Harga Nyawa di Dunia yang Tak Lagi Waras




Oleh: Erika Febiana, A.Md.SI.Ak.




Belakangan ini marak terjadi kasus pembunuhan di berbagai daerah. Sejak 1 Januari hingga 14 Agustus 2025, data Pusiknas Bareskrim Polri mencatat sebanyak 671 kasus pembunuhan. Sebagian besar di antaranya bermotif sengaja, yaitu 33,97 persen dari total kasus yang ditangani Polri. Angka ini belum termasuk kasus-kasus yang tidak dilaporkan.
(Sumber: pusiknas.polri.go.id, 15/08/2025)

Salah satu kasus yang menyita perhatian adalah tewasnya seorang siswi SMP berinisial J (15). Ia ditemukan di saluran air persawahan Kampung Bojong Loa, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, pada Sabtu (18/10/2025) sore. Menurut Mimi, ibu korban, putrinya terakhir terlihat pada Jumat (17/10/2025) sore saat dijemput seorang teman perempuan dengan alasan mengikuti belajar kelompok.
(Sumber: tribusnew.com, 19/10/2025)

Maraknya kasus pembunuhan dewasa ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia semakin jauh dari nilai-nilai agama. Agama seolah hanya dianggap sebatas ritual ibadah, sementara dalam menjalani kehidupan, banyak orang mengikuti kehendak sendiri. Bahkan, menghilangkan nyawa seseorang dilakukan tanpa mempertimbangkan risiko dan dosa yang akan ditanggung.

Liberalnya Dunia Saat ini

Kasus pembunuhan yang kian meningkat disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan kesehatan mental, ketidakstabilan emosi, hingga masalah ekonomi. Namun sejatinya, akar dari semua ini adalah kerusakan sistem kehidupan.

Sistem yang berlaku saat ini adalah sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Akibatnya, muncul berbagai kerusakan di dunia, termasuk maraknya pembunuhan. Sekularisme melahirkan paham liberalisme, yang membuat seseorang merasa bebas melakukan apa pun tanpa memikirkan akibatnya. Dalam sistem ini, nyawa manusia seolah kehilangan nilai. Pelaku pembunuhan dapat bertindak dengan tangan dingin karena tidak ada kesadaran akan dosa dan pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

Lebih parahnya lagi, dalam sistem sekular, hukum dapat dipermainkan. Hukuman bagi pelaku tidak selalu setimpal dengan perbuatannya, bahkan bisa dibeli. Akibatnya, tidak ada efek jera, dan kejahatan serupa terus berulang.

Banyaknya kasus pembunuhan menjadi bukti nyata bahwa sistem sekularisme telah gagal menjaga keamanan, kehormatan, dan keselamatan rakyat. Sistem ini gagal dalam menjalankan perannya untuk menegakkan keadilan dan melindungi kehidupan manusia.

Islam, Penjaga Nyawa Umat

Islam bukan sekadar agama ritual, melainkan sistem kehidupan yang sempurna. Islam menjamin betapa berharganya nyawa manusia. Rasulullah SAW bersabda:

“Alangkah baiknya engkau dan alangkah harumnya aromamu, alangkah agungnya engkau dan agungnya kehormatanmu. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang mukmin lebih agung di sisi Allah daripada engkau — hartanya, darahnya, dan agar kita berprasangka baik kepadanya.”
(HR. Ibnu Majah)

Hadis tersebut menunjukkan betapa mulianya nyawa seorang mukmin. Islam menegaskan bahwa “Dosa membunuh seorang mukmin lebih besar daripada hancurnya dunia.”
(HR. An-Nasa’i, 7/83 – dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Ghayah Al-Maram fi Takhrij Ahadits Al-Halal wa Al-Haram, no. 439)

Islam tidak hanya memberikan hukuman tegas bagi pelaku pembunuhan, tetapi juga mencegah kejahatan sejak akar penyebabnya, melalui pendidikan akidah, ketakwaan, dan penerapan hukum Allah secara menyeluruh. Dengan sistem Islam, nyawa manusia akan benar-benar terlindungi dan masyarakat dapat hidup dalam keamanan.

Maka, adakah sistem lain yang mampu menjaga nyawa manusia seperti Islam?
Tidak ada. Sebab, hanya Islam yang menyambungkan kehidupan manusia dengan Tuhannya, dan setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak