Oleh Nurul Layli (Aktivis Mahasiswa)
Kriminalitas yang dilakukan oleh pemuda, termasuk tawuran terus terjadi, bahkan terus berulang dan makin mengerikan. Terbaru, terdapat 8 orang remaja yang telah diamankan oleh pihak Polsek Binong karena hendak melakukan tawuran. Pihak kepolisian juga menyita sejumlah barang bukti, termasuk empat unit sepeda motor, tiga bilah senjata tajam, dan satu pistol mainan anak-anak yang ditemukan di lokasi (subang.inews.id).
Kasus serupa juga terjadi di Kabupaten Sragen dimana kasus tawuran antar remaja dan pemuda sering terjadi, bahkan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Kapolres pun memberikan pesan kepada seluruh orang tua di Kabupaten Sragen yang masih memiliki anak usia pelajar agar melakukan pengawasan lebih ketat lagi.Selain itu, yang menjadi hal terpenting dan paling utama bagi orang tua adalah senantiasa aktif memberikan pembinaan kepada anak-anaknya, terutama yang tergolong pelajar (rri.co.id).
Sungguh miris, menyaksikan kondisi generasi hari ini yang sangat jauh dari gambaran ideal seorang pemuda. Pemuda yang digambarkan sebagai sosok agent of change, iron stock, social control, the guardian of value, nyatanya hari ini tidak demikian seutuhnya. Sebaliknya, masih banyak di antara generasi saat ini yang membuat geleng-geleng kepala karena terlibat dalam kasus kriminal. Tak bisa dibayangkan bagaimana nasib bangsa ini ke depan jika kondisi generasi penerusnya seperti saat ini.
Sebenarnya, ada banyak faktor pemicu atas maraknya tindak kriminal di kalangan pelajar, baik internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari individu pelaku, seperti lemahnya kontrol diri dan krisis identitas. Sementara faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu pelaku, seperti disfungsi keluarga, tekanan ekonomi, kegagalan sistem pendidikan, pengaruh media sosial, hingga lemahnya hukum dan penegakannya.
Sebut saja sistem pendidikan hari ini, dimana yang menjadi fokusnya adalah pencapaian akademik semata. Sementara, penanaman nilai moral dan agama sangat minim diajarkan di bangku sekolah. Walhasil, output generasi yang dilahirkan adalah mereka yang mungkin cerdas secara intelektual tapi krisis secara moral. Maka tidak mengherankan jika generasi hari ini banyak yang terlibat tindakan asusila bahkan kriminal seperti tawuran, perzinahan, judi online, narkoba, dan lainnya.
Sistem media sosial juga sama, masih banyak menayangkan konten-konten yang tidak edukatif bahkan cenderung menayangkan hal-hal yang berbau sensualitas dan kekerasan. Hal ini tentu lambat laun akan menjadi pemicu bagi generasi untuk melakukan hal yang serupa. Ditambah dengan penegakan sistem hukum yang lemah, yang tidak bisa memberikan efek jera sehingga kasus serupa terus berulang senantiasa. Dari sini saja, bisa disimpulkan bahwa faktor penyebabnya bukan hanya tentang human error tapi juga system error.
Adalah penerapan sistem sekuler kapitalis yang tidak memanusiakan manusia, merusak pemikiran dan budaya, menjadikan negara abai terhadap tugas membentuk generasi berperadaban mulia. Sebaliknya, justru menyia-nyiakan potensi besar yang dimiliki oleh pemudanya. Hal ini karena Kapitalisme-Sekuler telah menjadikan orientasi kehidupan hanya berkutat pada pencapaian materi semata dan memisahkan agama dengan kehidupan. Ketika hidup tidak lagi menggunakan aturan agama, jelas segala tatanan kehidupan akan mengalami kehancuran serta kerusakan.
Kondisi ini jauh berbeda dengan Islam yang memiliki aturan komprehensif terkait dengan segala aspek kehidupan. Dengan penerapan aturan Islam secara menyeluruh dalam naungan negara, Khilafah Islamiyah, maka akan lahir generasi hebat, yang mengarahkan potensinya untuk berkarya dalam kebaikan, mengkaji Islam dan mendakwahkannya serta terlibat dalam perjuangan Islam.
Negara Islam akan membangun sistem yang menguatkan fungsi keluarga dengan menerapkan aturan yang menjamin kesejahteraan dan sistem lain yang menguatkan fungsi kontrol masyarakat. Negara juga menyiapkan kurikulum pendidikan dalam keluarga, sehingga terwujud keluarga yang harmonis yang senantiasa memberikan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak yang tumbuh di dalam keluarga dan memberikan pengaruh positif kepada lingkungan sekitar.
Islam juga memiliki sistem pendidikan yang akan menghasilkan generasi berkepribadian mulia, yang akan mampu mencegahnya menjadi pelaku kriminalitas. Islam juga memberikan lingkungan yang kondusif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun kebijakan negara, yang akan menumbuh suburkan ketakwaan dan mendorong produktivitas pemuda.
Selain itu, Islam punya konsep ekonomi yang akan menopang seluruh operasional negara termasuk penyelenggaraan pendidikan. Dengan konsep pembagian kepemilikan (individu, umum dan negara) Islam mampu secara apik melakukan pembiayaan di seluruh aspek agar umat bisa merasakan kemaslahatan. Lebih dari itu, dari sistem media informasi, Islam hanya akan menayangkan konten edukatif yang akan menambah ketakwaan individu dan masyarakat. Begitu pula dengan sistem sanksi, Islam akan menjatuhkan hukuman yang bersifat zawajir (memberi efek jera) dan jawabir (menghapus dosa) yang akan menekan angka kejahatan menurun.
Inilah gambaran bagaimana Islam mengatur kehidupan dengan begitu sempurna tanpa cela. Sebab aturannya dirancang langsung oleh Sang Pencipta, Allah Swt, yang paling mengerti segala kebutuhan manusia. Penerapan Islam secara kaffah, dalam naungan Khilafah Islamiyah adalah solusi hakiki atas segala problematika yang dihadapi umat saat ini. Sudah saatnya bagi kaum muslimin berjuang untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah, memenuhi seruan Allah yakni untuk beribadah kepada-Nya secara totalitas. Dan sekali lagi, itu tidak mungkin dilakukan dalam sistem Kapitalisme-Sekuler hari ini, melainkan hanya bisa diwujudkan dalam satu kepemimpinan Islam, Khilafah Islamiyah. WaLlahu’alam bishawab.
Tags
Opini
