Oleh Sulistyawati, IRT
Hidup makin susah. Bukan masalah malas atau mengeluh dan tidak bersyukur. Itu persoalan lain dan butuh pembahasan lain. Realitanya, lebih kepada pemiskinan terstruktur dan tidak ada perhatian serius dari pemimpin negeri ini, kecuali hanya sekelumit bansos yang sifatnya tambal sulam. Dari mulai sulitnya mencari pekerjaan, harga kebutuhan hidup makin mahal, mahalnya biaya pendidikan untuk meningkatkan kualitas kualitas hidup, hingga ujungnya saat rakyat mendapatkan pekerjaan dan menikmati hasilnya ujungnya dibonsai dengan aneka pajak di segenap inci kebutuhan hidup.
Sudah kita pahami bersama, laki laki dalam Islam wajib bekerja mencari nafkah untuk menafkahi diri dan keluarganya. Namun, saat ini mencari pekerjaan itu sendiri sudah demikian berat dan susahnya mencari lowongan pekerjaan bagi rakyat. Kelangkaan lapangan kerja menunjukkan kegagalan negara dalam menjamin kesempatan kerja bagi para kepala keluarga/ laki-laki yang merupakan salah satu mekanisme terwujudnya kesejahteraan rakyat.
Hal ini merupakan buah penerapan sistem Kapitalisme, yang menjadikan pengelolaan SDAE (Sumber Daya Alam dan Energi) diberikan kepada asing dan swasta. Juga lahirnya berbagai regulasi yang justru menyulitkan rakyat kecil, untuk mendapatkan pekerjaan, akibat deindustrialisasi. Sudah menuntut ilmu yang meningkatkan skill kehidupan dipersulit dengan biaya yang tak terjangkau, giliran sudah lulus mendapatkan gelar, tidak serta merta dipermudah dengan segera ditempatkan di job yang tersedia, tapi alumni masih harus mencari sendiri dan dibebani pengalaman pekerjaan dan persyaratan lain. Giliran nanti setelah mendapatkan pekerjaan dan berhasil menabung, dipaksa jadi sapi perah aneka pajak. Seakan rakyat tak berhak menghirup udara segar dan sehat.
Islam mewajibkan negara, agar menyediakan pekerjaan yang layak dan halal bagi setiap kepala keluarga /laki-laki. Karena mereka pihak yang diwajibkan menanggung nafkah bagi diri dan keluarganya secara layak. Apapun itu, bisa berupa memberikan modal usaha, memberikan berupa pekerjaan kantor, bisa juga lahan tanah untuk digarap agar menghasilkan, dll.
Pada akhirnya, penanggung nafkah keluarga dipastikan tidak menganggur dan menjaga diri mencegah dari perbuatan menggelandang atau jadi peminta minta, apalagi preman ato pemalak. Juga mencegah dari kesenjangan sosial dan tindak kejahatan sosial lainnya. Karena sejatinya Islam menjadikan negara sebagai penanggung jawab rakyatnya agar hidup mulia dan terhormat. Membuka semua pintu kebaikan dan keberkahan serta menutup rapat semua pintu keburukan dan kemaksiatan.
Yukk kembali terapkan Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyyah agar terwujud baldatun thayyibatun warabbun ghofur.
Wallahu a'lam bishshawab
Tags
Opini
