Dilema Guru di Tengah Krisis Moral Pelajar

Oleh : Dahlia


Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, dunia pendidikan Indonesia menghadapi tantangan besar yang tidak bisa diabaikan, yakni krisis moral di kalangan remaja. Fenomena ini bukan sekadar masalah perilaku individu, melainkan cerminan dari sistem pendidikan yang kehilangan arah nilai. 
Guru yang semestinya menjadi sosok teladan dan penjaga moral, kini justru sering berada di posisi yang lemah dan serba salah. 

Sementara itu, siswa kian berani melanggar aturan, bahkan menentang otoritas pendidik. Kondisi ini memperlihatkan bahwa pendidikan kita tengah berada pada titik kritis, di mana nilai dan moral mulai tergerus oleh budaya bebas yang lahir dari sistem sekuler dan liberal. Sebenarnya dari dulu kan sudah ada (guru yang memarahi siswa atau mendisiplinkan siswa), hanya saja sekarang lebih terekspos karena adanya media sosial," 
Banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh krisis moral remaja masa kini. 


Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?

Saat ini posisi pendidik memang semakin rumit. Akar masalahnya terletak pada adanya ruang abu-abu dalam penerapan disiplin siswa serta tergerusnya wibawa guru. Beberapa guru merasa tidak lagi dihormati oleh muridnya. Bahkan ada yang takut menegur murid yang berbuat salah karena khawatir mendapat perlawanan dari orang tua siswa, bahkan sampai dilaporkan ke polisi.

Fenomena ini menunjukkan bahwa siswa merasa memiliki kebebasan bertindak di luar batas etika, sementara guru merasa tak berdaya. Ketika guru ingin menegakkan kedisiplinan, mereka kerap diadukan dan posisinya terancam. Akibatnya, banyak guru memilih diam, dan tindakan-tindakan menyimpang pun terus berulang, bahkan semakin parah.

Kondisi ini tidak terlepas dari penerapan sistem kapitalisme sekuler dan liberal saat ini. Masyarakat, termasuk para pelajar, tidak mau diatur dan ditegur. Negara pun abai terhadap tanggung jawabnya dalam melahirkan generasi yang taat aturan dan bermoral.

Segala bentuk kekerasan memang tidak dibenarkan. Namun, yang dibutuhkan adalah pendidikan yang mampu menjadikan remaja paham siapa dirinya dan ke mana arah hidupnya. Pendidikan harus berbasis nilai-nilai Islam agar tercipta pola pikir dan pola sikap Islami. Dalam hal ini, negara berperan penting dalam memfasilitasi jaringan pendidikan, mulai dari pembangunan, fasilitas, hingga kurikulum yang diatur oleh negara. Dengan demikian, output yang dihasilkan akan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.


Bagaimana Islam Memandang Hal Ini?

Dalam sistem pendidikan saat ini, tidak ada perlindungan yang jelas bagi guru. Guru berada dalam tekanan yang luar biasa. Seperti pada kasus-kasus yang sudah terjadi, sungguh menyedihkan ketika guru yang berusaha menegakkan kedisiplinan justru dibungkam bahkan diancam dipecat.

Padahal, dalam Islam, mengingatkan seseorang yang bersalah merupakan bagian dari amar makruf nahi mungkar, meski tentu tidak dengan kekerasan. Diperlukan upaya tabayyun dan pendekatan terlebih dahulu untuk memahami latar belakang seseorang melakukan kesalahan. Dengan demikian, ketika ia ditegur dengan baik dan sudah jelas kesalahannya, fitrahnya akan mendorongnya untuk mengakui kesalahan tersebut.

Namun, karena sistem pendidikan sekuler yang diterapkan saat ini memberikan ruang kebebasan tanpa batas, hal ini menjadi bukti nyata gagalnya sistem pendidikan dalam mencetak peserta didik yang bertakwa dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, sangat perlu menanamkan kembali nilai-nilai fundamental seperti sopan santun dan rasa hormat kepada guru.

Dalam Islam, guru merupakan pilar peradaban. Posisi guru sangat dihormati dan dimuliakan karena tugasnya membentuk kepribadian murid. Guru bukan hanya gudang ilmu, melainkan pendidik yang memberi suri teladan bagi muridnya. Maka, seorang guru pun harus memiliki kepribadian yang baik, bersumber dari ajaran Islam, agar pola pikir dan pola sikapnya selaras dengan Al-Qur’an dan Sunnah.


Solusi Pendidikan Islam

Sistem pendidikan Islam mengajarkan bagaimana pelajar memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai ajaran Islam. Dengan demikian, akan lahir generasi yang memiliki kesadaran penuh bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah dan akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap perbuatannya kelak.

Remaja Muslim harus berprinsip dan bangkit menjadi generasi beriman, bukan generasi yang merusak. Maka dibutuhkan wadah yang mampu membentuk karakter tersebut, yakni negara yang mendukung masyarakatnya untuk terikat dengan aturan Islam, negara khilafah. Dengan tegaknya negara Islam, insyaallah hal ini akan menjadi solusi hakiki bagi setiap problem yang dirasakan oleh umat.
Wallahu a‘lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak