Sari Isna_Tulungagung
Lebih dari sepuluh bulan sudah, sejak 7 Oktober 2024 Israel tak henti menyerang Gaza. Genosida terjadi di mana-mana, tak mengenal tempat, waktu, dan usia. Bahkan terakhir Israel melancarkan serangan terhadap sebuah sekolah yang menampung pengungsi di wilayah Palestina yang terkepung. Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan, bahwa sedikitnya 90 orang tewas dalam serangan tersebut. Badan tersebut mengatakan tiga roket Israel menghantam sekolah di Kota Gaza, menggambarkan insiden tersebut sebagai “pembantaian yang mengerikan.” Sejumlah jenazah ditemukan dalam keadaan terbakar. (voaindonesia.com, 10/08/2024)
Di tengah pembantaian Gaza yang terus saja berlangsung, malah tersiar kabar bahwa Departemen Luar Negeri menyampaikan Kongres AS menyetujui alokasi bantuan pada Israel selama aksi genosida ke Palestina. Amerika Serikat (AS) akan mengucurkan bantuan senilai 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 55,8 triliun memperkuat persenjataan dan peralatan militer Israel. Hal ini bisa berakibat ketegangan di Timur Tengah meningkat dan banyak yang mengkhawatirkan meluasnya perang Israel di Gaza yang telah menewaskan puluhan ribu orang serta menyebabkan krisis kemanusiaan. (news.republika.co.id, 11/08/2024)
Belum hilang rasa sakit melihat pembantaian saudara-saudara kita di Gaza, di belahan bumi lainnya muncul kabar yang menyakitkan juga. Muslim Rohingya kembali diburu dan dianiaya. Setidaknya 150 warga sipil dari minoritas Muslim Rohingya di Myanmar diperkirakan tewas minggu ini dalam serangan artileri dan pesawat tak berawak di negara bagian Rakhine, Myanmar. Serangan dilakukan terhadap warga Rohingya yang mencoba melarikan diri dari pertempuran sengit di kota Maungdaw. Mereka berupaya menyeberangi Sungai Naf kabur menyelamatkan diri ke Bangladesh. (tribunnewa.com, 11/08/2024)
Warga Rohingya telah lama menjadi korban penganiayaan di Myanmar, negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. Penduduk muslim yang minoritas seolah keberadaannya seperti sampah yang meresahkan. Tidak heran pembersihan etnis Rohingya masih saja terus dilakukan. Tak jauh beda dengan kondisi umat muslim di Palestina, masih terus menjadi sasaran penjajah, dan hidup dalam kesulitan yang luar biasa. Mirisnya negara-negara Barat dan PBB terus membela dan mendukung negara Zionis, menunjukkan standar ganda yang nyata. Karenanya, umat muslim tidak ada harganya dan terhina.
Nasib umat akan terus terpuruk selama tidak ada junnah bagi kaum muslimin di manapun sehingga kaum muslimin akan selalu ditindas di mana saja. Tanpa adanya persatuan seluruh kaum muslimin di dunia maka akan sangat mustahil untuk menghentikan genosida. Kaum muslimin sekarang masih tercerai-berai seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya. Jadi tidak heran jika kondisi umat muslim begitu rapuh dan mudah dihancurkan musuh. Umat muslim membutuhkan junnah (perisai) yang mampu melindungi darah dan kehormatannya. Satu-satunya junnah itu tak lain dan tak bukan adalah khilafah.
Dengan khilafah, kehormatan dan keamanan kaum muslimin akan terjaga. Sungguh berbeda dengan kondisi umat muslim sekarang, umat islam sangat mulia dan terhormat sejak Rasulullah Saw. membangun negara Islam di Madinah. Dengan persatuan umat muslim sedunia di bawah naungan khilafah, maka tak ada satupun musuh yang berani mengusik kehidupan umat Islam. Rasa aman, kebaikan, dan keberkahan umat terus berlanjut hingga pada akhirnya khilafah runtuh.
Sudah banyak fakta menyedihkan tentang kondisi umat muslim di Rohingya, di Gaza, dan di mana-mana. Terlalu mengerikan dan biadab perlakuan kepada saudara-saudara kita. Lantas, setelahnya apa? Tetap tak putus asa kita berdoa, kuatkan lagi boikot produk sampai ke level yang kita bisa, mengirimkan bantuan yang kita punya, tetap menyuarakan Palestina, Rohingya, dan saudara-saudara muslim yang lainnya. dan yang terpenting adalah kita berubah menjadi lebih baik sekarang juga.
Belajar dan terus belajar agama karena hanya itu solusi satu-satunya dari kejumudan umat Islam dunia. Saatnya kita membangun kesadaran umat. Betapa kita merindukan dan membutuhkan khilafah sebagai perisai. Membangun kesadaran umat, bahwa Islam dan umatnya mulia hanya dengan dalam naungan khilafah. Dan tentu saja penyadaran ini tidak bisa kita lakukan sendiri. Kita membutuhkan keberadaan kelompok dakwah Islam ideologis yang hakiki. Yang keberadaannya bisa menguatkan diri, agar tetap bersama menjaga api agar tak pernah padam lagi. Untuk melangsungkan kehidupan Islam kembali, di bawah daulah khilafah umat Islam terlindungi.
Tags
Opini
