Oleh : Ummu Bassam
(Aktivis Muslimah)
Perkembangan zaman kini kian pesat. Segala sesuatu bisa dilakukan dengan hanya bermodal benda yang digenggam (HP). Dari memesan makanan sampai segala informasi dapat kita ketahui dengan cepat dan penggunanya pun juga terbilang fantastis.
Internet... Yah, jumlah pengguna internet di Indonesia kembali mencatat rekor baru. Berdasarkan laporan terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bertajuk "Internet Indonesia 2025", pada semester pertama tahun ini jumlah pengguna internet di tanah air telah mencapai 229.428.417 jiwa.
Sumber : (Cloud Computing Indonesia)
Jika melihat data APJII di atas, jumlah pengguna Internet di Indonesia naik sekitar 6 juta jiwa dari tahun sebelumnya.
Kemudahan yang tidak terkontrol
Perkembangan yang kian masif dan canggih bisa memudahkan kita dalam berbagai hal. Terutama mengakses segala macam informasi. Generasi kita saat ini sangat diuntungkan dengan adanya kemudahan akses berita. Hingga generasi saat ini bisa sangat kritis menanggapi berbagai hal. Lantas apakah kemajuan itu bisa membangun sesuatu yang potensi kebaikannya besar?
Ternyata kemajuan perkembangan tekhnologi terutama internet bisa membuat generasi kita saat ini malas berfikir. Selain mengandalkan kemajuan akses internet mereka juga banyak mendapat keburukan dari kemajuan itu sendiri. Tidak adanya pengontrolan berita sampai berita negatif pun sangat mudah mereka Terima mentah-mentah tanpa menganalisis kembali.
Kritis yang tragis
Selain membuat generasi kita saat ini makin kritis juga banyak ketragisan yang terjadi. Para generasi muda saat ini sangat rentan terpengaruh, mudah mengikuti arus, menelan berita mentah-mentah hingga hal tersebut bisa mengganggu kesehatan mental mereka. Dari kecanduan bermain media sosial yang membuat mereka menjadi haus falidasi hingga memunculkan sifat kompulir seperti sulit berhenti mengamati ponsel, selalu ingin dekat dengan ponselnya dalam berbagai aktifitas.
Tak hanya itu, sifat insecure dan membandingkan dirinya dengan orang lain membuat mentalnya semakin bermasalah. Hingga membuat dia mempunyai hasrat besar untuk bisa menyesuaikan diri dengan standar media sosial hingga membuat mereka lupa jati dirinya sebagai hamba Allah.
Tak dapat terelakkan, perundungan, kekerasan dunia digital itu susah untuk dihindari, karena hal itu bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan pada siapa saja. Bentuk perundungannya bisa berupa dislike postingan, komentar buruk, penyebaran hoaks, atau sampai pelecehan daring. Dari hal tersebut bisa menyebabkan trauma psikologis, takut berinteraksi hingga menutup diri dari lingkungan sosial.
Paparan konten negatif juga sangat berpengaruh dan merusak. Informasi yang tidak terfilter membuat mereka kebingungan untuk memilihnya ataukah meninggalkannya? Karena standar shahih perihal perilaku hal dan batil masih belum mereka dapatkan.
Hal tersebut menjadi ketragisan yang bisa membuat mereka merasa kesepian, merasa sendiri dan terisolasi sosial. Meski terlihat terhubung dengan banyak orang sejatinya interaksi tersebut hanya ilusi semata.
Pembentukan generasi kritis
Dari hal tersebut kita bisa melihat bahwa dunia digital saat ini didominasi oleh korporasi besar yang beroperasi dengan logika pasar dan kepentingan politik tertentu. Barang siapa yang masuk dunia digital tanpa pondasi ideogis yang kuat mereka mudah terseret arus, mudah dibungkam dan mudah goyah.
Lantas bagaimana agar kekritisan tersebut menjadi aktifitas yang positif? Generasi kita saat ini harus memiliki kesadaran islam yang kuat. Mental yang tangguh hanya bisa di dapat dari pembinaan pemikiran dan kepribadian islam di dunia nyata. Mereka harus faham benar tentang perbuatan yang haq dan batil. Mana yang Allah ridho dan tidak.
Jika standar mereka sudah pada aqidahnya tentang perbuatan haq dan batil maka mereka akan mudah untuk memilah informasi dan perbuatan aktifitas yang mereka lakukan.
Generasi cerdas hanya ada dalam Islam
Pesatnya kemajuan yang satu ini kita ketahui sejatinya adalah peluang emas untuk generasi kita semakin cerdas. Cepatnya informasi yang bisa mereka akses akan bisa menjadi ladang jariyyah untuk mereka. Tak hanya itu harusnya hal tersebut juga bisa menjadi tempat pembangunan mental yang kuat untuk generasi islam.
Nah dari sini kita bisa melihat harus ada penjagaan yang kuat dari sisi manapun. Baik dari individu mereka sendiri, keluarga, lingkungan atau masyarakat juga punya andil besar di dalamnya. Bahkan Negara juga harus menjadi penjaga utama dalam pemfilteran akses medsos.
Individu yang kuat aqidahnya, ia tidak akan mudah untuk terprovokasi. Hingga jika ia menggunakan medsos, ia bisa menggiring opini positif bahkan penggebrak kebaikan.
Keluarga yang saling mendukung dan berfungsi dengan benar sebagai madrasah pertama anak, menguatkan lagi aqidah mereka agar tidak menjadi pembebek (hanya ikut-ikutan) tapi dia adalah pemimpin yang bisa mengarahkan pada kebaikan hingga terbentuk keimanan yang kuat dan ketaatan menjalankan perintah Allah. Mereka juga harus punya pemahaman bahwa islam punya solusi dalam berbagai persoalan hidup. Hingga mereka bisa memandang kehidupan ini sesuai dengan paradigma islam.
Peran lingkungan masyarakat pun tak kalah besar, mereka bisa sebagai kontrol sosial. Amar ma'ruf nahi mungkar harus berjalan dengan baik. Jika setiap individu memiliki pemahaman, pemikiran, perasaan dan aturan yang sama maka ruang digital akan di penuhi dengan konten-konten baik yang bisa mengedukasi dan sebagai alat berfastabiqul khoirot.
Terakhir peran yang paling vital adalah Negara yakni sebagai raa'in (pengurus dan pelayan rakyat)
- Negara akan membangun kepribadian ummat/rakyat.
- Negara akan memberikan fasilitas pendidikan terbaik dan gratis hingga bisa mencetak generasi-generasi unggul
- Negara menyaring konten-konten nirfaedah atau negatif. Hingga memasifkan konten-konten positif yang bisa memperkuat aqidah keimanan
- Negara akan membangun infrastruktur dan sistem keamanan digital yang menyeluruh dari kota hingga pelosok desa
Teknologi akan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kepentingan ummat dengan visi dan misi yang jelas. Bahkan kemajuan teknologi diharapkan menjadi salah satu pilar utama dalam membangun peradaban Islam.
Waalaualam bissawab
