Korupsi di Indonesia: Janji Diberantas, Tapi Kok Makin Parah?



Oleh : Nettyhera


Baru-baru ini, Presiden Prabowo menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah sangat parah dan berjanji akan memberantasnya. Tapi, kenyataannya kita sudah sering mendengar janji serupa dari para pemimpin sebelumnya. Apakah korupsi benar-benar bisa diatasi, atau justru semakin mengakar?

Faktanya, di akhir 2024 lalu, Presiden Prabowo justru sempat mewacanakan pengampunan bagi koruptor yang "insaf." Sementara itu, mantan Presiden Jokowi masuk dalam daftar finalis tokoh terkorup versi OCCRP. Ini menunjukkan bahwa korupsi bukan sekadar masalah individu, tapi lebih dalam lagi—yaitu soal sistem yang memungkinkan praktik ini terus terjadi.

Di Indonesia, korupsi terjadi di semua level, mulai dari pejabat kecil hingga elite politik. Hal ini bukan hanya karena keserakahan individu, tapi juga karena sistem sekuler yang diterapkan. Dalam sistem ini, jabatan sering kali dianggap sebagai peluang untuk memperkaya diri, bukan amanah yang harus dijalankan dengan tanggung jawab.

Apalagi, banyak kebijakan yang lebih berpihak pada kepentingan korporasi dibandingkan rakyat. Perusahaan besar bisa memengaruhi kebijakan pemerintah demi keuntungan mereka, sementara rakyat hanya bisa gigit jari. Inilah yang disebut korporatokrasi—di mana pemerintah lebih dikendalikan oleh kepentingan bisnis daripada kepentingan rakyat.

Lalu, bagaimana solusinya?
Islam sudah memberikan aturan yang jelas dalam memberantas korupsi. Dalam sistem Islam, pemimpin adalah pelayan rakyat, bukan penguasa yang bisa seenaknya mengambil keuntungan. Rasulullah ﷺ dan para khalifah setelahnya menunjukkan bahwa kepemimpinan harus dijalankan dengan amanah dan ketakwaan.

Dalam Islam, korupsi termasuk ghulul (harta khianat) dan hukumannya sangat tegas, mulai dari denda besar, penjara, hingga hukuman mati untuk kasus berat. Tujuannya bukan sekadar menghukum, tetapi juga mencegah agar tidak ada yang berani korupsi.

Jadi, kalau kita benar-benar ingin Indonesia bersih dari korupsi, kita harus berani melihat akar masalahnya. Selama sistem yang diterapkan masih sekuler dan kapitalistik, korupsi akan terus tumbuh subur. Pada kenyataannya, praktik ini justru semakin menjadi-jadi. Bukan hanya karena individu yang serakah, tapi juga karena sistem yang mendukung. Selama korporasi dan elite politik punya kepentingan yang saling menguntungkan, apakah mungkin korupsi benar-benar bisa hilang? Atau kita butuh sistem yang benar-benar tegas dan adil seperti yang diajarkan Islam?

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak