Raja Ampat: Potret Buruk Kapitalisme




Oleh: Kartika Septiani
 (Aktivis Muslimah Karawang)



Protes besar-besaran dilakukan masyarakat, pasalnya Raja Ampat yang dijuluki surga dunia, salah satu kabupaten di Papua Barat Daya, Indonesia.  Memiliki ratusan spesies terumbu karang, dan spesies ikan air laut, dengan keanekaragaman hayati paling kaya di dunia. Bahkan pada tahun 2023, diakui oleh UNESCO sebagai Global Geopark, simbol konservasi laut dan pariwisata berkelanjutan. 

Namun, keindahan tersebut rusak akibat penambangan nikel. Kerusakan tampak sangat parah dalam video yang beredar di sosial media. Penambangan nikel yang ada benar-benar mengancam ekosistem dan keindahan alam yang ada disana. Merampas mata pencaharian dan kebutuhan hidup ribuan masyarakat yang bergantung pada kekayaan alam yang ada disana. Mirisnya, pemerintah sendiri justru mengizinkan penambangan nikel disana padahal kawasan tersebut sudah ditetapkan sebagai konservasi laut dan hutan lindung.

Peneliti Pusat Studi Anti Korupsi (Saksi) Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, Herdiansyah Hamzah menyatakan, ijin penambangan nikel yang dilakukan oleh PT GAG Nikel patut dicurigai karena seharusnya pemerintah tidak memberikan ijin sebab penambangan nikel dilarang sesuai dengan undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Jikapun ada perusahaan yang nekad melakukan penambangan maka akan dijerat Pasal 73 ayat (1) huruf f mengatur soal sanksi pidananya. Ancaman pidana penjara mencapai 10 tahun (www.metrotvnews.com, 07/06/25)

Apa yang terjadi pada Raja Ampat hanya segelintir bukti akibat kekuasaan oligarki. Para pemilik modal dan orang-orang yang memegang kekuasaan di pemerintahan menjadikan Raja Ampat sebagai bisnis yang menjanjikan walau melanggar undang-undang. 

Tidak peduli akibat yang terjadi pada kerusakan alam, jatuhnya korban akibat pencemaran tambang, atau ekosistem keanekaragaman hayati terancam habis. Mereka hanya memikirkan kesenangan pribadi, dan keuntungan untuk diri mereka sendiri.

Begitulah potret buruk sistem sekularisme kapitalisme. Sistem ini memisahkan agama dengan kehidupan, sehingga tolak ukur dalam pengelolaan SDA adalah asas manfaat bukan hukum syarak.

Sekularisme menyerahkan sistem ekonomi diatur oleh para kapital. Maka tak heran, jika pemerintah bisa berdalih dengan kalimat "demi mensejahterakan rakyat" demi menggandeng para pemilik modal yakni pengusaha.

Situasi buruk ini tentu seharusnya menyadarkan rakyat bahwa kekuasaan yang ada tidak boleh dilanggengkan. Jika terus dibiarkan, maka kesenjangan sosial akan semakin melebar dan rakyat kecil akan seterusnya menjadi korban kerakusan segelintir orang yang menguasai pasar ekonomi.

Oleh karenanya, manusia membutuhkan sistem yang sempurna dan mumpuni dalam mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan SDA. Kabar baiknya, Islam memiliki pandangan yang khas dalam mengatur pengelolaan SDA.

Dalam Islam, SDA termasuk ke dalam harta kepemilikan umum yang wajib dikelola negara dan seluruh hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Negara dilarang menyerahkan eksploitasi SDA  kepada individu atau swasta.

Rasulullah Saw bersabda:

اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ في ثلَاَثٍ فِي الْكَلَإِ وَالْماَءِ وَالنَّارِ

“Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Berdasarkan hadits di atas, maka tidak boleh ada satu orang pun manusia yang melakukan komersialisasi pada fasilitas umum seperti air yang ada di sungai dan laut, padang rumput, api contohnya penambangan nikel, sarana irigasi, dan selainnya.

Dengan demikian menjadi jelas, bahwa Islam adalah solusi atas masalah yang terjadi di Raja Ampat atau yang lainnya. Islam adalah agama yang memiliki seperangkat peraturan sempurna dan paripurna yang menjadikan Al Qur'an dan As Sunnah sebagai sumber dalam menetapkan setiap aturan.

Maka dari itu, manusia akan menjadi beruntung ketika Islam dijadikan sebagai jalan hidup dan peraturan negara. Sebab Islam akan menuntun manusia supaya ta'at kepada aturan sang pencipta yakni Allah SWT.. Ketika manusia mau mengikuti aturan Allah Ta'ala sebagaimana dulu pernah terjadi di masa Rasulullah Saw dan Khulafaur Rasyidin, maka bukan hanya sumber daya alam yang akan terjaga tapi seluruh manusia yang ada di dalamnya akan aman sentausa dan sejahtera. Wallahu'alam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak