Konsepsi Kepemimpinan Dalam Islam



Oleh : Maulli Azzura 

Hujan deras yang terjadi pada Selasa (18/11/2025) malam menyebabkan banjir meluas di wilayah selatan Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Tiga kecamatan, yaitu Menganti, Benjeng dan Balongpanggang, terdampak parah akibat genangan air.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik melaporkan, hingga Rabu (19/11/2025) pukul 13.16 WIB, sejumlah desa di ketiga kecamatan tersebut terendam air. Di Kecamatan Menganti, situasi banjir dilaporkan lebih parah dari sebelumnya. Ratusan rumah warga terendam. (kompas.com 19/11/2025)

Banjir menjadi permasalahan tahunan yang senantiasa ada di Gresik, diantaranya penyebabnya adalah banyaknya lahan yang beralih fungsi dari daerah resapan air menjadi perumahan, industri atau proyek strategi nasional. Banyak pembangunan industri perumahan bahkan PSN yang tidak memperhatikan daerah resapan air sehingga menyebabkan banjir. Banyaknya pembangunan industri, perumahan juga tidak lepas dari mudahnya perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah, karena ketika industri atau pengembang mendirikan usaha, maka mereka harus membayarkan sejumlah uang kepada pemerintah. Bisa jadi ini kenapa pemerintah mudah mengeluarkan izin tanpa memperdulikan dampaknya.

Permasalahan yang ada di Gresik tidak lepas dari kepemimpinan sekuler kapitalisme. Wajar ketika sistem ini tidak mampu memberikan jawaban kesejahteraan. Karena semua aturan dan kebijakan yang diterapkan meniadakan aturan agama, lebih tepatnya menghilangkan peran Islam dalam kehidupan. Padahal risalah Islam berasal dari Allah subhanahu wa ta'ala sang pencipta manusia dan seluruh makhluk yang maha mengetahui dan maha kuasa atas segala sesuatu. Aturan Islam lah yang menjamin terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manusia. 

Kepemimpinan sekuler yang berpadu dengan sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalistik telah melahirkan pragmatisme dalam mengelola negara. Memunculkan tindakan dan keputusan yang lebih mengutamakan hasil praktis daripada prinsip moral, serta mengedepankan kepentingan pemilik modal dan oligarki daripada memperhatikan nasib rakyat. Rakyat tidak akan menjadi prioritas para pemangku kekuasaan. Dan kekuasaan akan menjadi alat untuk kepentingan kelompok dan keluarga. Alhasil hubungan rakyat dengan penguasa terpisah dan berjalan sendiri-sendiri, tidak ada hubungan kuat yang mengikat, dan jauh dari prinsip riayah dan pertanggungjawaban. 

Islam adalah ideologi, bukan hanya perkara keyakinan, tetapi juga mengatur seluruh urusan kehidupan. Syariat Islam Kaffah akan menjadi solusi ketika diterapkan secara sempurna oleh negara. Islam memiliki konsep kepemimpinan yang istimewa serta berbeda dengan sistem manapun yang ada di dunia.

Seorang pemimpin harus menghiasi dirinya dengan sifat takwa. Ketakwaan harus melekat baik waktu ia sebagai dirinya sendiri atau ketika menjadi pemimpin rakyatnya. Muslim dan Ahmad meriwayatkan dalam Sulaiman bin buraidah dari ayahnya, ia berkata, "dahulu Rasulullah mengangkat seorang pemimpin atas pasukan atau Sariyyah (detesemen), beliau berpesan kepadanya dengan ketakwaan kepada Allah dalam dirinya sendiri dan agar ia memperlakukan kaum muslim yang bersamanya dengan baik."

Salah satu amanah yang ada di pundak seorang pemimpin adalah menegakkan kedisiplinan, keadilan dan bersikap tegas. Agar dalam menjalankan amanah tersebut tidak menyusahkan rakyatnya, Asy-Syaari' memerintahkan pemimpin untuk bersikap lemah lembut.

Dari Aisyah ia berkata, " aku mendengar Rasulullah berkata di dalam rumahku ini, 'ya Allah barangsiapa memimpin umatku, lalu ia menyusahkan mereka, maka bersikaplah lemah lembut terhadapnya.'"(HR Muslim).

Terkait hubungan penguasa dan rakyatnya, Islam memerintahkan seorang pemimpin harus senantiasa memperhatikan rakyatnya dengan memberinya nasihat, memperingatkannya agar tidak menyentuh sedikitpun harta milik umat, dan mewajibkannya agar memerintah rakyat hanya dengan Islam. 

Sebaliknya peringatan keras diberikan kepada para penguasa yang memperlakukan rakyat dengan pengurusan yang buruk. Sebagaimana tercantum dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ma'qil bin Yasir, ia berkata," aku mendengar nabi bersabda, ' tidak seorang hamba pun yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak memperhatikan mereka dengan nasihat, kecuali ia tidak akan mendapatkan bau surga.'" (HR Bukhari). Hadist Rasulullah tersebut merupakan arahan bagi seorang pemimpin agar tidak mengabaikan hak-hak rakyatnya. 

Wallahu A'lam Bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak