Oleh Yuli Ummu Raihan
Aktivis Muslimah Tangerang
Ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja, berbagai masalah ekonomi terjadi mulai dari lemahnya daya beli, naiknya harga kebutuhan pokok hingga pengangguran. Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2025 mencatat angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 juta jiwa. Menjelang akhir tahun ini tentu angkanya terus bertambah karena dalam beberapa bulan terakhir terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sejumlah perusahaan besar seperti PT Sritex, Yamaha, Sanken, Danbi Internasional. Diperkirakan ada sekitar 10 ribu pekerja kehilangan pekerjaan. (RMOL.id, 03/03/2025).
Tentu hal ini akan berdampak dengan naiknya angka kemiskinan, sehingga pemerintah membuat kebijakan dengan memberikan stimulus ekonomi dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai Kesejahteraan Rakyat (BLT Kesra). Bantuan ini akan diterima oleh 35.046.783 keluarga penerima manfaat (KPM) yang akan dilaksanakan pada Oktober hingga Desember 2025. (Setneg, 17/10/2025).
Pemerintah juga meluncurkan Program Magang Nasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesempatan kerja. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengatakan ada 100 ribu kuota untuk program Magang Nasional ini yang pada gelombang I telah tercatat ada 156.159 peserta yang mendaftar dan 1.668 perusahaan ikut serta menjadi penyelenggara kegiatan magang ini. Selama menjalani masa magang ini (6 bulan) peserta akan mendapatkan uang saku setara UMR yang disalurkan melalui bank Himbara.
BLT dan Magang Nasional ini adalah bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) atau quick win Presiden Prabowo, yaitu program yang bertujuan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Namun yang menjadi pertanyaan saat ini adalah, apakah kita stimulus ini akan menyelesaikan problem ekonomi yang terjadi hari ini?
Kemiskinan hari ini bukan sekadar fenomena tahunan tapi sudah terstruktur. Sehingga stimulus ekonomi berupa BLT dan Magang Nasional hanya akan menjadi solusi tambal sulam. Masyarakat hari ini dimiskinkan secara sistemis, harga kebutuhan melonjak tinggi sementara penghasilan tidak mengalami kenaikan bahkan PHK di mana-mana, belum lagi tarif layanan publik yang tidak murah dan mudah. Adanya BLT hanya ibarat obat pereda nyeri, yang hanya menghilangkan rasa nyeri sesaat, tetapi sakitnya masih ada dan akan terus terasa. Bahkan BLT sendiri juga tidak luput dari masalah, mulai dari yang tidak tepat sasaran, korupsi hingga disalahgunakan oleh penerimanya seperti untuk judi online.
Begitupun Magang Nasional tidak menjamin setelah program itu selesai pesertanya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan tetap.
Semua ini terjadi karena paradigma penguasa hari ini bukan sebagai pelayan umat, tapi pelayan oligarki dan berhitung untung rugi dengan rakyat sendiri.
Hal ini wajar terjadi karena saat ini kita menerapkan sistem kapitalis yang mana memberikan kebebasan pada individu untuk menguasai hajat publik seperti layanan kesehatan, pendidikan, bahkan kepemilikan umum. Negara hanya berperan sebagai pengatur dan yang menyediakan fasilitas bagi kepentingan oligarki. Maka wajar jika hari ini yang kaya semakin kaya, yang miskin makin sengsara.
Masalah pengangguran hari ini juga dipengaruhi oleh kian menyusutnya kebutuhan industri terhadap tenaga kerja manusia karena perkembangan teknologi. Banyak industri yang cenderung melakukan efisiensi dengan memanfaatkan teknologi sehingga otomatis kebutuhan akan tenaga manusia berkurang.
Hal ini juga dipengaruhi oleh sistem pendidikan hari ini yang menyiapkan lulusan untuk tenaga siap pakai dengan menyesuaikan permintaan pasar. Kurikulum berbasis industri menjadikan generasi kehilangan kemampuan berpikir kritis dan inovatif karena konsep dasar keilmuan dan teori yang lemah. Tujuan pendidikan bergeser sebatas untuk memenuhi tuntutan dunia kerja. Banyak fakta kita temui jurusan saat kuliah/ sekolah tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Misalnya lulusan pertanian malah jadi buruh, atau jasa antar jemput orang atau barang. Lulusan pendidikan tidak bekerja di dunia pendidikan dan lainnya.
Hal ini diperparah dengan adanya serbuan pekerja asing sehingga peluang mereka semakin kecil. Hari ini lulusan perguruan tinggi saja tidak menjamin bisa langsung berkerja apalagi yang hanya lulusan SMA atau lebih rendah. Imbasnya jurusan-jurusan yang tidak "komersial" sepi peminat. Misalnya keahlian dalam bidang pertanian yang hari ini tidak begitu seksi karena dipandang tidak memberikan masa depan. Padahal Indonesia memiliki potensi alam (pertanian) yang luar biasa, jika dikelola dengan baik akan bisa menjadikan Indonesia mandiri di bidang pangan.
Rakyat Butuh Solusi, bukan Sekadar Stimulus
Islam adalah agama yang sempurna yang dilengkapi dengan aturan yang sempurna untuk mengatur kehidupan manusia termasuk ekonomi.
Dalam Islam negara bertanggung jawab menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok setiap individu dan memberikan kesejahteraan pada seluruh rakyatnya.
Mekanismenya adalah mewajibkan pemenuhan nafkah kepada laki-laki dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Adanya kewajiban nafkah kepada laki-laki akan menghilangkan persaingan antara negara kerja laki-laki dan perempuan. Hal ini bisa dilakukan dengan pengelolaan sumber daya alam milik umum oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk rakyat secara langsung maupun tidak langsung. Pengelolaan sumber daya alam secara mandiri ini akan berpotensi menyerap sumber daya manusia sehingga kesempatan kerja terbuka lebar.
Untuk menunjang pengelolaan SDA tersebut negara akan mengembangkan industri alat berat untuk menghasilkan mesin-mesin dan alat-alat yang dibutuhkan untuk mendorong tumbuhnya industri-industri lain.
Negara Islam akan mengoptimalkan potensi pertanian dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Misalnya menambah luas lahan pertanian, pemberian modal dan keterampilan, menghidupkan tanah mati serta mengambil tanah yang ditelantarkan dan memberikan kepada siapa saja yang mampu mengelolanya.
Negara juga menyediakan layanan pendidikan secara gratis untuk semua rakyat dengan fasilitas yang mudah diakses dan berkualitas. Sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi yang faqih fiddin dan mampu bersaing karena menguasai segala hal yang dibutuhkan untuk kehidupan. Terbukti dalam sejarah Islam para ilmuwan dunia lahir dari peradaban Islam.
Negara Islam juga mempermudah rakyat untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Membuat administrasi yang sederhana, cepat dan dilakukan oleh orang-orang yang profesional. Mengontrol pasar dan mencegah segala hal yang dapat merusak ekonomi seperti monopoli, suap menyuap, penimbunan, kecurangan dan lainnya.
Islam akan mengatur distribusi kekayaan agar harta tidak bertumpuk di segelintir orang saja dengan adanya aturan terkait zakat, infak, sedekah dan lainnya.
Mengenai BLT negara Islam boleh saja memberikan bantuan kepada rakyat bahkan wajib dalam kondisi tertentu.
Untuk mewujudkan semua ini Islam memiliki sistem ekonomi yang mengatur sumber-sumber pendapatan negara dan pembelanjaannya.
Sistem kapitalis hanya mampu memberikan stimulus dan solusi tambal sulam, sementara Islam mampu memenuhi solusi paripurna dan mewujudkan kesejahteraan, masihkah kita ragu?
Allah telah berfirman dalam QS At- Talaq ayat 2-3 yang artinya: " Dan siapa saja yang bertakwa kepada Allah , niscaya Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka."
Allah juga mengingatkan kita dalam QS Al-A'raf ayat 96:
" Dan sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, maka Kami akan limpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetap mereka mendustakan ayat-ayat Kami , maka Kami akan siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan."
Wallahua'lam bishawab.
Tags
opini
