Menyikapi latihan bersama yang dilakukan oleh China dan Rusia Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph. D menyampaikan itu hal yang normal terjadi.
"Latihan bersama yang dilakukan China dan Rusia yang selesai 6 september kemarin, ini sebenarnya peristiwa yang normal, pungkasnya dalam China Jepang Di Ambang Perang? di kanal Youtube Khilafah News, Minggu (22/09/2024).
Latihan militer itu gonta-ganti, tambahnya, di tahun ini misalnya latihan militer Amerika dengan Philipina. Beberapa tahun kemarin ada pelatihan militer Garuda yaitu Amerika dengan Indonesia.
Ia menjelaskan latihan militer ini tidak mendapat respon yang mengancam di Wilayah Laut China Selatan, hanya berhenti dilatihan militer kemudian selesai.
Menurutnya baik China maupun Rusia sama-sama menjadi pihak yang ditekan oleh Amerika Serikat. Di wilayah Eropa Timur dua tahun terakhir, Ukraina menjadi pion Amerika untuk memberi tekanan pada Rusia.
"Jadi kalau di Eropa Timur, Amerika menjadikan Ukraina sebagai pion yang digunakan untuk memberi tekanan atau intimidasi kepada Rusia, sedangkan taiwan di Laut China Selatan berperan untuk mengtrol kekuatan China," terangnya.
Bung hasbi, sapanya, memaparkan bahwa tujuan Amerika jelas yaitu ingin menahan agar baik China maupun Rusia tidak menjadi ancaman yang menggeser kekuafan Amerika Serikat secara global.
Ia menambahkan sikap saling ketergantungan antara Amerika dengan China maupun Amerika dengan Rusia itu tidak membuat latihan militer ke tahapan perang dingin, mungkin bahasanya gimmick ya.
Banyak energi yang dikeluarkan Amerika Serikat sehingga tidak lagi mengambil risiko meningkatkan ekskalasi di Laut China Selatan.
"Amerika Serikat juga tidak mau meningkatkan ekskalasi di Laut China Selatan karena sekarangkan banyak mengeluarkan energi di Eropa Timur membantu Ukraina juga mengeluarkan energi di Timur Tengah membantu Israel", pungkasnya. [] Nabila Sinatrya
