi anggaran, perlambatan ekonomi, hingga ketidakmampuan industri menghadapi tantangan global.
Ironisnya, di saat pengangguran meningkat, lapangan pekerjaan semakin sulit didapat. Banyak perusahaan menerapkan kriteria ketat, termasuk batasan usia, yang mempersempit peluang bagi mereka yang kehilangan pekerjaan. Padahal, dalam sistem kapitalisme, buruh tidak lebih dari sekadar faktor produksi—yang sewaktu-waktu bisa dikorbankan demi menyelamatkan keuntungan perusahaan.
JKP Bukan Solusi Jangka Panjang
Pemerintah memang menawarkan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP), di mana pekerja yang terkena PHK mendapatkan 60% dari gaji selama enam bulan dengan batas upah maksimal Rp5 juta. Namun, apakah ini cukup?
Tentu tidak. Kehidupan tidak berhenti dalam enam bulan. Biaya hidup terus berjalan, sementara peluang mendapatkan pekerjaan baru semakin sempit. Solusi tambal sulam seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah mendasar dari sistem ekonomi kapitalisme yang penuh ketimpangan.
Negara Bertanggung Jawab atas Kesejahteraan Rakyat
Dalam Islam, negara berperan sebagai raa’in (pengurus rakyat) yang bertanggung jawab memastikan kesejahteraan mereka. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam memiliki mekanisme yang berbeda dalam mengatasi pengangguran dan memastikan rakyat hidup sejahtera, antara lain:
1. Negara Menyediakan Lapangan Kerja yang Luas.
Islam tidak menyerahkan sepenuhnya perekonomian kepada korporasi atau swasta. Negara wajib membuka berbagai sektor ekonomi, terutama dalam pemanfaatan sumber daya alam yang harus dikelola untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir elite.
2. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Sebagai Tanggung Jawab Negara.
Dalam Islam, kebutuhan dasar rakyat seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan harus dijamin oleh negara. Ini berbeda dengan kapitalisme, di mana rakyat dibiarkan bertarung sendiri untuk bertahan hidup.
3. Sistem Ekonomi Berbasis Syariah.
Ekonomi Islam mencegah monopoli dan ketimpangan distribusi kekayaan. Islam melarang eksploitasi buruh dan memastikan kesejahteraan mereka dengan sistem gaji yang adil serta penghapusan riba yang membebani kehidupan ekonomi masyarakat.
Saatnya Berpikir Solusi Hakiki
Jika kita terus berharap pada sistem kapitalisme, maka siklus PHK dan ketidakpastian ekonomi akan terus berulang. Sudah saatnya kita berpikir untuk kembali kepada sistem Islam, yang terbukti mampu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, bukan hanya segelintir elite.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Tags
Opini