Gawat, Generasi Muda Terperangkap Syahwat




Oleh: Ummu Mufidah

Jalan ke kota memakai dasi
Tidak lupa memakai baju batik
Masa muda cuma datang sekali
Harus dimanfaatkan dengan baik. 

Begitulah kata pantun nasehat. Namun sayang, masa muda/anak-anak yang identik dengan kelucuan, permainan, belajar bersama dan kasih sayang dengan sebayanya seakan telah tergerus oleh kecanggihan teknologi. Walau sebenarnya, tak ada yang salah dengan teknologi, jika difungsikan sebagai sarana edukasi, tetapi sangat disayangkan jika kecanggihan teknologi justru dijadikan sebagai ajang untuk pemuasan nafsu/syahwat, sebagaimana yang beberapa waktu lalu sempat viral dimedia sosial, dokter spesialis kandungan, Yulfa Rizki Amita, yang bertugas di RS Pelni, Jakarta, membagikan cerita tentang seorang pasiennya yang baru berumur 10 tahun tapi sudah aktif secara seks (Liputan6.com,18/8/2024 lalu). Diketahui juga bahwa muda-mudi tersebut mengawali perkenalannya lewat media sosial, setelah kenal dekat, mereka membuat janji untuk bertemu.

Ini adalah fenomena gunung es, dimana satu dari banyaknya muda-mudi bahkan anak-anak yang sudah sering melakukan aktivitas zina. Dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (18/07/2023 silam), menurut data Komnas Perempuan, dispensasi perkawinan anak meningkat 7 kali lipat sejak 2016. Sepanjang tahun tersebut, total permohonan dispensasi pada 2021 meningkat menjadi 59.709. Itu artinya, puluhan ribu anak-anak Indonesia yang masih duduk di bangku sekolah, sudah melakukan aktivitas zina dan hamil diluar nikah. 

Sistem kehidupan yang jauh dari aturan Islam, memang telah jauh menyeret para generasi kita pada jurang kehancuran. Tiada lagi yang ditakuti, asal kesenangannya bisa dituruti. Ditambah lagi tidak adanya keimanan dan ketaqwaan pada generasi muda, membuat mereka hidup dalam kebebasan, tidak mau terikat dengan aturan Tuhan. Peran orang tua yang hanya fokus menyekolahkan anaknya tanpa memperdulikan pergaulan anak-anaknya juga menjadi faktor penyebabnya. Sistem pendidikan sekular yang jauh meninggalkan aturan agama, media yang menampilkan tontonan serba bebas,  lingkungan masyarakat yang tidak membudayakan amar ma'ruf nahi munkar, sampai tidak adanya sanksi tegas dari negara adalah pelengkap kian rusaknya generasi bangsa ini.

Sangat sulit jika perubahan hanya berharap pada fungsi keluarga atau peran dunia pendidikan, karena komplit dan tersistematisnya faktor yang menyebabkan rusaknya para generasi. Sehingga hanya ada satu solusi, yakni dengan merubah sistem kehidupan, yang tidak Islami menjadi Islami. Karena dengan dirubahnya sistem kehidupan dari kapitalis sekular menjadi aturan Islam, semua lini kehidupan akan turut berubah.

Tidakkah kita belajar dari sejarah?, dimana Islam mampu menciptakan para pemuda yang hebat. Para pemuda yang menjadikan ridho Allah sebagai tujuan. Misalnya, sahabat Al Arqam bin Abil Arqam, diusianya yang masih 16 tahun, sudah menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat. Ia menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasulullah Saw selama 13 tahun berturut-turut. Ada Zaid bin Tsabit, diusianya yang jauh lebih muda yakni 13 tahun, mampu menguasai bahasa Suryani, sehingga ia menjadi penerjemah Rasulullah Saw, diusia itu pula ia sudah menghafal Al-Qur'an. Serta masih banyak lagi para pemuda yang layak dijadikan contoh oleh generasi saat ini, yakni mereka yang mengisi masa hidupnya dengan ilmu dan takwa. Tidak menyia-nyiakan masa mudanya untuk hal yang tidak manfaat apalagi tercela.

Sehinga, wajib adanya sistem kehidupan yang menerapkan konsep Islam, yang memberlakukan seluruh ajaran Islam disetiap lini kehidupan. Baik dari kurikulum pendidikannya, medianya, sistem pergaulannya, sampai hukum dan sanksinya. Karena hanya aturan Islamlah satu-satunya yang mampu menciptakan para generasi muda yang hebat dan penuh prestasi. 

Islam juga mengajarkan bahwa naluri seksual harus dijaga ketat. Tidak boleh diumbar semaunya. Bahkan para muda-mudi diperintahkan untuk berpuasa jika belum mampu menikah. Berpuasa disini maksudnya adalah menahan atau menjauhkan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa, termasuk segalanya yang dapat memicu munculnya naluri seksual. Rasulullah saw. telah bersabda dalam hadits riwayat Muslim, "Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang telah memperoleh kemampuan (menghidupi rumah tangga), kawinlah. Karena sesungguhnya, pernikahan itu lebih mampu menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan. Dan, barang siapa belum mampu melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu akan meredakan gejolak hasrat seksual." Waallahu a'lam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak