Pesta Miras dalam Perayaan Kelulusan, Masa Depan Generasi Dipertanyakan




Oleh: Essy Rosaline Suhendi



Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Purwakarta, H. Agus Marzuki, mengomentari terkait perilaku buruk oleh puluhan pelajar dari berbagai sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) yang terciduk tengah melakukan pesta minuman keras (miras) dalam rangka perayaan kelulusan dalam sebuah villa di kecamatan Bojong, Purwakarta.

Menurutnya, pesta miras yang dilakukan tersebut adalah kejadian yang baru pertama kali dilakukan, karena dari berbagai sekolah, pelajar berkumpul untuk melakukan pesta miras. Ia juga menambahkan, hal demikian bisa terjadi dikarenakan lemahnya pengawasan dari beberapa pihak diantaranya orang tua pelajar dan lemahnya pengawasan dari Cabang Dinas Pendidikan wilayah IV Provinsi Jawa Barat. (www.pikiranrakyat.com, 20/05/24)

Sayang seribu sayang, generasi muda yang tengah merasakan euforia kelulusan hingga lupa diri merayakan dengan cara yang sangat tidak bermanfaat, seperti kejadian diatas. Itu hanya secuil perilaku buruk generasi yang ketahuan, karena faktanya hal serupa tidak hanya terjadi saat di hari kelulusan saja, tapi juga saat perayaan tahun baru atau valentine day, bahkan sering dibumbui dengan free sex atau bikini party yang banyak juga ditemukan pelakunya adalah para muda-mudi.


Sekularisme, Mengancam Generasi

Sistem sekulerisme yang tengah diterapkan dalam sistem kehidupan saat ini, adalah hal yang jelas mengancam masa depan generasi. Buktinya, tindak tanduk generasi muda yang kini kian meresahkan, dari mulai pergaulan bebas, narkoba, judi online, dan berbagai kerusakan moral yang semakin bobrok nampak terlihat. Belum lagi, diperburuk dengan kesehatan mental yang buruk, akibat maraknya flexing dan gaya hidup hedonis.

Selain itu, negara yang seakan menghalalkan miras beredar bebas karena tak mampu menghentikan produksi miras legal atau ilegal di banyak perusahan saat ini, menunjukan betapa lemahnya penguasa pada para pengusaha, apakah tingginya pajak miras menjadikan negara berat untuk memberantas miras?

Begitulah sistem sekularisme, sistem ini memisahkan agama dengan kehidupan, menjadikan seorang muslim hanya mengakui agamanya ketika hendak beribadah mahdhah saja, sedangkan diluar itu dilarang bawa-bawa agama. Jadi agama tidak usah dibawa ke ranah politik, pendidikan, sosial, dan hukum. Wajar jika minuman haram sekalipun menjadi halal dalam sistem sekularisme.


Wajib Ganti Sistem

Jika sekularisme terus mendapat Ridha manusia untuk menjadi sistem hidup saat ini, lantas bagaimana nasib masa depan generasi muda yang tengah menjadi korban kerusakan sistem saat ini? Maka dari itu, sudah selayaknya sistem sekulerisme harus dilenyapkan, dan diganti dengan sistem Islam yang sempurna.

Mengapa sempurna? Karena aturan yang dibuat dalam sistem Islam berasal dari sang maha sempurna, yakni Allah Swt. Allah Swt. telah memberikan pedoman hidup manusia, berupa Al Qur'an dan as Sunnah, sebagai pedoman hidup supaya tidak tersesat atau salah jalan.

Sebagaimana yang dikatakan dalam hadits di bawah ini:

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta’zhim wa Al-Minnah fi Al-Intishar As-Sunnah, hlm. 12-13).


Agama dan Kehidupan, Tidak Boleh Terpisah

Ketika manusia menjadikan Islam sebagai aturan kehidupan, maka manusia akan menghadirkan Allah Ta'ala dalam setiap amal perbuatan, dengan begitu tolak ukur perbuatannya bukan untung rugi namun halal haram.

Tentu hal tersebut dapat tercipta jika ada peran negara, karena negara yang memilikinya kuasa untuk menerapkan aturan Islam secara kaffah di tengah-tengah masyarakat, dan yang mampu menerapkannya hanya negara dalam sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah.

Di bawah naungan daulah khilafah, maka akan hadir seorang Khalifah atau pemimpin umat Islam, yang akan menerapkan Islam secara kaffah atau menyeluruh. Dengan begitu, niscaya kehidupan islami akan tercipta, sehingga akan muncul perasaan, pemikiran, dan peraturan Islam yang sama, juga akan terbentuk dari diri seorang muslim hanyalah syaksiyah Islam saja, yaitu pola pikir dan pola sikap Islam.

Negara pun akan senantiasa memuliakan dan mendakwahkan Islam, dengan cara menjadikan aqidah Islam sebagai dasar dalam setiap aspek kehidupan, di ranah individu, keluarga, dan masyarakat. Oleh karenanya, hanya dengan melanjutkan kehidupan Islam, generasi muda insyaallah dapat terselamatkan. Wallahu'alam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak