Mencari Cahaya agar Indonesia Tidak Gelap




Oleh: N. Vera Khairunnisa



Geliat protes publik yang konstruktif dan positif di negeri ini mulai terlihat! Hal ini ditandai dengan adanya gelombang aksi bertema #IndonesiaGelap yang dilakukan mahasiswa hingga sejumlah organisasi masyarakat sipil. Aksi ini terjadi di sejumlah daerah termasuk di Jakarta sejak Senin (17/2) hingga Jumat (21/2). (cnnindonesia. com, 22/Februari/2025)

Aksi tersebut salah satunya dipicu kebijakan efisiensi anggaran yang dikeluarkan pemerintah. Kebijakan ini dinilai publik akan berdampak langsung pada sektor pelayanan publik yang vital, seperti pendidikan dan kesehatan. Sebab, pemangkasan anggaran akan dilakukan pada dua sektor tersebut. Oleh karena itu, di antara tuntutan yang diminta oleh peserta aksi protes adalah agar pemerintah mencabut kebijakan tersebut.

Selain itu, peserta aksi juga memaparkan beberapa tuntutan lain, yakni: Tolak revisi Undang-Undang Minerba, Hapuskan multifungsi ABRI, Evaluasi penuh program makan bergizi gratis, Realisasikan anggaran tunjangan kinerja dosen, Tolak revisi Undang-Undang TNI, Polri, dan Kejaksaan, Efisiensi dan rombak Kabinet Merah Putih, Tolak revisi Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat tentang tata tertib, serta Reformasi Kepolisian Republik Indonesia. (detik. com, 20/Februari/2025)

Tentu saja, kita patut memberikan apresiasi terhadap semangat juang mahasiswa yang memiliki kepekaan dalam menyuarakan kegelisahan publik. Kita jadi punya harapan, bahwa ternyata mahasiswa yang dikenal sebagai "agen of change" kini kembali hadir di tengah-tengah masyarakat. Bahwa mahasiswa yang peduli terhadap masalah negeri dan kritis terhadap kebijakan negara itu masih ada.

Hanya saja, apa yang dituntut para mahasiswa dalam aksi tersebut belumlah menyentuh akar permasalahan yang menyebabkan Indonesia gelap. Sebab, jikapun tuntutan-tuntutan tersebut didengar dan dikabulkan, masih ada begitu banyak masalah lain di negeri ini yang butuh solusi. Karena Indonesia, mungkin terlalu gelap dari yang dibayangkan!

Penyebab Indonesia Gelap

#IndonesiaGelap adalah sebuah gerakan sebagai bentuk protes yang dipelopori oleh mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia sebagai respons terhadap berbagai kebijakan kontroversial yang dikeluarkan pemerintah. 

Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), Satria Naufal, mengatakan bahwa tajuk Indonesia Gelap itu dimaknai sebagai ketakutan warga Indonesia terhadap nasib masa depan bangsa. (tempo. co, 18/Februari/2025)

Istilah Indonesia Gelap, mungkin juga bisa disamakan dengan istilah "negara gagal" atau failed state. Menurut Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, sekitar 3,3 miliar orang atau separuh penduduk dunia berada di negara yang gagal secara sistemik. Menurutnya, negara dicap gagal ketika membelanjakan lebih banyak uangnya untuk pembayaran bunga utang daripada untuk pendidikan atau kesehatan. (bisnis. com, 20/Juli/2023)

Direktur Pelaksana Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengungkapkan Indonesia termasuk ke dalam negara gagal sistemik karena anggaran kesehatan lebih kecil dari besaran pembayaran bunga utang.  “Indonesia masuk negara gagal sistemik. APBN 2022: Biaya Kesehatan Rp176,7 triliun; Bunga pinjaman: Rp386,3 triliun,” cuitnya. (bisnis. com, 20/Juli/2023)

Dari data di atas kita bisa menyimpulkan bahwa Indonesia memang sudah gelap. Kalau meminjam pendapat sebagian tokoh muslim, kegelapan ini terjadi akibat kuatnya tatanan hidup kapitalisme sekularisme yang mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini. Hal ini ditandai dengan berbagai kebijakan yang dibuat penguasa yang disinyalir sangat minim memperhatikan kepentingan rakyat.

Pasalnya secara logis dan faktual pengalaman bernegara dari tahun ke tahun, sistem kapitalisme menjadikan para penguasa dan pengusaha bersatu untuk saling memberikan keuntungan. Penguasa menginginkan kekuasaan, sedangkan pengusaha menginginkan kebijakan yang akan menguntungkan bisnis mereka. Sebagian intelektual menyebutnya negara korporatokrasi.

Baru saja beberapa bulan berkuasa, penguasa baru negeri ini entah mengapa seolah lupa pada janji-janji manis yang pernah disampaikan ketika kampanye. Harapan-harapan besar yang diorasikan dengan semangat dan menggebu-gebu, menguap seiring dengan kebijakan kontroversial yang meningkatkan kegelisahan dan menurunkan kepercayaan rakyat.

Aksi mahasiswa yang bertajuk Indonesia Gelap pun, dibantah oleh sebagian pejabat, di antaranya Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Ujang Komarudin. Ia menyebut Indonesia saat ini terang benderang. Menurutnya, hal tersebut bisa terlihat dari sejumlah indikasi, salah satunya pendidikan yang masih menjadi prioritas pemerintah. (tribunnews. com, 20/Februari/2025)

Begitulah yang selalu terjadi dalam sistem ini. Ketika muncul kritik dari rakyat karena membuat kebijakan yang tidak pro rakyat, penguasa kerap kali memberikan berbagai alasan yang seolah meyakinkan. Padahal, rakyat kini dengan keterbukaan informasi tidak bisa lagi dibohongi, karena nyatanya, publik yang punya kesadaran tinggi sangat merasakan akibat negatif dari berbagai kebijakan kontroversial yang besar kemungkinan menimbulkan kezhaliman tersebut.

Karena itu semestinya, perjuangan mahasiswa tidak cukup hanya reaktif dengan menolak berbagai kebijakan hari ini, namun juga menolak sistem yang menyebabkan lahirnya berbagai kebijakan yang melahirkan Indonesia Gelap tersebut. Serta mencari alternatif sistem lain yang bisa menjadikan Indonesia menjadi negeri yang terang benderang.

Islam, Cahaya untuk Indonesia Gelap

Islam merupakan agama yang memiliki aturan lengkap dan sempurna. Islam mampu mewujudkan Indonesia Gelap menjadi terang benderang. Hal ini akan sangat mungkin diwujudkan, jika Islam dijadikan sebagai aturan dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk berpolitik dan bernegara.

Hal ini sudah terbukti dalam sejarah peradaban Islam, Khilafah pernah menjadi negara adidaya, mampu menjamin kesejahteraan dan keadilan untuk seluruh rakyat. Dalam tinta sejarah, peradaban Islam pernah ada di masa keemasan, atau biasa dikenal dengan the golden age.

Dalam fiqih siyasah, penguasa yang lahir dari sistem Islam, adalah penguasa yang adil dan amanah. Mereka menjalankan tugas karena dorongan keimanan dan ketakwaan, bukan karena pencitraan. Mereka akan senantiasa terbuka dan mendengar aspirasi rakyat, sebagai bentuk kewajiban penguasa terhadap rakyatnya.

Oleh karena itu, perjuangan mahasiswa seharusnya dialihkan menjadi agen perubahan untuk mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas spirit amar makruf nahi mungkar dan menyuarakan solusi Islam. 

Perjuangan secara revolusioner, mustahil dilakukan sendirian. Untuk itu, mahasiswa dan pemuda negeri ini seharusnya bergabung bersama kelompok dakwah yang memiliki visi dan misi untuk melakukan perubahan secara revolusioner ini. Agar perjuangannya tidak sia-sia, karena mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak