Oleh. Rus Ummu Nahla
Ibu merupakan sosok hangat penuh kasih pendamping putra-putrinya, baik suka maupun duka.
Sosok ibu juga dapat menjadi tempat mengadu manakala sang anak resah gundah gulana. Bukan hanya itu, sosok ibu mampu menjaga dan melindungi anak dari hal-hal buruk yang terjadi. Akan tetapi, lain cerita dari seorang ibu di Sumenep Jawa Timur berinisial E (41) yang tega menyerahkan putrinya T (13) untuk dicabuli dan diperkosa oleh J (41).
Kasus ini terpublikasi setelah Polres Sumenep menangkap pelaku pemerkosa dan menetapkan ibu korban sebagai tersangka. Selidik punya selidik, pelaku J (41) merupakan selingkuhan ibu korban dan seorang oknum kepala sekolah dasar. Sedangkan ibu korban E (41) adalah seorang ASN yang mengajar TK di Sumenep. Adapun pelaku ditangkap dan ditetapkan tersangka oleh pihak kepolisian hasil dari laporan ayah korban yang mendapat kabar dari salah satu keluarganya bahwa kondisi anaknya mengalami trauma psikis. Perlu juga diketahui bahwa ayah korban sebagai pelapor sudah lama hidup terpisah dengan tersangka E (41) atau ibu korban, sebagaimana dilansir detikJatim, Minggu (1/9/2024)
Kasus ini sungguh diluar nalar dan akal sehat, hanya karena di iming-imingi motor vespa oleh pelaku pemerkosa, ibu tersebut dengan suka rela mengantarkan anaknya ke pria bejad untuk dicabuli. Parahnya, hal itu ternyata tidak sekali dilakukan, tapi berulang kali, bukan hanya di rumah, melainkan ibu tersebut juga pernah mengantarkan korban ke Hotel demi memenuhi syahwat pelaku. Gerangan apa yang mematikan naluri seorang ibu itu, sampai harus mengorbankan anaknya sendiri? Dalih mensucikan diri, merupakan jawaban dusta demi menutupi syahwat duniawi kedua pelaku.
Lemah Iman dan Materialistis
Berawal dari lemahnya iman pelaku hingga membuatnya mudah terjebak dalam kubangan dosa. Rasa takut terhadap hisab di akhirat telah tergerus habis oleh nafsu duniawi. Tuntutan pemenuhan gaya hidup dan gengsi ini berawal dari cara pandang materialistis. Pandangan materialistis dan hilangnya rasa takut terhadap dosa, hal ini lumrah terjadi dalam kehidupan yang menihilkan peran agama untuk tampil mengatur kehidupan. Keyakinan ini disebut sekularisme. Dan setiap keyakinan akan menghasilkan sudut pandang seseorang dalam menyikapi persoalan. Sekularisme senantiasa mengenyampingkan dosa dan siksa dalam perbuatan. Seorang ibu yang tega menyerahkan anaknya untuk diperkosa, hal itu tidak lepas dari cara pandang tersebut. Namun kasus ini tidak hanya dilihat dari persoalan individu saja, tapi hal ini juga tidak lepas dari persoalan penerapan sistem oleh negara. Artinya, apa yang menimpa korban dan pelaku tidak lepas dari kesalahan negara dalam menetapkan aturan bermasyarakat dan bernegara. Disadari atau tidak sekularisme telah menciptakan manusia bermental bejat dan menggiring manusia menuju derajat kehidupan hewan.
Hukuman Berat
Kejadian ini semestinya tidak terjadi jika landasan dalam berbuat dan pengaturan masyarakat berdasarkan syariat Islam. Sebenarnya Islam telah menetapkan bahwa posisi ibu dalam Islam adalah posisi yang sangat menonjol bagi kelestarian sebuah peradaban. Islam memuliakan para ibu dengan segala potensinya yakni sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya, karena baik dan buruknya generasi ditentukan oleh peran sang ibu. Saking mulianya peran ibu dalam Islam sampai syariat menyebutnya surga berada di bawah telapak kakinya. Pengaturan masyarakat dengan syariat Islam dapat menciptakan manusia berbuat dan bertingkah laku atas dorongan perintah dan larangan dari Allah Taala. Jika terjadi pelanggaran terhadap syariat, negara tidak akan segan-segan dan akan memberikan sanksi tegas pada pelaku kebiadaban.
Pada kasus Ibu yang menyerahkan anak untuk diperkosa oleh selingkuhannya, pelaku dua-duanya harus dihukum berat atas perbuatannya. Hukuman berat itu, tidak hanya berbilang tahun seperti undang- undang pidana yang berlaku saat ini. Lebih dari itu, hukuman itu harus menimbulkan efek jera dan mencegah orang lain untuk melakukan tindakan serupa. Hukum yang tegas dan berfungsi sebagai pencegah hanya ada dalam Islam melalui penerapan sistem sanksinya.
Pada kasus ibu dan selingkuhannya, pelaku akan dirajam sampai mati. Bukan hanya itu proses eksekusi dari hukuman tersebut harus disaksikan orang ramai.
Solusi Hakiki
Kasus yang terjadi semakin membuktikan hitam kelamnya kehidupan yang berasas sekularisme. Semua itu membutuhkan jalan keluar yang tidak hanya menghukum pelaku tahunan penjara. Butuh penyelesaian komprehensif, berupa upaya mengubur sekularisme dan mengganti sistem kehidupan yang lahir darinya. Untuk mengganti sistem yang lahir dari sekularisme menjadi sistem Islam butuh upaya penyadaran kepada umat dengan aktivitas dakwah pemahaman, untuk kemudian mendapatkan dukungan dari pemangku kekuasaan agar rela dan siap diatur oleh syariah Islam secara kafah.
Wallahu a'lam bi ashshawab
Tags
Opini
