Proyek Arkeologi atau Proyek Penghancuran Masjidil Aqsha?


Oleh: Erika Febiana, A.Md.Si.Ak



Dibawah Masjidil Aqsha penggalian terowongan yang dilakukan oleh Israel sudah berlangsung lama, Israel menamai proyek itu dengan proyek arkeologi.

Biadap, Israel tengah melakukan penggalian bawah tanah di sekitar Masjid Al-Aqsa. Fakta tersebut disampaikan oleh Pemerintahan Yerusalem yang mengingatkan bahaya lebih lanjut dari penggalian yang dilakukan Israel. (Sumber: cnnindonesia,25/10/2025)

Dalam khotbah Jumat di Al-Aqsa, Syekh Sabri memperingatkan penggalian yang sedang berlangsung merupakan "kampanye sistematis" untuk menghapus identitas Islam Al-Aqsa dan membuka jalan bagi pembangunan 'Kuil' di atas reruntuhannya. (Sumber: cnnindonesia, 26/10/2025).

Menurut Laporan Anadolu mengacu Profesor Arkeologi Jamal Amro, penggalian Israel di bawah kompleks Masjid Al-Aqsa telah berlangsung gencar dalam 60 tahun terakhir dan mencapai fondasi kompleks dalam 15 tahun terakhir. Dimulai pada tahun 1967, Israel telah menggali lebih dari 100 penggalian di wilayah Masjidil Aqsha. (Sumber: detikhikmah, 22/10/2025).

Semakin hari semakin luas dampak dari proyek arkeologi yang di canangkan oleh Israel, tapi apakah benar proyek tersebut untuk menemukan peninggalan sejarah entitas Israel atau menghilangkan peninggalan sejarah Palestina yang sudah lama ada?
dan mengapa negeri negeri muslim bungkam?

Tingginya Tembok Nasionalisme

Fakta banyaknya kerusakan pada Masjidil Aqsha seakan tidak cukup menjadi bukti agar negeri negeri muslim dan umat Islam untuk membuka mata dan kembali bersatu.

Umat Islam disibukan dengan permasalahan di dalam negerinya yang memang sudah direncanakan oleh barat yakni tembok Nasionalisme.

Menurut pendapat dari Hans Kohn, Nasionalisme adalah keadaan individu yang di dalam pikirannya merasa bahwa pengabdian tertinggi adalah untuk bangsa dan tanah air.

Nasionalisme menjadikan Umat Islam terpecah pecah setelah runtuhnya Daulah Islam pada 3 Maret 1924 di turki, sejak saat itu Umat Islam kehilangan pelindungnya, banyak negeri yang katanya 'merdeka' namun mereka masih terjajah dengan peraturan internasional yang membuat negeri negeri muslim terpecah belah.

Pada 21 Agustus 1969 lalu, terjadi pembakaran Masjidil Aqsha oleh ekstrim Australia yang bernama Denis Michael Ronan, dari pembakaran tersebut menimbulkan kecaman dari berbagai negeri muslim, dan pembakaran tersebut bukan menjadi hal yang di takutkan oleh warga Palestina, melainkan tidak adanya aksi nya dari negeri muslim untuk membela tanah para nabinya, tidak hanya berbagai kecaman tetapi aksi nyata berupa pengiriman militer untuk melindungi bukan menyerang warga sipil Palestina.

Dan kini situasi serupa terjadi, dimana Masjidil Aqsha nyaris hancur karena penggalian terowongan atau proyek Arkeologi Israel. Proyek ini tidak akan membuahkan hasil karena tidak akan di jumpai peninggalan Israel di Palestina karena  wilayah Palestina adalah tanah kharazyiah milik Umat Islam.

Proyek arkeologi Israel ini dilakukan untuk menghapus dan menghancurkan peninggalan sejarah islam dan menggantinya dengan situs buatan yahudi, dibalik itu semua adalah penghancuran Masjidil Aqsha untuk di ganti menjadi kuil Sulaeman.

Masjidil Aqsa nyaris hancur dan Umat Islam masih di sibukkan dengan urusan di dalam negerinya sendiri.

Bersatunya Umat Islam

Akibat dari Nasionalisme berhasil mengikis ikatan persaudaraan muslim, dan menganggap muslim yang lain adalah musuh,  nasionalisme juga suatu penyakit yang memandang bahwa permasalahan yang terjadi antar umat islam di berbagai wilayah adalah urusan mereka masing masing.

Masalah Palestina bukan hanya masalah “bangsa Arab” atau “palestinian people”, tetapi masalah umat Islam seluruh dunia.

Dalam Islam, kaum Muslim diibaratkan satu tubuh, jika terdapat satu bagian tubuh yang merasakan sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakan sakitnya. Karena itu, solusinya bukanlah nasionalisme, bukan pula sekedar diplomasi, tapi persatuan umat di bawah satu kepemimpinan yang menyatukan kekuatan politik, militer, ekonomi, dan moral.

"Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk" (TQS. Ali Imron ayat 103).

Umat harus bersatu dan memegang teguh akidahnya, umat butuh sistem Islam dan pemimpin yang bisa menerapkan Islam secara menyeluruh (kaffah) dan menjadi pelindung bagi umat Islam, tidak hanya di palestina tapi seluruh Umat Islam.

Imam laksana perisai, maksudnya seperti pelindung karena mencegah musuh yang akan menzalimi kaum muslim dan mencegah perselisihan di antara mereka, menjaga benteng Islam, dan menggetarkan manusia dengan kekuasaannya.” (Syahrul Muslim lin-Nawawi, Juz 6 Hlm. 315).

Sudah saatnya umat bangkit dari pemikiran yang merasa cinta tanah air, dari pemikiran yang berlandaskan akidah Islam.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak