Pendidikan di Tengah Bencana: Bukti Gagalnya Sistem Sekuler dan Tawaran Solusi Islam


Oleh: R. A Susan Triani, S.Pd 




Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025 bukan sekadar tragedi alam. Di balik ribuan korban jiwa dan jutaan warga terdampak, terdapat satu sektor yang mengalami kerusakan paling serius namun kerap terabaikan: pendidikan.

Data menunjukkan sedikitnya 697 fasilitas pendidikan rusak, ratusan sekolah lumpuh total, dan puluhan ribu siswa kehilangan akses belajar. Sekolah yang seharusnya menjadi ruang aman justru runtuh bersama runtuhnya tata kelola negara dalam melindungi masa depan generasi. Bencana ini membuka tabir kegagalan sistem sekuler kapitalistik dalam menjamin hak dasar pendidikan rakyat, khususnya di wilayah rawan bencana.

Pendidikan: Korban Sistemik, Bukan Sekadar Dampak Alam

Narasi “cuaca ekstrem” kerap dijadikan kambing hitam. Padahal, rusaknya ratusan sekolah adalah konsekuensi logis dari kerusakan lingkungan sistemik akibat deforestasi, alih fungsi lahan, dan eksploitasi sumber daya alam yang abai terhadap mitigasi bencana. Ketika negara lebih tunduk pada kepentingan investasi dibanding keselamatan rakyat, sekolah-sekolah dibangun tanpa standar ketahanan bencana, bahkan di zona rawan longsor dan banjir.

Akibatnya, bencana tidak hanya merobohkan bangunan fisik, tetapi juga merampas hak belajar anak-anak. Ribuan siswa terancam putus sekolah permanen, mengalami trauma psikologis, dan kehilangan arah pendidikan. Ketimpangan akses pendidikan semakin lebar, terutama bagi anak-anak dari keluarga miskin dan yatim pascabencana.

Inilah potret nyata kegagalan sistem pendidikan dalam bingkai sekularisme: negara hadir reaktif, tambal sulam, dan bergantung pada bantuan darurat, tanpa visi perlindungan generasi jangka panjang.

Islam Memandang Pendidikan sebagai Amanah Negara

Dalam Islam, pendidikan bukan komoditas dan bukan beban masyarakat, melainkan kewajiban negara. Negara bertanggung jawab penuh memastikan setiap anak mendapatkan pendidikan yang aman, berkualitas, dan berkelanjutan, dalam kondisi normal maupun pascabencana.

Allah SWT menegaskan agar amanah diserahkan kepada ahlinya dan ditegakkan dengan adil (QS. An-Nisa: 58). Amanah itu termasuk menjaga generasi melalui sistem pendidikan yang kokoh secara fisik, mental, dan akidah.

Solusi Tuntas Pendidikan dalam Sistem Islam

Pertama, rekonstruksi sekolah pascabencana wajib dilakukan negara secara cepat dan menyeluruh melalui Baitul Mal, bukan bergantung pada utang atau swasta. Seluruh sekolah dibangun dengan standar tahan bencana, berbasis kajian geologi dan mitigasi risiko.

Kedua, pendidikan gratis dan merata harus dijamin, termasuk bagi anak-anak terdampak bencana. Negara menyediakan seragam, buku, sarana belajar, hingga dukungan psikososial untuk memulihkan trauma anak-anak agar tidak kehilangan semangat menuntut ilmu.

Ketiga, kurikulum pendidikan Islam harus mengintegrasikan ilmu pengetahuan, tauhid, dan kesadaran ekologis. Anak dididik memahami alam sebagai amanah Allah, bukan objek eksploitasi. Materi mitigasi bencana, ekologi Islam, dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah fil ardh menjadi bagian inti kurikulum, bukan tambahan.

Keempat, negara memprioritaskan anak yatim dan keluarga terdampak melalui beasiswa penuh, asrama pendidikan, dan pendampingan berkelanjutan. Tidak boleh ada satu pun anak yang kehilangan masa depan hanya karena bencana.

Kelima, sistem pendidikan diawasi secara ketat melalui mekanisme hisbah, agar dana pendidikan tidak dikorupsi dan kebijakan tidak menyimpang dari kemaslahatan umat (QS. Al-Baqarah: 188).

Bencana ini seharusnya menjadi momentum muhasabah nasional. Ketika ratusan sekolah runtuh, sejatinya yang runtuh adalah klaim keberhasilan sistem sekuler dalam membangun manusia. Islam hadir menawarkan solusi mendasar: sistem pendidikan yang lahir dari akidah, dikelola dengan amanah, dan berorientasi pada keselamatan generasi, dunia dan akhirat.

Jika pendidikan terus dikelola dengan paradigma kapitalistik, maka bencana demi bencana akan terus melahirkan generasi yang rapuh. Namun dengan penerapan syariat Islam secara kaffah, pendidikan akan menjadi benteng peradaban—bahkan di tengah krisis.

Sebagaimana peringatan Allah SWT, musibah yang menimpa bukan hanya cobaan, tetapi juga teguran agar manusia kembali pada aturan-Nya (QS. Al-Anfal: 25). Menyelamatkan pendidikan berarti menyelamatkan masa depan umat.

Wallahu a‘lam bish-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak