Indonesia Darurat KDRT dan Kekerasan Remaja



Oleh: Julia Ummu Adiva Farras 




Kekerasan dalam rumah tangga kian marak terjadi, mencerminkan betapa rapuhnya ketahanan keluarga. Seperti di lansir dari beritasatu.com, pada 16/10/2025 seorang suami tega membakar dan mengkubur istrinya di Kebun Tebu Malang. Sebelumnnya korban dikabarkan hilang sejak 8/10/2025, padahal korban terakhir masih dirumah dan bersama dengan pelaku. Namun, warga merasa janggal dan aneh ketika melihat gundukan tanah yang berada di kebun tebu tersebut. Alhasil, setelah digali ditemukan lah jasad perempuan yang hangus terbakar, atas hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa korban meninggal dunia 4-5 hari sebelum ditemukan. Hal ini bermula dari cek coknya suami istri perihal ekonomi yang berujung penganiayaan yang dilakukan pelaku terhadap korban, guna menghilangkan jejak akhirnya ia membakar jasadnya. Sungguh tragis. 


Bukan hanya itu, kabar mengangetkan datang dari Pacitan, Jawa Timur. seorang remaja yang berusia 16 tahun lantaran sakit hati karna tak terima dibilang cucu pungut akhirnya pelaku melakukan aksinya dengan membacok sang nenek. Akibatnya korban mengalami luka serius dan harus mendapatkan perawatan intensif di IGD RSUD dr. Darsono. Dikutip dari beritasatu.com 16/10/2025. 

Selain itu, kekerasan remaja yang tidak kalah mirisnya. Di Kelurahan Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara seorang remaja mencabuli dan membunuh anak perempuan berusia 11 tahun pada Senin, 13 Oktober lalu. 


Kasus-kasus diatas bukanlah sekali dua kali, tapi hal ini selalu terulang kembali bahkan dalam hitungan detik ditemukan kasus yang serupa. Keluarga yang seharusnya menjadi benteng pertahanan utama bagi anggota keluarganya justru sebaliknya. Landasan takwa, aqidah yang kokoh tidak lagi didapatkan anak, padahal membentengi diri untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan koridor hukum syara merupakan kewajiban yang seharusnya di emban dan didapatkan setiap anak dalam keluarga nya. Maka tidak heran jika dari dalam saja tidak kuat pondasinya, maka timbullah Kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, kenakalan remaja, bullying hingga pergaulan bebas. Itu semua berasal dari sistem kapitalisme yang berasas sekulerisme yang memisahkan antara agama dengan kehidupan yang diterapkan saat ini, sehingga kebebasan tanpa batas dan sikap individual merusak perilaku, terkhusus remaja yang menjadi korban, sebab lingkungan yang tidak kondusif akan mudah terbawa arus. 


Kemudian sistem pendidikan saat ini berpacu kepada kurikulum yang berbasis sekulerisme. Porsi pendidikan agama hanya sebatas materi pelengkap, bukan menjadi landasan dan pedoman dalam melakukan perbuatan. 
Anak-anak hanya diajarkan bagaimana menjadi individu sukses dengan meraih materi sebanyak-banyaknya. Tolak ukur kebahagiaan dinilai dengan kacamata materi dan kesenangan duniawi yang fana ini.  Sistem pendidikan sekuler tidak membentuk anak agar memiliki ketaatan dan ketakwaan. Sehingga tumbuhlah degradasi moral generasi, yang hanya melahirkan generasi mandul minim adab. 

Sangat jauh sekali dengan Islam, Islam memiliki seperangkat aturan kehidupan yang dapat mencegah kekerasan sedari awal. Islam memerintahkan orang tua menanamkan adab kepada anak yang bervisi ukhrowi. Menjadikan aqidah Islam sebagai landasan syari'at dan panduan hidup. Ini akan menjadikan seseorang memegang teguh identitas kemuslimannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang akan membentuk didalam dirinya berkepribadian Islam. Bukan hanya itu saja, Islam juga mampu memberikan perlindungan dan kekerasan baik KDRT ataupun kekerasan lainnya termasuk kekerasan remaja dengan menerapkan sanksi yang tegas bagi siapapun yang melanggar syariat Islam yang berfungsi sebagai pencegah (zawajir) dan penebus (jawabir). Sungguh sempurnanya syari'at Islam yang mampu memberikan perlindungan bagi setiap individu nya yang tidak akan terulang karna melahirkan individu dengan keimanan dan ketaqwaan yang tinggi. Itu semua akan kita dapatkan kecuali dengan kembali kepada Islam secara totalitas dibawah payung khilafah.

Wallahu a'lam bish-shawab [].

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak