Oleh Rini Nur Adniatini
Aktivis Dakwah Islam
Bencana banjir bandang dan longsor yang menimpa Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara pada akhir November 2025 banyak menelan korban, sudah lebih dari 1000 jiwa melayang, dilansir dari detik.news.com(16/12/2025). BNPB memperbarui data korban jiwa akibat bencana banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Jumlah korban mencapai 1053 orang. “Data per 16 Desember 2025,total korban meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsor di 3 provinsi sebanyak 1.053 jiwa”, ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, dalam jumpa pers, Selasa (16/122025). Belum lagi korban hilang yang masih dilakukan pencarian sebanyak 200 orang dan pengungsi sebanyak 606.040 orang.
Banjir bandang yang membawa potongan kayu gelondongan di Sumatera adalah bukti rusaknya alam akibat tangan manusia. Penggundulan hutan yang dilakukan segelintir orang, serta perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan sawit menjadi pemicu bencana karena kurangnya resapan air akibat curah hujan tinggi. Menurut guru besar Teknik Geologi dan lingkungan UGM, Dwikorita Karnawati, banjir bandang Sumatera kali ini merupakan akibat dari kombinasi anomali iklim, kerentanan geologi, diperparah faktor antropogenik. “Antropogenik yaitu lahan yang berubah. Enggak usah diubah, enggak usah dirusak lahannya itu sudah rapuh, apalagi dirusak. Sehingga tingkat kerusakan itu berperan bukan pada kejadiannya, tapi berperan pada seringnya terjadi.“ ungkap Dwikorita (Mongabay.co.id, 07/12/2025)
Sulitnya akses jalan dan komunikasi pasca banjir membuat masyarakat sulit mendapat bantuan, banyak masyarakat yang kelaparan, korban meninggal pun terus bertambah, namun bencana nasional pun tidak kunjung ditetapkan oleh pemerintah, pemerintah menganggap kita mampu menghadapi musibah ini secara mandiri tidak membutuhkan bantuan dari luar, namun faktanya banyak masyarakat belum mendapatkan bantuan, kelaparan menjadi masalah baru karena tidak adanya bantuan yang mereka terima.
Jika pemerintah mau menetapkan bencana ini sebagai bencana Nasional sehingga bantuan dari luar negeri akan masuk, namun tentu saja fakta dari bencana ini akan tersorot negara Asing, penyebab kerusakan harus diperiksa, struktur tata ruang dan lingkungan harus diaudit, siapa penyebab kerusakan harus dicari. Hal ini akan menyeret banyak pihak bisa jadi banyak pejabat yang terlibat dan akan terkena sanksi dari hukum internasional.
Wajar hal ini terjadi dalam sistem kapitalis, bukan rakyat yang menjadi tujuan utama. Rakyat hanya dibutuhkan saat pemilihan saja, janji-janji manis dilontarkan saat kampanye berlangsung, bahkan tidak bisa dipungkiri jor joran dana yang dikeluarkan untuk mengambil simpati rakyat agar bisa menjabat. Setelah mereka menjabat, mereka memikirkan bagaimana pengembalian dana yang sudah mereka keluarkan harus kembali modal, izin-izin pembalakan liar dan penambangan di hutan menjadi ladang basah para pemimpin.
Tempo menulis 31 izin kehutanan terbit dalam 2 dekade terakhir. Walhi mencatat ada lebih dari 600 perusahaan tersebar di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat yang melakukan kegiatan eksploitasi tambang yang memperparah kerapuhan struktur ekologis.
Jauh berbeda dengan sistem Islam yang tentu saja mengedepankan kesejahteraan umat, menjaga fungsi alam sebagaimana mestinya, karena para pemimpin Ummat paham kelak semua itu akan ada pertanggungjawabannya di akhirat. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah pemimpin keluarganya, dan seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya. Dan setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya.“ (HR.Bukhari)
Islam adalah solusi kehidupan tidak hanya pada ranah individu saja, dalam bernegara pun Islam punya solusi terlebih dalam mengatur sumber daya alam. Islam mengatur seluruh sumber daya alam seperti hutan, tambang, dan air adalah milik umum yang haram dikuasai oleh individu maupun swasta.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam bersabda:
“Kaum muslim berserikat dalam tiga hal; air, rumput dan api.” (HR. Ibnu Majah)
Negara hadir sebagai pengelola dan seluruh hasil sumber daya alam digunakan untuk kemaslahatan umat.
Wallahualam bissawab.[]
Tags
Opini