Ibu sebagai Global Agent of Change

Oleh: Septa Anitawati 
(Aktivis Muslimah) 



“Indung Nunggul Rahayu Anu Nebarkeun Kaheman, Ngamparkeun Kanyaah”, adalah tema dalam acara pelantikan Pengurus Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Purwakarta periode 2025–2030 yang bertepatan dengan Hari Ibu Nasional. Ketua BKOW Provinsi Jawa Barat, Prof. Dr. Hj. Dewi Indriani, dalam pidatonya mengajak perempuan Purwakarta untuk aktif dalam kolaborasi pentahelix (pemerintah, komunitas, akademisi, dunia usaha, media). Dilansir dari almuhajirin.co.Id pada 8 Desember 2025.

Dalam kesempatan lain, IPTU Tini Yutini menekankan pentingnya peran perempuan dalam membentuk generasi berkualitas dan ikut berkontribusi dalam berbagai sektor kehidupan. “Perempuan harus mengambil peran aktif dalam membentuk generasi penerus bangsa, sebab merekalah yang terdekat dan memiliki intensitas waktu bersama anak-anak di rumah,” ujarnya (mediainvestigasimabes.co.id, 8/12/2025).

Menarik apa yang disampaikan oleh kedua tokoh ibu di atas. Namun, apakah realitasnya sudah sesuai dengan cita-cita? 
Jika kita telusuri, pembangunan peran perempuan khususnya kaum Ibu dalam sistem kapitalisme tidaklah lepas dari paradigma ideologi sekuler  yang berazaskan manfaat materi. Tidak ada nilai ruhiyah yang berorientasi akhirat. Semua mengarus ke arah materi duniawi. Alih-alih berimpact pada arah peradaban yang gemilang, peran perempuan dalam sistem ini justru akan semakin memperkuat agenda dan kepentingan kapitalisme itu sendiri. Tidak ada arah kepada peran kaum ibu dalam pembangunan peradaban Islam.

Dalam Islam perempuan dan Ibu diposisikan dan diberi hak yang sama seperti laki-laki dalam perannya membangunan peradaban bangsa. Sebagai hamba Allah, sebagai Ummu warabatu bait di rumahnya dan sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki kewajiban, belajar, berdakwah atau amar makruf nahi mungkar, dan memiliki peran strategis dalam membangun negara (pendidik, nakes, qadhi, dll) sendiri. Pembangunan peran wanita dalam Islam tidak boleh bergeser dari paradigma, aturan, dan tujuan Islam itu sendiri. 

Disinilah Ibu sebagai Global Agent of Change diperlukan. Ibu berperan aktif mengubah dunia dengan tatanan kehidupan Islam. Tentu bukan perkara yang mudah. Untuk bisa mengubah, ada perangkat pemahaman yang mesti dimilikinya. Yaitu pemahaman IsIam Kaffah. Agar bisa mengubah sesuai dengan apa yang telah ada di benaknya. 

Harapannya, kaum hawa berdampingan dengan kaum adam membangun peradaban Islam yang mengubah kondisi dari tatanan kehidupan kapitalisme sekulerisme demokrasi menjadi tatanan kehidupan yang Islami yang Allah SWT ridhoi. Bukan kerusakan kemaksiatan yang telah mengakibatkan murka Allah SWT.

Wallahu'alam..

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak